抖阴社区

Ar ?Hari Kedua Liburan?

306 33 7
                                        

Pagi ini, saat membuka mataku, kamar cewek dipenuhi oleh mereka yang semalam barbeque-an entah sampai jam berapa. Aku enggak tau karena percayalah, aku ketiduran.

Kemarin malam, setelah Ardi meninggalkanku bersama sepiring daging, otomatis atas dorongan rasa lapar yang mengguncang perutku, ku lahap daging panggang itu. Dan brengs-knya, dagingnya keras banget. Serasa mengunyah ban karet. Sempat merutuk menyumpahi si pemanggang daging. Sialan. Daging keras begini dikasih aku.

Meski begitu, habis juga karena kelaparan. Lantas setelah kekenyangan, aku rebahan dan jatuh tertidur.

Dan sekarang, aku menurunkan kaki dari kasur kemudian berjalan ke kamar mandi. Mencuci wajah, lalu keluar kamar.

"AAARGHH! SEJUKNYAAA!" jeritku sembari memutar-mutar badan, berniat melepas pegal.

Ternyata jeritanku membangunkan yang lain. Salah satunya Arin, dia kini mengerjapkan mata di depan kamarnya.

"Pinka, udah bangun?"

Aku cengengesan. "Iya nih. Kebangun gara-gara gue ya, Rin? Maaf ya. Lanjut tidur aja gih sana."

Arin menggeleng. "Ah enggak, bagus malah kebangun. Semalem kita janjian snorkeling jam delapan. Ini udah jam tujuh tapi belum pada bangun. Aku mau bangunin anak cowok dulu deh ya."

"Oke," responsku.

"Hoi, Pink."

Menoleh ke jendela di belakang, kepala Tami mencuat dari sana.

"Pagi-pagi udah berisik aja lu yak!" omelnya dengan aksen Betawi. "Luar binasah emang. Padahal semalem nangis sambil ngunyah daging, eh paginye udah ceria lagi aja."

"Kok lu tau gue nangis sambil ngunyah daging?"

"Keliatan dari luar jendela."

"DEMI APA LU?" Sumpah sih, aku kaget luar biasa. "Kalo gitu yang laen juga liat gue nangis dong?"

"Kaga kok."

"Serius, Nyet."

"Yeh, dikata. Yang laen pada maen UNO. Gue kan duduk di kursi depan sini, jadi keliatan."

Tami menjelaskan selagi telunjuknya mengarah ke kursi rotan di depan jendela. AH untunglah.

"Lagian lu ngapa nangis, Malih?"

"Dagingnya keras, Mi, gigi gue sakit."

Tami tergelak keras. "Bego bat emang Iyo. Udah gua kata entuh daging belom mateng, tapi tet-p diangkat ama dia. Abis itu nyuruh Ardi kasihin elu."

"Sialan. Liatin aja entar gue tenggelemin di laut."

"PAGI SEMUAAA!"

Kepalaku melengos ke arah lain setelah menoleh ke sumber suara. Ardi menyapa kami dengan ceria diikuti Arin dan 2 sepupunya yang lain. Aku pura-pura tuli, mengangkat tangan ke atas sok meregangkan badan, lalu bermonolog.

"Ah gue mau mandi ah. Keknya seger mandi pagi."

Lalu melipir ke dalam sedetik kemudian.

Aih. Kenapa sih? Padahal Ardi udah bilang padaku buat jangan menjauhinya semalam. Tapi begitu lihat Pio, secara refleks aku tetap menjauh.

Dua jam kemudian—memang pada ngaret semua—kami berkumpul di teras. Melanjutkan kegiatan dengan susuran rencana mereka, snorkeling. Kami naik perahu motor kayu yang cukup kecil, memakai segala perlengkapan dan bersiap menyelam.

Yang tak ikut snorkeling cuma 2 orang, Ruby dan si lemah Ardi.

"Areng, kalo ketemu mermaid titipin salam gue ya," kata Ardi waktu aku akan masuk ke air.

Ar.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang