assalamu'alaikum...
yuhuuu, update lagi.. makasih lho yang udah setia nunggu sama ini cerita...
makasih makasi makasih..😘😘😘😘dan gak ada maksud buat ngelamain update kok, biasa.. emak-emak banyak acara sana-sini, mood nya juga sana-sini, terus idenya bolak-balik sama realita kehidupan.
mudah-mudahan yang ini gak kelamaan ya..
okelah, gak mau banyak cuap.. author cuma mau ngucapin terema kaseeeh yg udah setia sebagai pembaca. insyaalloh ane janji gak bakal bikin kecewa..
sooo, happy read.....guys..!!🙌🙌🙌
*
Salma mengusap wajah tirus adiknya yang masih setia memejamkan matanya dalam damai. entah sampai kapan mata penuh binar ketika menatapnya itu akan terbuka, bibir ranum itu akan selalu tersenyum ketika bertemu pandang dengannya, suara lembutnya akan merengek manja padanya ketika meminta sesuatu, tangan itu akan memeluknya dengan erat saat dia membutuhkan sebuah kehangatan alam pelukan sayang. entah kapan Salma tak tahu pasti.
penjelasan dokter 4 bulan lalu cukup membuatnya dan keluarganya shock berat. leukimia stadium 4 itu telah menyerang pembuluh dibagian otak yang menyebabkan adik bungsunya harus terbaring koma. bukan hanya itu, sel kanker itupun telah menyerang bagian organ vital lainnya, beruntung hingga kini Azza masih bisa bertahan dalam kondisi kritisnya.
" teteh kangen sama kamu dek.." bisik Salma dengan berkaca-kaca. sedangkan Faqih sang suami ditemani kedua orangtuanya juga ayah mertuanya hanya bisa menunggu diluar.
" apa kata dokter?" Faqih menatap ayah mertuanya, menanti jawaban yang atas pertanyaan yang di ajukan oleh bundanya.
pak Anwar pun tampak ikut menanti jawaban tersebut. alih-alih menjawab, pak kyai hanya menghela nafas berat dan mengulum senyum tipis, mencoba untuk terlihat tegar dan percaya jika semuanya akan baik-baik saja. meskipun begitu, Faqih dan keluarganya bisa melihat ada kerapuhan yang disembunyikan dibalik senyum itu.
" masih sama, dan hanya satu saran yang dokter berikan. saran yang selalu sama sampai detik akhir ini.." ketiga orang di dekatnya itu masih diam, tak menyahuti ucapan pak kyai sebagai jawaban. kyai Basyar melirik ke arah menantu danbesannya.
" Alloh tak pernah membeeikan cobaan diluar batas kemampuan hamba tersebut. mau tidak mau, saat ini kita hanya bisa pasrah dan yakin pada qodrat Alloh. apapun yang akan terjadi nanti sudah jadi kehendaknya." pria paruh baya itu menatap lurus dengan fikiran menerawang jauh.
" rezeki, jodoh, maut semua Alloh yang menentukan. namanya itu takdir. sebanyak apapun manusia meminta jika Alloh tak menghendaki kita bisa apa? yang sekarang kita butuhkan hanya ikhlas dan sabar. ikhlas dengan keputusan akhir dari kehendak-Nya, dan sabar agar kita bisa dengan lapang menerima kehendaknya yang mungkin tak sesuai dengan keinginan kita." lanjutnya dengan helaan nafas kesekian kalinya. Faqih mengangguk setuju enggan apa yang di ucapkan oleh mertuanya.
Salma yang membekap mulutnya agar isakannya tak keluar karena mendengar ucapan abahnya dibalik pintu ruang ICU, dan Aulia yang memilih pergi dari tempat tersebut. dirinya yang baru saja dari musholla setelah melakukan dluha tak sengaja mencufi dengar percakapan antara abah dan iparnya. Aulia bersandar didinding rumah sakit, air matanya jatuh tanpa bisa dia tahan lagi. secepat itukah? tak bisakah Alloh merubah takdir itu? demi adiknya? Aulia memukul dada kirinya penuh pilu dan kesakitan.
" Alloooh, apa dosa kami? kenapa harus adikku? apa dia tidak terlihat baik oleh-Mu Robbiii.." rintihnya penuh air mata. isakannya lolos begitu saja, tak menghiraukan pandangan bingung dan penuh tanya perawat ataupun para pasien juga pengunjung yang berlalu lalang disekitarnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
KAIFA HALUKI??
Spiritualnada itu terdengar hampa sunyi menyelimuti ruang hatiku gambaran paras ayu yang tak luput dari pujaan tetes air mata menemani khayalan akan sebuah kebersamaan namun tak ayal ketika semua berubah menjadi sebuah guratan luka yang tak kunjung pudar s...