抖阴社区

14. ibu angkat Darma meninggal.

4.9K 498 21
                                        

Udara di dalam rumah seakan membeku. tubuhnya kaku, dan pikirannya kosong.

Aku ingin kamu malam ini.

Kata-kata itu masih berulang dalam pikirannya, menggema tanpa henti.

Apa yang baru saja dia katakan?

Jantungnya berdetak begitu cepat, dadanya naik turun seiring napasnya yang semakin berat.

Damar tetap duduk dengan ekspresi tenang, seolah-olah kata-kata barusan bukan sesuatu yang luar biasa.

Namun, bagi Arloka, itu seperti petir yang menyambar tepat di atas kepalanya.

Tangannya yang tengah memakaikan pakaian pada Allo sedikit gemetar. Ia buru-buru menyelesaikannya, lalu berdiri dengan cepat.

"A-Allo, ayo kita keluar sebentar," ucapnya cepat, hampir seperti gumaman.

Allo menatap ibunya dengan bingung. "Kenapa, Bu?."

Arloka tidak menjawab. Ia hanya menggandeng tangan bocah itu, tetapi sebelum ia sempat melangkah lebih jauh, suara Damar terdengar lagi.

"Kau mau lari ke mana?"

Arloka menegang.

Tangan Damar kini bertumpu di atas meja, jari-jarinya mengetuk kayu dengan ritme pelan tetapi penuh tekanan.

Tatapan matanya tetap tertuju padanya tajam dan dalam.

Arloka menggigit bibirnya, menelan ludah dengan susah payah.

"A-aku ingin... mencari udara segar," jawabnya gugup.

Damar mengangkat sebelah alisnya, seolah tidak percaya.

"Kenapa harus terburu-buru?" tanyanya santai, tetapi nadanya terdengar seperti perangkap yang siap menjebak.

Allo menatap kedua orang tuanya bergantian. Bocah itu benar-benar tidak mengerti apa yang terjadi.

"Ayah, kenapa Ibu mau lari?" tanyanya polos.

Arloka semakin panik.

"Ibu tidak lari!" sahutnya cepat. "Ibu hanya ingin... memastikan di luar aman."

Damar tidak berkata apa-apa.

Tetapi tatapannya berkata banyak.

Dan itu cukup untuk membuat Arloka merasa semakin sesak.

Arloka mencoba melangkah lagi, tetapi baru saja ia bergerak, tangan Damar tiba-tiba mencengkeram pergelangan tangannya.

Arloka langsung menegang.

Damar menariknya perlahan, tetapi penuh kuasa. Tatapannya masih sama seperti sebelumnya mendominasi.

"Kau ingin memastikan suasana aman?" ulangnya pelan. "Atau kau hanya ingin menjauh dariku?"

Arloka langsung menggeleng, tetapi ia tidak berani menatapnya.

"Aku..."

Ia tidak bisa menyelesaikan kalimatnya.

Karena ia sendiri tidak tahu jawabannya.

Damar mendekat sedikit, wajahnya begitu dekat hingga Arloka bisa merasakan napas hangat pria itu menyentuh kulitnya.

"Kau takut padaku?" bisiknya.

Arloka meremas kain bajunya sendiri, tubuhnya semakin lemas.

Ia ingin mengatakan tidak, tetapi suaranya tertahan di tenggorokan.

Karena kenyataannya... ia memang takut.

Tetapi bukan takut karena ancaman melainkan karena perasaan yang mulai tidak bisa ia kendalikan.

Transmigrasi Menjadi BL di Zaman Kerajaan : System Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang