Grace menatap Nyonya Sera dengan ekspresi yang agak kesal, "Tapi itu bukan soal menang, mom. Itu soal keadilan bagi cucu mom, bukan?"
Javier menoleh ke arah Grace dan dengan suara tegas berkata, "Cukup, Grace. Jangan memperburuk keadaan. Kita sudah membuat keputusan yang adil untuk semua pihak, dan kita harus menerima itu."
Grace terdiam, meskipun jelas terlihat bahwa ia masih merasa kesal. "Aku cuma ingin yang terbaik untuk Aurora, kak. Dan aku tidak suka melihat dia diperlakukan seperti itu."
Javier hanya mengangguk, meski rasa kesal masih membebani pikirannya. Ia tahu Grace memiliki pendapatnya sendiri, tapi kali ini ia memilih untuk tidak membalas perdebatan itu lebih lanjut. Setelah beberapa saat hening, Grace menoleh ke luar jendela mobil, masih memendam kekesalan yang belum sepenuhnya reda.
Melihat ketegangan yang melingkupi mobil, Aurora, yang duduk di antara Javier dan Grace, mulai merasa tidak nyaman. Suasana yang semula tenang setelah pertemuan di sekolah kini berubah menjadi canggung, dengan suara omelan Grace yang mengisi ruangan mobil. Aurora, yang masih muda dan sensitif, bisa merasakan ketegangan itu.
Wajah kecil Aurora yang semula ceria kini tampak cemas. Matanya menatap ke luar jendela, berusaha menghindari kontak mata dengan siapa pun di dalam mobil. Dia menggenggam erat tas kecilnya, menghindari untuk mengatakan apapun.
Jennaira, yang duduk di depan, menyadari ketegangan itu. Dengan hati-hati, dia menoleh ke belakang dan melihat Aurora yang tampak takut. "Aurora," panggilnya lembut, berusaha mengalihkan perhatian anak itu. "Kenapa? Ada yang membuat kamu takut?"
Aurora terdiam beberapa detik sebelum akhirnya suara kecilnya terdengar. "Aku… aku takut," katanya dengan suara bergetar, menatap ke arah Grace dan Javier, "Kenapa pada marah-marah?"
Jennaira tersenyum lembut dan segera meraih tangan Aurora, menggenggamnya dengan penuh kasih sayang. "Tidak ada yang perlu kamu takutkan, Aurora. Mereka tidak marah padamu. Mereka hanya sedang sedikit tidak setuju, tapi itu akan baik-baik saja. Semua akan baik-baik saja."
Aurora hanya mengangguk perlahan, meski masih terlihat ragu. Perasaan takut itu mulai mereda sedikit, namun ketegangan masih terasa di udara. Jennaira memandang Javier melalui kaca spion mobil, berharap Javier bisa meredakan ketegangan ini.
Javier akhirnya menoleh ke arah Aurora, merasa bersalah karena situasi ini membuat anaknya takut. Dengan suara lembut, ia berbicara kepada Aurora, "Sayang, Papa tidak marah sama kamu, oke? Semua ini cuma karena orang dewasa yang sedang berbicara. Kamu nggak perlu khawatir."
Aurora mengangguk pelan, meskipun matanya masih tampak sedikit cemas. "Oke, Papa," jawabnya pelan, sebelum akhirnya berbisik, "Tapi aku takut."
Jennaira menatap Javier sejenak, sebelum kembali berfokus pada Aurora. "Ayo kita semua coba tenang, ya?" kata Jennaira sambil memberi senyuman yang menenangkan.
Dengan sedikit usaha, ketegangan itu akhirnya mulai reda dan Grace pun mulai memahami dampak dari kata-katanya terhadap Aurora. Mereka semua kembali terdiam, dengan harapan bahwa situasi akan membaik setelah mereka pulang ke rumah.
Melihat situasi yang akhirnya sedikit mereda, Nyonya Sera, ibu Javier, tersenyum dengan bangga. Dia mengamati bagaimana Jennaira dengan penuh perhatian dan kelembutan bisa menenangkan cucunya, Aurora, yang terlihat masih cemas. Meski ia tahu Jennaira bukanlah ibu Aurora ataupun istri Javier, Nyonya Sera merasa terkesan dengan cara Jennaira berinteraksi dengan keluarga mereka, terutama dalam meredakan ketegangan yang terjadi di dalam mobil.
Jennaira, yang tahu peran dan posisinya dalam keluarga ini, tetap menjaga sikap profesional. Meskipun dia tahu bahwa ia hanyalah seorang sekretaris dan asisten pribadi, ia merasa bangga bisa membantu mengatasi kecemasan Aurora dengan cara yang baik. Namun, ia tidak mengharapkan pujian atau perhatian lebih.
Di sisi lain, Javier yang duduk di samping ibunya tetap diam. Ia tidak memberikan respons apapun terhadap apa yang terjadi di sekitar, baik terhadap ucapan ibunya ataupun interaksi antara Jennaira dan Aurora. Keheningan itu terasa kian tebal, meskipun di dalam dirinya, Javier merasa lega melihat Aurora sedikit lebih tenang.
Nyonya Sera kemudian menoleh ke arah Javier dengan tatapan yang penuh makna, tapi Javier hanya mengangguk ringan dan kembali menatap ke luar jendela mobil. Ia tidak ingin menambah ketegangan lebih lanjut, dan memilih untuk menjaga suasana tetap tenang dengan tidak merespon apapun.
Jennaira, yang masih menggenggam tangan Aurora, kembali mencoba untuk mengalihkan perhatian anak itu. "Kita hampir sampai, rora" ujarnya lembut, "Begitu sampai di rumah, kamu bisa beristirahat dengan tenang, oke?"
Aurora mengangguk, meski masih tampak sedikit ragu. Ia merasa lebih nyaman dengan kehadiran Jennaira, meskipun tidak sepenuhnya memahami dinamika di antara orang dewasa di sekitarnya.
Happy reading guyssssssssss
Jangan lupa vote dan comment

KAMU SEDANG MEMBACA
Not So Cold Mr.Boss (End)
ChickLitJennaira, seorang sekretaris pribadi CEO, tak pernah menyangka bahwa perjalanan cutinya ke kampung halaman akan menjadi awal dari perubahan besar dalam hidupnya. Berniat pulang untuk menghadiri pernikahan kakaknya, ia harus menghadapi sanak saudara...
part 05
Mulai dari awal