Rating 21+
Kara Periwinkle, seorang penyanyi pop terkenal yang sedang mengalami kejenuhan karier, memutuskan untuk cuti diam-diam ke Hawaii setelah konser dunia yang melelahkan. Di sebuah bengkel motor kecil di daerah North Shore, ia bertemu Zayan H...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SUARA ayam hutan dan desiran angin menyelinap masuk lewat jendela terbuka. Matahari belum sepenuhnya naik tapi cukup terang untuk membangunkan Kara dari tidurnya. Langit masih tampak semburat jingga pucat.
Mengerjapkan matanya beberapa kali, Kara lalu menutupi netranya dari sorot cahaya matahari pagi. Tubuhnya masih telanjang bulat, rambutnya acak-acakan menempel di pipi. Badannya masih lengket oleh sisa keringat dan bercinta semalam. Ia menguap sambil menutup mulut, lalu melirik ke samping.
Ternyata Zayan masih tidur pulas, telentang dengan satu tangan sebagai bantalan kelapa. Wajahnya tampak begitu damai, kontras sekali dengan brutalnya mereka tadi malam. Kara tersenyum kecil, lalu menyentuh dada pacarnya itu dengan jari telunjuk, dan menggerakkan jarinya memutar seolah menggambar lingkaran.
"Bangun, Zay..." bisiknya lirih.
Zayan hanya mengerang, belum sepenuhnya membuka matanya.
"Udah jam enam... kita harus pulang ke North Shore sebelum siang," lanjut Kara sambil mengecek jam di ponselnya, kemudian duduk dan mengambil celana dalamnya yang berserak di lantai.
Tak lama kemudian, Zayan membuka matanya, masih setengah sadar, lalu melirik tubuh Kara dari belakang. Pantat cewek itu tampak padat, pahanya masih agak kemerahan karena sisa bekas ia cengkeram semalam.
"Aku mimpi seks bareng kamu semalam, tapi ternyata itu kejadian nyata..." gumam Zayan, suaranya serak.
Kara menoleh, tersenyum lebar. "Dua ronde, Bang. Kamu pingsan duluan, padahal aku masih semangat."
Zayan menghela napas, bangkit perlahan dan duduk di tepi ranjang. Penisnya masih agak keras walau belum sepenuhnya bangun. Ia menarik napas dalam-dalam sambil menatap ke luar jendela.
"Udara pagi di Hawaii tuh gila sih... segar banget walau kita habis ngeseks kayak orang kesurupan tadi malam."
Kara tertawa, melempar bantal ke arahnya. "Cepet mandi sana, kita mesti cabut sebelum matahari nyengat."
Zayan kemudian berdiri, dengan percaya diri memamerkan tubuh telanjang bulatnya yang terpahat sempurna. "Kamu ikut mandi nggak?"
"Kalau aku ikut, kita nggak bakal pulang-pulang..."
"Oke. Aku mandi sendiri, takut motoran sambil badan loyo."
Zayan menuju kamar mandi kecil di pojok pondok. Ada sumur tua di belakang kamar mandi itu. Airnya dingin bukan main, tapi justru itu yang membuat tubuhnya terasa segar. Sementara itu, Kara berdiri di depan jendela, sudah mengenakan kaosnya dan celana pendek, menatap ke arah hutan. Pagi ini terasa seperti hangover namun versi penuh cinta, sisa kenikmatan masih melekat, tapi hatinya terasa ringan.
Beberapa menit kemudian, Zayan keluar dari kamar mandi, rambutnya basah, memakai celana pendek dan mengelap tubuhnya dengan tangannya sendiri.