抖阴社区

7. Lupa dan tidak tahu

Mulai dari awal
                                        

"Y... Yeri-ah... Apa sekarang ulang tahunmu?"

Dan anggukan pelan satu kali sebagai jawaban sudah cukup menjadi bom nuklir di kepala Jungkook. Menghamburkan otaknya hingga terburai tak berbentuk.

Tidak ada cinta dalam hubungan pernikahan mereka bukan berarti tidak ada perhatian dan pengertian. Demi Tuhan, hari ini adalah hari ulang tahun wanita yang menyelamatkan namanya dari kehancuran dan Jungkook benar-benar lupa. Atau kalau boleh jujur, Jungkook sama sekali tidak pernah tahu kapan hari ulang tahun Yeri. Panggil dia suami kurang ajar, dan dia tidak berhak memimpikan pelukan hangat lagi. biarkan saja dia mati kedinginan dalam keadaan tampan.

"Maaf. Aku lupa. Selamat ulang tahun Yeri. Semoga kau bahagia selalu," ucapnya setelah berhasil meraih tangan Yeri dan mengusap jemari cantik itu dengan ibu jarinya.

"Terima kasih. Kau sangat baik oppa."

Satu hal yang semakin diketahui Jungkook. Yeri itu ahli sekali dalam menyindir. Walau sebenarnya ia juga ragu itu sindiran atau memang tulus sebagai ucapannya. Masalahnya adalah, Jungkook tersindir telak. Dari segi mana Jungkook dikatakan baik? Bagian mengucapkan ulang tahun paling terakhir? Tidak memberikan kado? Atau ketahuan terang-terangan kalau dia lupa (lebih tepatnya tidak tahu) hari ulang tahun orang yang sudah mendampinginya selama 5 bulan? Wah... Jungkook sangat baik.

"Oh ya Yeri, apa ada sebuah benda yang kau inginkan? Atau sesuatu yang sangat kau butuhkan?"

Sebuah senyuman manis dan gelengan polos mengantarnya pada jawaban tidak. "Dalam waktu dekat ini tidak. Semuanya lengkap, kurasa. Penghasilanku sudah lumayan bertambah, sesekali aku yang akan memenuhi biaya hidup kita, ya sebulan dua bulan mungkin. Kau bisa menyisihkan gajimu jika saja suatu saat kita membutuhkan sesuatu yang mendesak."

Jungkook menggumam. Sedikit lega karena Yeri tidak pernah memberi batasan berarti dalam masalah finansial mereka. Secara keseluruhan dalam membina rumah tangga, Yeri mengerti perannya. Dia sudah sangat pandai memasak, mungkin sudah menjadi hobbi, dia rajin membersihkan rumah, dan jangan lupa mengenai cucian. Sudah 5 bulan Jungkook tidak menyentuh detergen dan mesin cuci. Yah, semuanya bisa dilakukan Yeri, kecuali satu. Hanya di bagian di mana ia seharusnya mengisi tempat kosong di ranjang Jungkook yang besar. Mungkin itu masih lama.

"Ya, kau benar. Lagipula kau sudah mendapatkan banyak dari... siapa tadi mantan calon pacarmu?"

Kali ini Yeri terkikik. Ia meraih sendok yang tidak dipakai dan mengetuk ringan punggung tangan Jungkook di atas meja. "Jangan tersinggung. Sebenarnya aku juga tidak butuh boneka dan mawar. Tapi tidak apa-apa. Bonekanya diletakkan saja sebagai hiasan. Ah, aku juga melihat vas kosong di lemari. Kita bisa meletakkan mawarnya di situ. Dan... Oh ya oppa, kau libur hari ini kan? Di luar sangat banyak kue. Kita bisa menghabiskannya sedikit demi sedikit sambil menonton DVD. Editorku mengirimkan beberapa film. Dia bilang di antaranya ada selipan AV. Apa itu AV?"

Jungkook terbatuk telak. Ia langsung menyambar susu putih yang disediakan Yeri pagi itu. Kebiasaan wanita itu jika tahu bahwa Jungkook libur. Jika ada aktifitas, Yeri menyediakan kopi. Dan Jungkook suka itu. "Kupikir nonton yang lain saja. Jangan yang itu."

"Kau belum menjawab pertanyaanku. Oppa, apa itu AV?"

Setetes keringat bergulir di pelipis Jungkook. Rasanya jadi hangat begini. Seingatnya dia tadi bangun dalam keadaan dingin. Ini berita buruk. "Itu... err... bagaimana menjelaskannya. Itu AV itu adult video. Yah seperti namanya, isinya konten dewasa."

Dan reaksi yang tidak diduga Jungkook justru ia dapatkan dari wanita di hadapannya itu. Dua pasang mata cantik yang membulat antusias, jangan lupa binar-binar harapan di sana. "Benarkah? Ayo kita nonton. Aku butuh referensi untuk sekuel novelku."

"Yeri, isinya tidak baik. Dan... tidak boleh dinonton oleh dua orang yang belum terikat."

"Terikat? Maksudmu menikah? Kita sudah menikah."

"Ck, ini perkaranya lain. Tidak boleh ya tidak boleh."

"Kenapa? Apa kau tidak suka?"

Dan pembicaraan itu sepertinya tidak akan berhenti begitu saja. Tumben sekali Jungkook tidak punya akal untuk berkelit. Kalaupun Jungkook berani membelokkan topik, rasa penasaran yang menggebu-gebu yang terpancar dari wajah wanita cantik di hadapannya itu akan mengembalikan alur permbicaraan mereka. Jungkook harus berhati-hati dalam pemilihan kata. Sedikit saja ia terpeleset, maka ia sendiri yang akan terjebak. Hampir setengah tahun, dan dia tidak mendapatkan nafkah batin, itu terlalu menyiksa. "Bukan tidak suka. Hanya... tidak baik. Apalagi kita menontonnya berdua."

"Memangnya konten seperti apa?"

"I... Itu..."

"Hm, atau mungkin kutonton bersama editorku saja. Atau..." Yeri tampak menerawang, sepertinya anak itu benar-benar serius. "Mark mungkin mau."

Jungkook menghentikan gerakannya menyantap makanan. Ia tatap wanita di depannya yang masih mempertimbangkan sesuatu, seolah itu sangat penting. "Mark itu siapa?"

"Oh, itu. Pria yang melobiku ke pihak penerbitan. Yang kau bilang tadi, mantan calon pacarku."

Kali ini bukan hanya perasaan hangat. Hei, jam berapa sekarang. Kenapa rasanya matahari sudah tinggi sekali? Apa Yeri lupa membuka jendela? Ah atau justru udara luar yang membuat ruangannya terasa panas?

"Jangan. Aku tidak membolehkan."

"Eh? Kenapa? Jadi aku harus menontonnya sendirian?"

Jungkook meletakkan sendoknya di atas piring. Meneguk air putih yang juga sudah tersedia tadi. Selanjutnya, ia tatap Yeri cukup intens. "Apa kau mau menonton film yang isinya adalah 2 orang dewasa yang sedang bersetubuh?"

Yeri membelalak. Hampir tersedak makanannya. "B... Bersetubuh?"

"Kalau aku menyebutkan konten dewasa, itu sudah menjurus ke sana. Jangan sekali-sekali menontonnya dengan orang lain. Aku tidak membolehkan," Jungkook berdehem sejenak, melonggarkan tenggorokannya yang sangat gatal, "kita akan menontonnya kapan-kapan. Tapi tidak sekarang. Mungkin itu bagus untuk dijadikan referensi nantinya."

"Referensi? Untuk menulis novel vulgar?"

"Pikirkan saja sendiri."

"Referensi untuk apa? Oppa juga ingin menulis?"

Jungkook menghela nafas. Memejamkan mata perlahan, kemudian kembali memusatkan titik fokus pada perangai murni di hadapannya itu. "Kapan-kapan akan kujelaskan. Mungkin sekalian prakteknya. Jadi, habiskan sarapanmu. Kita ke depan dan makan kue. Bukankah kau belum meniup lilin ulang tahun?"

Tawa renyah Yeri menghiasi ruang makan. Membayangkan prosesi tiup lilin itu kesannya kekanakan, tapi mereka hanya berdua. Rasanya sah-sah saja. "Aku sudah 23, oppa."

"Hm, dan beberapa bulan lagi aku 26, dan kita belum melakukan apapun."

"Eh..."

"Ayo. Rasanya ingin sekali mencicipi yang manis-manis."

.
.
.
.

Original Story by. ALF (link ada di bio)

Get Married || jungri?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang