抖阴社区

-17-

18 4 4
                                    

Eca membungkus sebuah kotak besar dengan kertas berwarna merah muda. Benda itu nantinya akan ia berikan kepada Rani. Sebuah sepatu yang terlihat simpel namun elegan itu Eca beli setelah pulang sekolah di antar sopir kantor ayahnya.

Harganya tak seberapa. Tapi, Eca tulus memberi Rani sepatu itu.

"Ca, katanya Om Wira mau ke Bandung, lho," ujar Pak Dikta yang duduk di ranjang anaknya. Sedangkan Eca duduk di lantai membungkus kado.

"Oh, ya? Kapan?" tanya Eca.

"Ayah juga gak tahu. Tapi kayaknya minggu depan, deh."

"Ayah," panggil Eca yang dibalas dengan gumaman singkat sang Ayah.

"Serius nih, gak apa-apa Ayah antar Eca? Padahal kan Ayah masih ada kerjaan," tanya Eca yang mulai menatap ke arah Pak Dikta.

"Iya, gak apa-apa. Lagian nanti malam kan Ayah lembur. Sebagai gantinya, Ayah pengin antar Eca. Tapi, pulangnya nanti Ayah suruh Pak Danang lagi yang jemput kamu ya?" Pak Dikta merasa bersalah pada Eca. Selalu ia tinggal selama satu minggu belakangan ini.

"Iya, Yah."

"Ca, sekolahnya kayak gimana? Seru gak?"

Eca diam, beberapa detik kemudia ia mengangguk sebagai jawaban.

"Kalau ada yang nyakitin kamu, bilang sama Ayah, ok?"

"Aku bukan anak kecil, Yah," jawab Eca dengan nada bercanda.

Pak Dikta tertawa begitu juga dengan Eca yang terkekeh. Pak Dikta bangkit dan berjalan keluar kamar, "Mandi dulu, gih. Habis itu siap-siap, dandan yang cantik."

Eca mengangguk menjawab perintah ayahnya. Ia juga bangkit dan menyimpan kadonya di atas meja belajar. Lalu ia menatap layar ponselnya. Eca melihat pesan yang ia kirim pada Bian kemarin malam. Eca juga melihat Bian aktif dua jam yang lalu, tapi tidak merespon pesan Eca sama sekali.

"Gue pacarnya, jadi gue berhak nanya sekali lagi."

"Eh, tapi di mata dia kan gue asistennya. Asisten gak berhak kepo sama majikannya."

Eca di ambang kebingungan. Ia menghela napasnya, "Emang guenya aja yang bego."

Gadis itu berjalan menuju kamar mandi untuk bersiap.

———

Eca keluar kamar dengan setelan simpel dan elegan. Gadis itu mengenakan blouse putih dipadukan dengan rok overall berwarna hitam, tak lupa make up tipis dan rambut yang tergerai membuatnya terlihat sangat cantik dan manis.

"Ayah!" sapa Eca sambil merangkul pundak ayahnya dari belakang.

Pak Dikta tersenyum melihat putri satu-satunya. "Cantik banget kamu."

"Berarti kemarin-kemarin aku gak cantik?" tanya Eca sambil mengerucutkan bibirnya.

"Enggak dong, anak Ayah selalu cantik," jawab Pak Dikta sambil mengusap rambut Eca. "Udah ayo, Ayah mau ke kantor lagi."

Ayah dan anak itu berjalan beriringan menuju mobil yang terparkir di halaman rumahnya.

"Nanti pulang kamu telepon Pak Danang, jangan sampai Eca pulang sendiri," peringat Pak Dikta mewanti-wanti anaknya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

? Terakhir diperbarui: Apr 21, 2021 ?

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SEVEN DAYS || LEE HAECHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang