抖阴社区

Wawancara Bersama Kesayangan Mika; Mikana, oleh Matt

Mulai dari awal
                                    

Gue menyorot wajah Mikana yang kini cemberut, kesal. "Jungkat-jungkit itu mainan anak-anak!" Lahhh? Situ kan juga anak-anak! "Pokoknya Mikana mau bulung antu!"

"Mau es klim aja, gak?" tawar gue sambil tersenyum kecil.

Mikana menyipit curiga. "Om Matt takut ama bulung antu, ya?!"

"Bukannya takut, Om Matt cuma gak mau kamu dipatok sama bulung antunya," ucap gue yang sepenuhnya enggak salah.

Mikana cemberut dan menyilangkan kedua tangannya di dada. "Itu berarti, Om Matt takut!!"

"Ya udah, terserah," ungkap gue sambil menghela napas dan menggiring Mikana ke tempat pawangnya.

Mikana langsung berpose ceria di samping burung hantu sementara gue mengambil gambarnya ya lewat video juga, jadi praktis. "Oke, satu... dua... tiga... sip!"

Bukannya pergi dari pawang sesegera mungkin, Mikana malah mengangkat tangannya ke arah burung hantu. Mungkin niatnya ingin mengelus. Namun seperti yang gue duga, burung hantu itu mematuk punggung tangan Mikana, membuat bocah itu memekik kaget dan mundur ke belakang. Si pawang tampak bersalah karena tidak berhasil mencegahnya dan berusaha menenangkan Mikana.

Gue menghela napas.

***

"Masih sakit, gak?" tanya gue, sambil menyorot Mikana dengan kamera Seth.

Mikana mengusap ujung matanya, masih menangis melihat tangannya yang luka karena dicubit burung hantu. Dia meniup-niup lukanya yang sudah gue obati seperti tiupannya itu bisa menyembuhkan.

"Kenapa ditiup-tiup?" tanya gue.

Mikana kini menoleh sekilas, lalu sibuk meniup lagi. "Kata Om Juna, kalo luka halus ditiup. Pas kepala Mikana benjol gala-gala bola, Om Juna niup-niup kepala Mikana."

Gue mengangguk-angguk, meski sebenernya bengong karena ajaran Juna yang tidak berfaedah.

Kami duduk santai di salah satu bangku mall, dekat dengan jajaran outlet baju. Mikana anak yang kuat, dia menahan tangisnya dan meringis kecil. Gue sebenernya pengen ngajak Mikana pulang, tapi mukanya sangat lucu dan perlu direkam. Lagipula, Mikana sendiri yang tetep keras kepala ingin di sini. Jadilah gue membuat 'kejutan kecil' untuknya. Mungkin mereka dateng sekitar... setengah jam lagi?

"Halo, anak Papa!" seruan itu membuat gue dan Mikana lantas menoleh. Ee copot e copot copot. Kok cepet banget ya?

Di sana, Mika nyengir super lebar ke arah Mikana, membuat bocah itu memekik dan langsung bersiap mode 'koala'. Yaitu, mengalungkan lengannya di leher sang objek, Papa Mika. Gue langsung menyorot wajah Mika yang super senang karena dipeluk anaknya.

"Huhuhuhu, atit, Pap," ungkap Mikana, mengadu soal cubitan burung hantu.

"Ahhh, ini mah kecil! Diobatin pake betadine juga udah sembuh," ujar si Papa Mika sambil mengacungkan jempolnya. "Mikana kan anak jagoan!"

Ah. Gue suka cara Mika ngasih tau Mikana kalo cubitan burung hantu itu masalah kecil yang bisa diselesaikan. Mikana bisa jadi pribadi yang gak mengeluh dan kuat. Gue menyorot Mikana dan lihat, bocah itu mengangguk sambil menahan isak tangisnya, bibirnya jadi mendelep, lucu banget. Dia lagi nyoba tegar!

"Cieee, Om Matt sama Dedek Mikana lagi jalan bareng! Gak ngajak-ngajak," suara Seth membuat gue tercengang setengah mati. Gue langsung mengarahkan kamera ke wajah tengilnya.

Ini... ini... sudah direncanakan! Kalo gitu, kenapa gue doang yang seolah-olah orang luar di sini???

"Om Seth!" seru Mikana sambil nyengir lebar, lupa semua sakitnya.

TRS Universe (0) - Before and After EverythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang