"Saya sekelompok sama Matt, Bu!" seruan terburu-buru dari Mika itu sejenak menimbulkan hening yang mencekam (terutama bagi Matt) hingga terdengar seruan, "Cieee, temenan ya, cieee," membuat Matt menoleh ke arah Mika dengan wajah jengkel.
Guru biologi itu mengesah pelan melihat keributan kecil di kelasnya. "Yang kebetulan memang anggotanya dua orang. Kalau begitu, Mika sama Matt satu kelompok. Yang lain, saya yang menentukan atau kalian saja?"
Mendengar itu, Matt hendak protes, namun protesannya padam ketika serempak semuanya memilih untuk menentukan sendiri kelompoknya. Matt menoleh pada Mika yang sedang nyengir lebar, seolah sudah menemukan kemenangan nyata, dan ini membuat perut Matt mulas karena bila Matt menolak satu kelompok dengannya, siapa lagi yang akan mau bersama Mika?
Tidak ada. Semua orang menganggap Mika freak.
"Kerjain di rumah gue, ya!" seru Mika heboh.
Matt sudah tidak mendengar penjelasan guru biologi mengenai tugas ini. Serius, Matt memutuskan untuk tidak ikut andil dalam pekerjaan kelompok bodoh ini karena Matt tahu Mika akan mengerjakan ini semua, dilihat dari betapa semangatnya dia.
"Anjay, mereka temenan?" tanya geng Niko yang suaranya lebih kencang dari to'a masjid.
"Anjaaaaay," balas yang lain.
Matt mendelik ke arah mereka dan tentu saja, mereka lantas tutup mulut.
***
Mika senang sekali mendengar kabar bahwa Matt akhirnya akan datang ke rumah malam ini untuk mengerjakan tugas biologi. Baru kali ini, ada teman yang main (Mika, ini kerja kelompok, bukan main) ke rumahnya. Mika sampai gugup minta ampun dan meminta Mama (in memory, Mama Mika :( ...) untuk menyiapkan makan malam yang super enak.
"Emang ada siapa, sih?" tanya Mama sambil mengaduk-aduk sop ayamnya.
"Temen Mika!" jawab Mika super antusias sembari melihat ke arah pintu, ini yang ketiga belas kalinya Mika melihat ke arah sana dan tentu saja sudah setidaknya enam setan lalu lalang.
Mama melirik Mika dan setidaknya día bernapas lega, akhirnya, anaknya ini punya teman.
"Masa sih? Emang ada yang mau temenan sama kamu?" tanya Mama usil membuat Mika cemberut.
Cemberutnya lenyap berganti cengiran ketika melihat bukan setan yang lalu lalang lagi di pintu, tapi benar-benar Matt. Mika berjalan ke arah Matt dan menyapanya. Langsung saja laki-laki itu menyeret Matt ke kamar sambil menunggu makan malam jadi. Bahkan Mama tidak diperbolehkan menyapa Matt terlebih dahulu.
Mika seperti dapat mainan baru saja.
"Duduk sini, yaaa," ucap Mika sembari menunjuk bean bag di tengah-tengah kamar bernuansa hangat itu.
Kamar Mika memiliki wallpaper cokelat bermotif abstrak. Pencahayaan dalam kamarnya cukup, namun mungkin bila Matt belajar di sini, dia malah tidur karena suasana kamar yang menenangkan. Terkejutnya, kamar Mika bersih dan rapi, tidak ada barang-barang yang berserakan (tidak tahu saja Matt kalau Mika bersih-bersih dulu sebelumnya), dan di dindingnya tertempel banyak poster. Poster film-film action dan horror. Tempat tidur Mika kecil, hanya muat satu orang, dan berada di pojok. Selebihnya, kamar ini lebih seperti basecamp dibanding kamar.
"Ayo, kita kerjain tugasnya," kata Matt tanpa peduli atau mendengarkan ocehan Mika sedari tadi dia mengobservasi kamar laki-laki itu.
Mika berhenti bicara dan mengerjap, mengangguk. "Oke."
Selama satu jam mereka mulai membicarakan tugas hingga Mama muncul dari balik pintu dan mengatakan bahwa makanan sudah siap. Mama melihat Matt lebih lama dibanding yang seharusnya dan membuat Mika berdeham. Ketika Mama tertawa sambil berlalu pergi, Mika akhirnya bersuara.

KAMU SEDANG MEMBACA
TRS Universe (0) - Before and After Everything
Teen FictionThe Rules Series One-Shot Story: Juna, Matt, Mika, Julian, Seth, & Alvaro
Before We Meet - 2
Mulai dari awal