"Hyung~ minum tehnya untuk menjernihkan pikiran," ujar Hongbin memberikan secangkir teh hijau, Ken menoleh lalu tersenyum
"Gomawo~ bagaimana keadaan Krystal?"
"Sudah ada Hoseok yang menemaninya"
"Lalu Hyuk?"
"Dia sedang meditasi dikuil, mungkin berdo'a untuk keajaiban datang,"
"Kau sendiri sudah rela?"
"Ah~hyung kan sudah tahu jawabannya," sahut Hongbin lalu duduk didepan Ken, sesekali melihat lembaran-lembaran kertas dan mengangguk-ngangguk mengerti.
Sedangkan Sooji ia menatap haru sosok Hyuk yang masih bermeditasi di kuil, ingin sekali ia menghentikan aksi Hyuk karna ini sudah menginjak hari ke-lima dan pria itu belum makan. Sebagai seorang teman tentusaja ia sangat kawatir apalagi melihat wajah Hyuk yang sudah pucat pasi.
Sooji menghela nafas dan segera keluar dari kuil, ia merasa bersalah karna membuat orang-orang yang disayanginya ikut terluka karnanya.
Ia berdiri dijembatan menatap bulan yang bulat seutuhnya, begitu terang."Aku bahkan belum tahu siapa yang membuatku begini, tapi waktu malah berjalan begitu cepat," gumamnya dengan air mata turun dari mata cantiknya
"Kau disini ternyata," ungkap seseorang membuat Sooji berbalik dan heran
"Neo." Tunjuk Sooji
"Wae? kau seperti melihat hantu saja. mian~ baru mengunjungimu lagi," ungkap Jungkook
"Eyy~ itu bukan masalah, lagipula kau pasti sibuk untuk persiapan pernikahanmu lusa,"
"Tidak juga. Leo hyung mengurungku beberapa hari ini,"
"Wae? Kau pasti membuat ulah."
"Hanya mengatakan tak ingin menikah. Lagipula Sowon bukan orang yang ku inginkan." Sahutnya menatap langit malam, keduanya mulai berjalan
"Jadi Sowon pilihanmu. dia wanita yang cantik dan baik juga anggun. Sayangnya, dia juga pernah ditolak Hoseok,"
"Hoseok? oppamu."
"Ne~ dia memilih Krystal. Heran saja wanita cantik tapi selalu ditolak,"
"Secantik apapun seorang wanita, bukan berarti hatinya juga cantik,"
"Kau menuduhnya jahat?"
"Bukan itu maksudku, mungkin hatinya yang sudah dimiliki wanita lain."
"Kenapa semakin berbelit-belit? Terserah deh. Intinya kamu dikurung karna menolak perjodohan, padahal kamu sudah memilih. Tentu saja Hyung-mu marah."
"Apa kamu gak mau tahu alasannya?"
"Untuk apa tahu? Itu bukan urusanku," sahut Sooji sembari berjalan meninggalkan Jungkook, segera Jungkook menarik tangan Sooji hingga membuat wanita itu berbalik dan mengernyitkan dahi
"Tapi kali ini kamu yang berurusan."
"Mwo?"
"Alasannya adalah karna aku mencintai wanita lain, wanita arwah yang ku temui untuk pertama kalinya. Wanita aneh yang mampu masuk kedalam pikiranku, wanita yang membuatku ingin selalu berada didekatnya dan tak ingin kehilangan dia. Wanita yang mampu mendebarkan jantungku seperti kereta api tapi membuat nyaman dan wanita itu kini ada dihadapanku."
DEG~
Jantung Sooji seketika bergemuruh mendengar pengakuan Jungkook, wajahnya kini terasa memanas."Aish~jangan bercanda, itu tidak lucu. sebaiknya kita pergi~" sahut Sooji terkekeh geli berusaha melepaskan diri namun segera ditahan Jungkook, bahkan tangan Jungkook kini sudah melingkar sempurna dipinggangnya.
"Ji~ bagaimana jika sebenarnya mencium arwah adalah penawar agar kau hidup kembali?" Tanya Jungkook menatap Sooji tanpa berkedip
"MWO? YAK! ada apa dengan otakmu?"
"Saranghae, jeongmal saranghae," lirih Jungkook lalu membungkam bibir Sooji dengan bibirnya, membuat arwah tersebut melotot kaget dan ia dapat merasakan bibir itu bergerak pelan seakan sedang menyalurkan perasaan sesungguhnya.
Sooji masih membuka matanya, otaknya tak bisa berpikir jernih hingga akhirnya tengkuknya ditekan dan membuatnya menutup mata.'Jika benar menciumku bisa membuatku hidup, ku harap iya. tapi tidak. takdir sudah menggariskan kepergianku' batin Sooji tanpa terasa air matanya jatuh dan Jungkook menyadari hal itu, membuatnya melepaskan tautan mereka.
"Uljimma~" bisik Jungkook menghapus air mata Sooji
"Andwe! Kau tak boleh jatuh cinta padaku! Jebal~ jangan mencintaiku." Isak Sooji
"Wae? aku tahu kisah ini sangat cepat, tapi siapa yang tahu tentang hati yang berlabuh? Ji~saranghae,"
"Andwe! Andwe! Ini tidak benar! takdirku adalah kematian dan aku takkan bisa hidup lagi, kau tahu itu," lirih Sooji menundukkan kepalanya, Jungkook memeluk erat arwah tersebut
"Ani. Aku janji akan meminta Ken hyung untuk tak membakarmu,"
"Tidak bisa. Jika itu terjadi, rakyatku bisa jadi korban,"
"Lalu bagaimana denganku Ji?! Apa kau tega meninggalkanku sendiri disini?! Jebal. Tetaplah hidup walau itu hanya arwahmu,"
Sooji membungkam bibirnya, ia memilih diam karna tak tahu harus menjawab apa. 1 pertanyaan, apakah ia juga mencintai pria ini?Setelah menangis semalaman dan membuat Jungkook tak pulang, akhirnya Sooji terbangun. Ia tersenyum lirih melihat wajah pria yang mengungkapkan perasaannya semalam, tangannya terulur mengusap wajah tersebut.
"Pagi-" sapa Jungkook tanpa membuka matanya sembari tersenyum, Sooji kaget menarik kembali tangannya namun ditahan Jungkook
"Harusnya kau menjawab pagi juga," ujar Jungkook membuka matanya menatap Sooji
"Lepas. Sebaiknya kau cepat pulang, pengawalmu pasti kawatir karna kau menghilang," usir Sooji
"Ey~kenapa kau jadi gugup begitu?"
"Mwo? Si-siapa yang gugup? Cepat bangun dan pulang sana!"
"Poppo,"
"Mwoya~ shireo!"
"Kalo begitu aku tak mau pulang." Jungkook semakin mengeratkan pelukannya
"YAK!" Pekik Sooji yang tak dihiraukan Jungkook,mendesis sebal
"Arra, tapi setelah itu pulang." Ujar Sooji akhirnya pasrah mendekatkan wajahnya, Jungkook tersenyum sendiri. Ia pasti sudah gila karna jatuh cinta pada arwah.
CHU~
Segera Jungkook menahan tengkuknya dan memperdalam ciuman mereka.
"Saranghae"●
●
●
TBC

※ 6 ※
Mulai dari awal