抖阴社区

[POB] Part 20

8.8K 492 4
                                        

Tasya beranjak dari duduknya. Kelas sudah sepi sejak 15 menit yang lalu, keadaan sekolah juga hanya diisi beberapa OSIS dan siswa yang sedang latihan ekstrakurikuler. Sengaja gadis itu berdiam diri di kelas, berharap Rangga lelah menunggu dan akhirnya Tasya bisa pulang sendiri.

Berpuluh-puluh panggilan tak terjawab, beratus-ratus pesan dari Rangga tak Tasya hiraukan. Sekarang dirinya merasa lelah, Rangga selalu saja begitu, mengambil keputusan hidupnya dengan semena-mena, tak memperdulikan Tasya setuju atau tidak.

Tasya pastikan, pasti cowok itu tengah jengkel Karena Tasya mengabaikannya. Tapi Tasya mencoba tak peduli, meskipun akhirnya ia harus menerima konsekuensi karena mengabaikan Rangga.

Gadis itu menuruni tangga dengan kepala menunduk, bahkan melewati koridor pun kepalanya enggan juga mendongak.
Ketika sampai di gerbang sekolah, Tasya dihentikan oleh sepasang kaki jenjang. Gadis itu menghembuskan napasnya lelah, tak perlu mendongak lagi, Tasya sudah tahu itu Rangga.

"Kenapa hm?" Tanya Rangga setelah memegang kedua bahu Tasya.

Gadis itu memilih diam dengan kepala yang masih menunduk ke bawah, lebih memilih menatap kedua ujung sepatunya. Bukan apa-apa, Tasya hanya lelah jika terus berdebat dengan Rangga, karena pada akhirnya dia yang akan kalah. Ralat. Mengalah.

Diacuhkan.

Itu adalah hal yang paling dibenci Rangga. Tapi Rangga mencoba bersabar, karena ia tahu pasti gadisnya marah padanya karena masalah kepindahan sekolah yang tak memberitahunya terlebih dahulu. Rangga mencoba mengerti kali ini.

Tasya menepis kedua tangan Rangga yang bertengger di bahunya. Mendongak melihat wajah Rangga yang lebih tinggi darinya. Menatap lelah iris mata elang hitam legam itu. Dalam tatapannya seolah mengatakan, 'tolong hentikan'

Tak mau berlama-lama, Tasya lebih memilih menyingkir dari hadapan Rangga. Tentu saja Rangga tak akan biarkan, dengan cepat ia mencekal pergelangan tangan Tasya dan segera membawanya ke mobil sport putih yang terparkir manis di pinggir jalan.

"Ini seragam baru lo." Ucap Rangga menyerahkan sebuah paper bag, setelah ia masuk ke dalam mobil.

"Dan keperluan lainnya, kita akan belanja sekarang."

"Gue gak mau!" Tolak Tasya dengan memalingkan mukanya.

"Gak peduli, harus mau." Putus Rangga final.

"Kenapa? Apa maksudnya lo masukin gue ke sekolah elite lo itu?"

"Supaya gue bisa selalu jaga lo."

Tasya mengernyit, "Ga, gue bukan balita yang harus selalu dijaga ibunya. Gue bisa jaga diri sendiri, lagipula siapa yang bakal gangguin gue di sekolah? Gak ada, Ga. Yang ada nanti gue yang di bully sama anak-anak kelas atas di sekolah elite lo itu!" Papar Tasya geram.

"Lo gak akan di bully selama ada gue. Gak akan ada yang berani gangguin lo selama ada gue."

Tasya tersenyum. Tidak! Bukan tersenyum bahagia, namun senyuman miris.

"Lagipula kalo kita satu sekolah, gue bisa bebas awasin lo. Dan, gak akan ada nanti cowok yang seenaknya peluk-peluk lo." Ucap Rangga dengan nada cemburu di akhir kalimat.

Dahi Tasya berkerut,
Peluk?

Cuma Satya yang berani melakukan hal itu pada Tasya. Tapi, bagaimana Rangga bisa tahu?

"Percuma lo mau nolak gimanapun, gue gak akan merubah keputusan. Jadi, lebih baik lo terima." Putus Rangga tak terbantahkan.

Baiklah, sudah cukup.

Tasya tak akan menang dengan perdebatan ini.
Hukum cewek cowok yang Tasya dengar dari Inggrid, bahwa cewek akan selalu benar faktanya salah. Justru dalam Tasya dan Rangga, cowok akan selalu benar. Ya, Rangga akan selalu benar.

Possessive and Overprotective Boy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang