抖阴社区

Chapter 12 [Menyedihkan?]

474 20 1
                                        

Aldwinda terlihat kebingungan melihat sahabatnya yang tidak berhenti menangis sejak tadi. Bahkan dia merasa lengannya sedikit pegal karena Tasya yang terus saja memeluknya.

"Sya.. Lo kenapa? Cerita dong sama gue. Kalau lo cuma nangis gini, yang ada gue malah bingung." pinta Aldwinda mendongakkan kepala Tasya agar menghadap kepadanya.

Namun Tasya justru menggeleng dan meneruskan untuk menangis. Entah rasanya sulit untuk menceritakan semuanya.

Tanpa diperintah, secara otomatis air mata Aldwinda menetes begitu saja. Dia merasa sangat sakit melihat kondisi Tasya yang begitu memprihatinkan.

Tasya menghapus air mata Aldwinda dengan perlahan "Lo ngapain jadi ikut nangis sih Win?"

"Gimana ngga ikut nangis kalau liat keadaan lo yang kayak gini. Buat gue lo itu bukan cuma sekedar sahabat lo tapi gue udah nganggap kalau lo itu saudara gue. Apa yang lo rasain itu juga bisa ikut gue rasain"

"Ishh udah. Gue ngga apa-apa kok. Jangan ikut cengeng ah. Entar kalau gue udah siap gue bakal cerita kok" tutur Tasya meyakinkan.

Menghembuskan nafas pasrah "Oke. Kalau lo ngga mau cerita dulu gue ngerti. Tapi seenggaknya lo makan dulu gih. Dari kemarin loh lo ngga makan. Walaupun hari ini libur tapi lo tetep harus makan" tutur Aldwinda pelan.

"Gue ngga lapar Win" suara Tasya terdengar serak.

"Ngga lapar gimana? Sebenarnya lo tuh lapar, tapi lo tahan kan? Sya.. Jangan nyiksa diri lo kayak gini. Gue ngga suka"

"Tap.."

"Kalau lo masih mau tinggal di apartemen gue, lo makan sekarang. Atau anggap aja kita ngga pernah kenal?" ancam Aldwinda sambil menatap tajam Tasya.

Memang saat ini Tasya sedang berada di apartemen milik keluarga Aldwinda, mumpung hari libur.

Mendengar ancaman dari Aldwinda akhirnya Tasya melepaskan pelukannya "Win.. Gue beneran ngga lapar. Kayak lo ngga tau gue aja"

Aldwinda meniup poninya kesal "Oke kalau lo belum makan. Gue lapar mau sarapan dulu. Entar kalau lapar lo buruan turun"

Tasya mengangguk sambil melihat kepergian Aldwinda. Dia mendengar hpnya berbunyi menandakan ada telfon masuk. Namun dia justru membuang hpnya itu karena dia tahu siapa yang sedang mencoba untuk menghubungi dia.

Tasya memilih untuk pergi ke apartemen Aldwinda karena Geo tidak mengetahui tempat itu. Jujur dia masih sangat kecewa dengan penuturan papanya kemarin. Itu terlalu cepat dan terlalu sulit baginya.

Jika dari kecil kakak dan papanya selalu mengajarkan kejujuran, lalu kenapa justru mereka yang berbohong? Tidak ada kebohongan yang dilakukan demi kebaikan. Satu saja kebohongan dilakukan maka kepercayaan akan runtuh dengan sendirinya. Sesuatu yang sudah runtuh akan sulit untuk terbangun lagi.

Kejadian demi kejadian di mana waktu kebersamaannya dengan papa dan kakaknya mulai terputar di otak. Saat mereka berlibur di London beberapa tahun yang lalu, saat mereka menginap di sebuah vila di Bandung dan masih banyak kejadian lain.

"Mah.. Apa cuma Tasya yang ngerasa udah dikhianati? Apa cuma Tasya yang ngerasa sakit hati? Kenapa ini sulit mah? Tasya mau ikut mama.. Kangen" lirih Tasya memegangi sebuah liontin yang melingkar di lehernya.

Itu adalah hadiah dari mamanya yang dititipkan neneknya waktu dia masih kecil. Dan kalung itu tidak pernah lepas sedetikpun dari tempatnya.

"Lo nangis terus emang bisa bikin kenyang?"

Tasya mengalihkan pandangannya ke arah sumber suara. Matanya sedikit membulat saat mengetahui siapa yang datang menghampirinya. Dan dia juga memandang pintu yang telah terbuka, menandakan dia tidak sadar ada seseorang masuk ke kamar itu.

[HSLS] You are.... √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang