抖阴社区

Chp34

195 17 0
                                        

Happy Reading💐













Sore itu langit jingga. Angin sejuk bertiup pelan, dan taman dipenuhi suara tawa anak-anak.

Aresh berlari-lari kecil di antara rerumputan, memegang pesawat mainan warna biru. Darren duduk di bangku taman, matanya terus mengawasi Aresh dengan tatapan lembut, sementara Theodore duduk di sampingnya, membawa dua cup es krim.

"Satu buat kamu," ucap Theodore, menyodorkan es krim rasa coklat ke Darren.

Darren menerimanya, bibirnya tersenyum tipis. "Kamu kamu tau rasa favorit aku?"

Theodore menyengir, duduk lebih dekat. "Ngga hafal, nebak. Tapi kayaknya tebakan aku nggak meleset."

Darren mengangguk pelan, menjilat es krimnya dengan gerakan hati-hati. "Kamu bener. Dingin, tapi enak."

Theodore tertawa kecil. "Kayak kamu."

Darren menoleh cepat, keningnya berkerut. "Apa?"

"Dingin, tapi enak," ulang Theodore sambil menyengir lebih lebar. "Eh, aku puji lho."

Darren mendesah pelan, menahan senyum. "Kamu ini...."

Belum sempat Darren membalas, Aresh berlari kembali ke arah mereka. "Papa! ka Theo! Liat aku terbangin pesawatnyaaa!" serunya, napasnya ngos-ngosan tapi semangat.

"Ayo sini, sini," Darren merentangkan tangan, dan Aresh langsung naik ke pangkuannya, duduk menghadap Theo sambil tetap memegang pesawat mainan.

Darren membantu memegangi pesawat itu, lalu pura-pura membuat suara 'wuuuu' sambil menggerakkannya di udara. Aresh tertawa kegirangan.

Theodore duduk menyamping, memandangi dua orang itu. Cahaya senja mengenai sisi wajah Darren, dan di matanya-untuk sesaat-ada binar yang jarang terlihat.

"Papa jago banget main pesawat!" ujar Aresh bangga.

"Ka Theo juga bisa," sahut Theodore, ikut membuat bunyi pesawat dan menirukan Darren. "Tapi kayaknya pesawat aku bakal nabrak pohon."

Aresh tertawa keras. "Ngga boleh nabrak pohon! ka Theo harus belajar dari Papa!"

Darren melirik Theodore dan tanpa sadar tersenyum-senyum yang penuh rasa sayang dan syukur. "Iya, kamu harus banyak belajar, Theo."

"Mau kok," balas Theodore sambil tersenyum lebar. "Asal gurunya kamu."

Tatapan mereka bertemu. Untuk sesaat, waktu terasa melambat. Aresh masih bermain di pangkuan Darren, tapi dunia hanya milik mereka berdua.

Lalu, Aresh tiba-tiba berseru, "Papa!    Ka Theo! Peluk!"

"Eh?" Darren kaget, tapi Aresh sudah membuka tangan lebar dan merangkul keduanya sekaligus.

Dengan sedikit kikuk, Darren dan Theodore tertawa dan membiarkan diri mereka terjepit di tengah pelukan anak kecil itu.

"Sekarang kita jadi pesawat bareng!" seru Aresh.

Dan saat itu juga, Darren dan Theodore berpandangan-tersenyum dalam keheningan, dalam pelukan kecil yang hangat, dalam dunia yang tiba-tiba terasa sangat cukup.

Theodore sedikit berbisik
"Kalau begini terus... aku bisa jatuh lebih dalam tiap hari, lho."

Darren hanya membalas dengan gumaman rendah dan senyum yang menenangkan hati. Tangannya meremas pelan bahu Theodore di balik pelukan Aresh.



—————————
udahan dulu, byee💗

Engineered To Babysit (Teedew/Dewtee) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang