抖阴社区

Chp07; Aresh

534 43 0
                                        


Happy reading💐









--Kini, hanya ada Theodore dan Aresh di rumah. Kehadiran Darren yang semula mengisi ruang dengan aura profesionalnya, kini tergantikan oleh energi tak terbatas seorang anak kecil berusia empat tahun. Aresh, yang sebelumnya sedikit tertahan di depan ayahnya, kini tampak lebih bebas.
Ia menarik tangan Theodore, matanya berbinar.
"Ka Theo, ayo main mobil-mobilan!" ajaknya, menyeret Theodore menuju tumpukan mainannya di sudut ruang tamu.

Theodore tersenyum. Ini adalah medan perangnya yang baru, dan ia siap menghadapinya. Ia berjongkok, ikut melihat koleksi mobil-mobilan Aresh yang beraneka warna dan ukuran.
"Wah, banyak sekali mobil Aresh," puji Theodore, mengambil salah satu mobil polisi. "Ini mobil apa?"
"Ini mobil polisi! Yang ini mobil balap!" Aresh menjawab antusias, menunjuk satu per satu mobilnya. Mereka berdua segera tenggelam dalam dunia imajinasi, membuat suara "ngeeng" dan "ciiit" saat mobil-mobilan itu berpacu di karpet.

Theodore yang semula merasa canggung, perlahan mulai menikmati interaksi ini. Aresh memiliki cara sendiri untuk memecah kebekuan.

Setelah puas bermain mobil-mobilan, Aresh tiba-tiba teringat sesuatu. "Ka Theo, mau lihat gambarku?" Ia berlari ke meja kecil di dekat sofa, mengambil setumpuk kertas gambar yang penuh coretan warna-warni.
Theodore melihat satu per satu gambar itu. Ada gambar gunung, rumah, dan beberapa coretan abstrak yang Aresh sebut sebagai "keluarga".

Salah satu gambar menarik perhatian Theodore. Itu adalah gambar tiga sosok manusia yang digambar dengan sederhana: satu sosok tinggi, satu sosok kecil, dan satu sosok lagi yang Theodore duga adalah Aresh sendiri.
Sosok tinggi itu diwarnai dengan dominan biru, sementara sosok kecil itu diwarnai dengan warna merah muda. Aresh menunjuk sosok tinggi,
"Ini Papa," katanya. Lalu menunjuk sosok kecil, "Ini Mama."
Theodore menatap gambar itu, kemudian beralih menatap Aresh. Mata polos Aresh tidak menunjukkan kesedihan, hanya cerita sederhana tentang apa yang ia lihat dan pahami. Theodore tidak ingin membahasnya lebih jauh dan berpotensi membuat Asher sedih.
"Bagus sekali gambarnya, Aresh," Theodore memuji, mengembalikan fokus pada karya seni bocah itu. "Aresh suka menggambar ya?"
Asher mengangguk riang. "Iya! Kata Papa, aku bisa jadi pelukis hebat!"

Sore harinya, setelah makan siang dan cerita-cerita tentang dinosaurus, Theodore membantu Aresh mewarnai buku gambar baru. Suasana rumah terasa hidup.
Tawa Aresh sering terdengar, sesekali diselingi tawa renyah Theodore. Theodore menyadari bahwa Aresh tidak hanya butuh pengasuh, tapi juga teman bermain yang bisa diajak berinteraksi.


Ketika jam menunjukkan pukul lima sore, Theodore mulai mempersiapkan makan malam Aresh sesuai instruksi Darren, Tak lama setelah itu, suara mesin mobil terdengar dari luar. Aresh langsung berlari ke pintu, berteriak gembira.
"Papa pulang!"
Theodore mengikuti Aresh, dan ia melihat Darren melangkah masuk dengan wajah lelah. Namun, begitu melihat Aresh yang langsung memeluk kakinya, gurat lelah itu sejenak menghilang, digantikan oleh senyum tipis.
"Halo, jagoan Papa," sapa Darren, mengusap rambut Asher. Kemudian, pandangannya beralih pada Theodore. Sorot matanya masih menunjukkan jarak yang sama seperti pagi tadi, namun ada sedikit kilatan yang Theodore tidak bisa artikan.
"Bagaimana hari ini, Theodore?" tanya Darren, nadanya datar namun tidak dingin.
"Baik Pak Darren, Asher sangat kooperatif dan ceria," jawab Theo, berusaha terdengar profesional.
Darren mengangguk. "Bagus kalau begitu. Terima kasih sudah menjaganya." Ucapan terima kasih itu terasa tulus, meski ekspresinya tetap terkontrol.

Aresh kemudian mulai bercerita dengan semangat tentang seharian penuh bermain dengan 'ka Theodore', membuat Darren sesekali tersenyum tipis mendengarkan putranya.

Theodore memperhatikan interaksi itu, menyadari bahwa meski ada dinding di antara Darren dan orang baru, ada celah kecil yang terbuka saat topik beralih ke Aresh.


Theodore tahu, perjalanannya menembus dinding itu mungkin akan panjang, namun ia juga tahu, ia kini punya sekutu kecil bernama Aresh.

------

Engineered To Babysit (Teedew/Dewtee) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang