抖阴社区

??40. Antara Sad or Happy

19 7 0
                                        

HAPPY READING

~•°🕊️°~

"Oh, jadi Svarga teman lo waktu kecil," ujar Sagel mengangguk-anggukkan kepala mengerti, setelah mendengar cerita Bedrella barusan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Oh, jadi Svarga teman lo waktu kecil," ujar Sagel mengangguk-anggukkan kepala mengerti, setelah mendengar cerita Bedrella barusan. Ia kembali meletakkan tangan di dagu seraya berpikir. "Dan Ananta dia juga teman lo, tapi dia berubah ketika dia tahu lo punya rahasia besar tentang dia?"

"Iya, Gel. Padahal gue juga nggak bakal buka mulut kalaupun disuruh," jawab Bedrella.

Lagipula ia masih punya rasa sosial di dalam dirinya. Ia juga punya otak untuk memikirkan nasib Ananta kelak jikalau ia membocorkan semuanya. Bedrella tidak Setega itu untuk membiarkan Ananta dan hubungan keluarganya hancur.

"Lo punya hati sebaik apa sih, El?" tanya Sagel tidak menyangka. Dia udah sejahat itu sama lo, tapi lo tetap donorin darah lo ke dia. Kalau gue jadi lo, mungkin gue nggak bisa lakuin hal yang kayak lo lakuin ini, El."

Bedrella tersenyum mendengarnya. Ia menatap Sagel dengan tatapan lembut. "Mungkin dia nggak nganggap gue sebagai teman, Gel. Tapi gue nganggap dia sebagai manusia. Bukannya manusia harus saling tolong menolong dalam hidup?"

"Emang dia pernah nolong lo? Dia udah memanusiakan lo?"

Perkataan Sagel seperti petir yang sukses menyambar hatinya. Bedrella terdiam, lidahnya terasa kelu untuk membalas ucapan Sagel yang cukup mengoyak dadanya. Bukan karena salah, tetapi karena fakta.

"Baik boleh, El. Tapi jangan jadi orang yang terlalu baik. Semua orang akan memanfaatkan kebaikan lo. Cukup jadi orang biasa-biasa saja yang punya rasa amarah dan kecewa dalam diri lo." Sagel memeluk Bedrella, memejamkan kedua matanya. "Gue nggak mau lo semakin terluka. Berhenti, ya? Dunia aja nggak adil sama lo, masa lo memberi keadilan buat orang yang membuat dunia lo hancur?"

Mata Bedrella berkaca-kaca. Tangannya tergerak menerima dekapan Sagel. "Gue juga mau. Tapi gue bisa apa, Gel? Hati gue gampang baper. Gue nggak bisa lihat orang kesusahan, meskipun gue sendiri lebih susah dari mereka. Kalau lo minta gue buat berhenti berbuat baik, gue nggak bisa."

"Gue nggak larang lo buat jadi orang baik. Gue hanya minta lo untuk berhenti memberi kebaikan untuk orang yang nggak butuh kebaikan itu."

~🕊️~

Suara monitor terdengar terputus-putus. Svarga yang duduk di sebelah perempuan yang memakai berbagai macam alat medis di tubuhnya, sambil menggenggam erat tangannya. Sudah hampir satu jam, ia tidak berpindah dari posisinya. Berharap kalau sang adik akan segera bangun, setelah mendapat donoran darah segar.

"Ta, bangun! Nggak capek tidur mulu?" ujar Svarga mengajak perempuan itu berbicara.

"Biasanya lo yang selalu bangunin gue kalau telat. Sekarang? Lo udah sangat telat, Ta! Lo tidurnya lama banget. Lo mau dihukum Ayah karena terlambat ke sekolah, hah?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

? Terakhir diperbarui: Jul 08 ?

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rangkaian Dua Atma [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang