抖阴社区

4

146 101 8
                                        

[PART 4]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[PART 4]

Mesin memuntahkan tenaga liar ke jalanan kosong. Kilatan neon bergerak cepat, menyusun serentetan parade ilusi di sisi netranya. Angin terus menggeram di telinga tanpa henti— seolah malam sedang berbicara dengan cara yang tak butuh kata-kata.

Bayangan pepohonan melesat, seperti siluet masa lalu yang ingin ditinggalkan. Seiring lampu-lampu kota di kejauhan yang berkedip pelan, seakan menjauh tak peduli apa yang tengah ia rasakan.

Gas ditariknya lebih dalam. Membiarkan malam yang merambat pelan mencabik-cabik dirinya, membiarkan raungan mesin melahap semua keraguan di dalam kepalanya.

Waktu tak lagi diam.

Dia seperti makhluk hidup yang mengintai, mengejar, bahkan melecut keras.

Semua menjadi kabur. Menjadi liar. Dan bahkan... benar-benar tak terkejar.

⊙⊙⊙

Pancaran kuning pucat itu menciptakan bayangan patah-patah di aspal berdebu. Angin malam meniup dingin, tapi entah kenapa telapak tangan banjir oleh keringat, saat raungan mesin yang terdengar dari kejauhan menggetarkan dada.

Bagas bersandar pada body motornya, satu tangan mengetuk tangki— menciptakan irama cepat seiring detak jantungnya yang berkejaran. "Gue gak yakin ini bakal fair." Suaranya rendah, seolah takut kata-katanya malah mengundang kesialan.

Davin berdiri santai, tangannya terlipat di dada dengan kepala sedikit menunduk. Ada senyum miring di bibirnya.

"Fair apaan? Ini jalanan, Gas. Kita nggak pernah main di lapangan steril. Segala bentuk percobaan meraih kemenangan sah-sah saja dilakuin," ucapnya ringan.

"Arham tuh... lahir buat main kotor. Kalau dunia ini adil, mungkin dia lahirnya di kandang ular," sahut Bima.

Tawa kecil berdesir di antara mereka, hambar, penuh ironi.

Dengan rahang mengatup, Mada menimpali. "Inget Januar?" gumamnya datar. Matanya menyipit tipis, seolah kenangan itu terlalu jelas untuk dihapus. "Anak Oasis. Tahun lalu."

Semua otomatis mengingat.

"Gue masih inget..." Mada menyilangkan tangan di dada. "Arham nendang body motornya pas di tikungan. Tuh bocah ngesot hampir sepuluh meter, udah kayak permadani digulung. Kulit ketemu aspal..."

Dalam sekejap, bayangan kejadian berputar seperti roll film di pikiran mereka. Suara benturan, teriakan panik, dan tawa licik terdengar tumpang tindih. Semua kembali berputar menjadi salah satu bukti permainan kotor seorang Arham.

Dan malam ini— di antara sorakan kerumunan, tarikan gas, serta... dengungan nyamuk sialan yang terus terdengar. Membuat Bagas mengibaskan tangan dengan kesal, sekali-dua kali menepuk udara kosong, lalu mengernyit sambil mendecak pelan— seolah nyamuk pun tahu kapan harus membuat suasana semakin menyebalkan.

EREBUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang