抖阴社区

16. Bara obses?

195 18 25
                                        

Keesokan harinya, setelah pulang dari rumah sakit yang bisa melayani tes DNA, Allora menunggu hasil tes tersebut sampai saat ini, tepatnya hari Minggu. Ia tengah duduk di kamar kecilnya sembari menerka-nerka jawaban apa dari Tuhan untuk hidupnya yang gila ini. Allora terus menatap keatas, memandang langit tak cerah karena matahari tertutup awan kelabu.

Sudah beberapa hari juga sang ibu tidak pulang, dikarenakan pergi ke rumah nenek menghindari cambukan dari sang ayah. Semenjak itu, ayahnya juga jarang di rumah, menyisakan Allora sendiri yang tinggal di tempat layaknya gubuk ini. Jakarta memang elite, namun sebagian orang Jakarta masih tinggal dipinggir selokan sampah dan parit. Memang seperti itu nyatanya, Allora juga enggan disini dan ingin segera sukses lalu pergi.

Saat tengah melamun, ponselnya berdenting tanda pesan masuk. Rupanya itu Rama, ia mengajak Allora datang ke rumahnya karena hasil tes DNA sudah keluar. Gadis itu segera bergegas memakai baju yang indah dan naik ojek online untuk cepat sampai.

Sesampainya di depan rumah Rama, Allora disambut dengan pelukan Maya dan senyuman dari Rama. Allora yang masih tak tau hasil DNA tersebut hanya bisa menatap keduannya dengan tatapan  heran bercampur takut. Takut hasilnya tak sesuai dengan apa yang ia dambakan. 

"Nak, ini ayah." Rama berceletuk sembari tersenyum.

Kertas hasil tes DNA diberikan pada Allora, dan ternyata benar, Rama lah ayah kandung dari Allora. Hati Allora bergemuruh, entah ekspresi apa yang harus ia layangkan. Sungguh senang bukan kepalang, Tuhan menjawab seluruh monolognya dengan bunga yang indahnya tiada bandingan. Ia memejamkan mata sejenak menahan tangis pilu yang dirasa. Rama dan Maya menghampiri dan memeluk Allora yang saat ini rapuh bercampur bahagia.

"Detik ini, kamu panggil saya Bunda yaa, Loraa," ucap Maya sembari membelai sayang rambut Allora.

Rama tersenyum menatap istrinya yang menerima darah dagingnya. Meskipun bukan terlahir dari rahimnya, Maya terlihat senang atas kehadiran Allora saat ini. Jari jemari kekarnya menghapus air mata yang hampir terjatuh, Rama enggan terlihat lemah dihadapan kedua bidadarinya.

"Kamu tinggal dimana sekarang?" tanya Rama.

"Di dalam gang, Yah."

"Gang mana? Apa rumahnya layak ditempati atau tidak?"

Allora menggeleng lemah sebagai jawaban. Memang benar, gubuk reyot itu tak pantas untuk ditinggali, apalagi disisi sungai sampah yang bisa saja membludak saat hujan deras dan mengakibatkan banjir.

"Kalau gitu, besok Bunda cari rumah untuk kamu, nanti kamu siapin barang-barang yang mau kamu bawa, okayy?"

Allora terdiam. "Tapi, apa tidak merepotkan ayah dan bunda?"

Ah, lidahnya kelu saat mengucapkan kata ayah dan bunda. Ia yang jarang diberikan kasih sayang dan perhatian, membuatnya merasakan keanehan saat mendapatkan kasih sayang.

Maya dan Rama menggeleng dengan ramah.

"Kalau gitu, yu masuk, kamu nginep aja disini." Maya mengajak.

"Ah, engga bun, besok aku harus mengajar. Jadi aku akan pulang terlebih dahulu."

"Ayo, ayah antar." ajak Rama.

Allora terdiam sejenak, dan kemudian mengangguk pelan. Akhirnya Rama mengambil kunci mobil dan mengeluarkan mobil dari garasi. Sedangkan Maya tersenyum melihat Allora memandangi hasil tes DNA itu dengan bahagia. Hati kecil Maya juga tersentuh atas apa yang telah terjadi ini.

Setelah mobil berhasil keluar dari garasi, Maya ikut dan duduk di kursi depan, sedangkan Allora di kursi belakang.

****

Di sisi lain, Bara tengah berjalan di Mall besar dan mencari toko parfum yang bisa mengerti apa yang dijelaskan oleh Bara. Setelah berjalan begitu lama mengitari mall yang besar itu, pria itu singgah di toko parfum mewah yang terletak diantara toko buku dan toko baju. Ia masuk tanpa basa-basi dan langsung menghampiri parfumer atau biasa dikenal sebagai yang meracik parfum.

Bara duduk dan menatap parfumer itu dengan  dingin, membuat sang empu yang ditatap begitu tersenyum canggung dan menanyakan maksud dan tujuan Bara kesini.

"Ada yang bisa saya bantu, tuan?" parfumer cantik itu bernama Belle.

"Ya, saya mencari parfum dengan wangi rasberry."

Belle mengernyit menerka-nerka wangi seperti apa, dan bagaimana contohnya. Ia mulai meracik parfum-parfum buah sesuai instingnya sehingga menghasilkan wangi mirip dengan buah segar rasberry. Belle memberikan sampel parfum itu pada Bara membiarkan ia menghirup nya.

Bara mendelik. "Bukan seperti ini. Ini terlalu kuat."

Belle menggaruk tengkuknya yang tak gatal, ia kembali mengambil beberapa parfum dengan wangi yang lebih lembut dan soft. Baru kali ini, ia mendapatkan customer kaku, baku dan dingin seperti Bara. Sehingga ia hanya bisa menghela nafas dan memberikan yang terbaik padanya. Setelah selesai meracik, untuk kedua kalinya Belle memberikan sampel parfum pada Bara.

Bara berdecak dan menggerutu, karena bukan ini yang ia inginkan. Gara-gara baju yang tertabrak oleh Allora dicuci oleh Lianna, membuat Bara kesusahan mencari parfum yang sama persis dengan wangi gadis itu. Entahlah, Bara merasakan ketenangan tersendiri saat menghirup parfum milik Allora. Padahal Bara tak mengenal Allora.

"Bukan wangi ini yang saya inginkan." Bara menyimpan sampel parfum itu dan berjalan ke rak brand parfum langganan nya.

Belle mengerjapkan mata dan hanya bisa meneguk salivanya kesal. Bara terlihat mengambil parfum laki-laki dan setelahnya ke kasir untuk membayar parfum tersebut. Belle sedikit menggerutu saat melihat tingkah aneh customer satu ini. Datang menanyakan parfum dengan wangi rasberry, pulang dengan parfum Dior Sauvage Elixir yang wanginya jauh dari rasberry, entahlah Belle hanya bisa terdiam.

Bara keluar dari mall setelah membeli parfumnya. Karena ia enggan pulang dengan tangan kosong, jadi ia memutuskan untuk membeli parfum dengan tipe wanginya. Setelah masuk mobil, Bara terus menerus berpikir kemana ia mencari wangi rasberry itu. Otaknya terus menerus berputar, hatinya berdegup gelisah karena tak bisa mendapatkan apa yang ia dapat.

Tangannya mengepal keras, kemana lagi ia harus mencari. Rasa kesal dan tatapan tajam juga tak luput dari dirinya, ia pusing karena berkeliling di beberapa toko besar dan berakhir tiada guna.

"Sialan! Harus kemana saya mencari-cari wangi itu?" monolognya.

Sepanjang jalan terus berpikir, sampai garasi rumah pun, Bara masih melamun. Ia mengangkat jemuran yang sudah kering, berharap wangi Allora masih menempel di bajunya. Namun ternyata sudah hilang tergantikan wanginya sabun cuci.

"Sial! Semuanya sial! Kenapa saya harus bertabrakan dengan wanita itu. Dia membuat saya gila." Bara memijat pelipisnya.

Bara akhirnya membawa semua baju kering itu kedalam dan menyimpan nya sebelum ia menyetrikanya sendiri. Pria itu akhirnya menyeduh kopi agar menghilang sedikit kegundahan hatinya. Jalan satu-satunya yang terpikir oleh Bara adalah mencari Allora, dan memiliki wanginya. Ah, atau bahkan memiliki Alloranya. Entahlah, Bara terus berputar otak untuk mendapatkan wangi tersebut.

****

Hallooo kembali lagi dengan Amour ✌︎˶╹ꇴ╹˶✌︎ maaff yaa, ga upp beberapa bulan, dikarenakan amour lagi ujian akhir sekolah. Semoga setelah ini, amour bisa lancar upp dan tidak ada kendala yaa...

Nantikan Bara yang obses sama Allora dimulai karena parfum Allora (ू•ᴗ•ू❁)

POISONED LOVE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang