Keesokan paginya Kirana sangat terkejut mendapati kehadiran seorang cowok yang tengah mengobrol dengan Rudy di ruang tamu. Kirana berdecah kesal di dalam hatinya, bahkan untuk sekedar menanyakan masalah sekolah dengannya saja Papahnya itu jarang sekali, bahkan mungkin tidak pernah.
“Eh Kira udah siap?” tanya Om Rudy kepada anak semata wayangnya itu.
“Iya Pah, Kira berangkat dulu,” balas Kirana yang sudah menyelesaikan sarapan sebelumnya.
“Yaudah Om, Zaid pamit,” ucap cowok itu seraya mengambil tangan Rudy dan menyalaminya.
Mereka berdua kemudian keluar rumah bersamaan. Kirana memperhatikan cowok itu, dia mengenakan seragam yang sama seperti dirinya, namun sangat terlihat asing di mata Kirana. Rambut hitam pekatnya di tata rapi dengan sedikit jambul di depan, matanya yang sedikit kebiruan menandakan dia bukan asli orang Indonesia. Jaket kulit hitam kini sudah menghiasi tubuh tegap cowok itu. Dengan cekatan Zaid mulai menyelakan mesin motornya.
“Mau kemana lo?” tanya Zaid saat melihat Kirana yang sudah akan melangkahkan kakinya menuju motor matic miliknya.
Kirana menunjuk ke arah motoornya dengan memberikan tatapan bingung kepada Zaid.
Zaid memutar bola matanya malas, “Ya ikut gue lah, ngapain gue jauh-jauh ke rumah lo kalo gitu,” kesal cowok itu dengan sedikit meninggikan nada suaranya.
“Iya, iya,” pasrah Kirana, bagaimana tidak? mereka masih di halaman rumah yang bisa lihat dengan jelas oleh Papah Kirana.
Dengan segera Zaid melajukan motornya saat Kirana sudah duduk dengan nyaman di belakangnya.
“Turun di simpangan aja,” ucap Kirana saat melihat jalan yang sudah dekat dengan sekolah mereka.
“Apa?!” tanya Zaid dengan sedikit berteriak karena tidak dapat menangkap maksud gadis itu.
Kirana mengulangi ucapannya dengan suara yang lebih kencang dari sebelumnya.
“Gak! Nanti gue di marahin lagi sama bokap lo, nurunin anak orang pinggir jalan,” oceh cowok yang sedang fokus mengendarai motornya itu.
“Tinggal duduk aja apa susahnya sih,” lanjut Zaid dengan suara yang lebih kecil namun masih dapat di dengar oleh Krana.
Mereka berdua telah sampai di Sekolah, jam masih menunjukkan pukul enam lewat empat puluh, yang berarti masih terdapat tiga puluh menit lagi sebelum jam pertama di mulai.
“Mau ke kantin dulu gak?” tanya Zaid yang sudah berjalan beringan dengan Kirana setelah memarkirkan motornya dengan baik.
“Gue tau lo gak makan banyak tadi,” jelas cowok itu yang kini tengah melirik gadis di sebelah dengan hati-hati.
Kirana mengangguk sebagai jawaban. Memang karena keberadaan Zaid di rumahnya tadi pagi membuat Kirana harus menyelesaikan makananannya dengan cepat. Lagipula masih belum banyak murid yang datang.
Melihat gerakan gadis di sebelahnya membuat Zaid sedikit menyunggingkan senyum di wajah tegasnya.
***
Bel istirahat telah berbunyi sejak sepuluh menit yang lalu, namun seperti biasanya Kirana hanya akan berada di kelasnya saja. Suasana kelas sudah sangat sepi, hanya tertinggal tiga murid saja yang masih betah berada di ruangan ini.
Kirana sudah akan mengerjakan soal-soal di buku matematika miliknya saat sebuah tangan tiba-tiba mengambil alih buku tersebut darinya. Gadis itu mendongak dan mendapati Rian sudah duduk di kursi depannya yang diputar menghadap ke arahnya.
Rian sudah terlebih dahulu bicara sebelum Kirana sempat mengubah ekspresi terjekutnya menjadi bertanya, “Ke kantin yuk, Rina katanya juga mau ngomong sama lo,” ajak cowok itu sambil membolak-balikkan buku matematika milik Kirana di tangannya.
“Gak, mau belajar aja,”
Kirana berusaha merebut bukunya, namun Rian lebih dahulu mengangkat buku itu lebih tinggi agar tidak dapat dijangkau oleh gadis di depannya.
“Untung gue masuk IPS ya, kalo gak udah pusing gue tiap harinya liat ginian,” ucap Rian sambil melihat isi buku matematika Kirana.
Kirana berdecah dan berdiri dari kursinya, “yaudah,” dengan satu kata itu membuat Rian juga berdiri dari duduknya dan berjalan keluar kelas bersama Kirana setelah menaruh kembali buku milik gadis itu.
Seperti biasa susana di kantin sangat ramai dengan banyaknya murid yang berkerumun di sana, menyebutkan berbagai macam nama makanan dan beberapa ocehan terhadap murid lain yang lebih dulu mendapatkan pesanannya.
Kedatangan Rian ke sana, membuat beberapa mata mengalihkan pusat perhatian mereka kepada cowok itu. Rian yang memang menyukai mendapatkan perlakuan seperti itu dengan bermurah hati melemparkan senyum dan sapaan kepada siapa saja. Membuat Kirana merasa tidak nyaman karena beberapa mata juga ikut mengarah kepada gadis itu.
“Woy!” teriak seorang gadis yang tidak lain adalah Rina.
Kirana dengan segera berjalan menuju ke meja di mana Rina duduk, sedangkan Rian sudah ikut berkerumun untuk memesan makanan.
“Hari ini jadi kan?” tanya Rina sambil sesekali menyuap nasi goreng di hadapannya.
Kirana mengangguk sebagai jawaban, “Pulangnya mau bareng aja?” tanya Rina lagi.
“Gak usah, gue mau ganti baju dulu soalnya,” jelas Kirana.
Ya, seperti yang sudah ditetapkan mereka sebelumnya. Rina akan belajar bersama dengan Kirana hari ini, untuk mengganti waktu mereka yang terbuang sebelumnya karena sakitnya Rina, membuat mereka harus belajar dengan giat. Kirana sebenarnya harus pulang terlebih dahulu karena gadis itu tadi pagi bersama Zaid yang otomis membuatnya juga harus pulang bersama cowok itu lagi.
Rian datang dengan sebuah makanan dan dua buah minuman di nampan yang di bawanya, “Nih,” ucap cowok itu sambil menyodorkan segelas minuman kepada Kirana.
Melihat Kirana yang masih diam saja, membuat Rian langsung menaruh gelas tersebut ke meja dan duduk di samping adiknya.
“Gak usah banyak tanya, anggap aja ucapan terimakasih gue,” ucap Rian yang sudah asyik dengan makanannya.
“Buat,” tanya Kirana yang masih menganggap aneh hal itu.
Rian hanya mengangkat kedua bahunya kemudian kembali melanjutkan aktifitas makannya yang sempat tertunda. Gelas yang kini berada di hadapan Kirana itu adalah sebuah es teh dengan perasan jeruk nipis di dalamnya, minuman favorit gadis itu saat masih berada di bangku sekolah dasar. Kirana sempat tersenyum sekilas namun hanya sekilas saja, kemudian meminum es teh tersebut.
~ to be continued

KAMU SEDANG MEMBACA
K I R A
Teen FictionCerita tentang Kirana Mentari dan seorang teman dari masa lalunya......