抖阴社区

I was thinking to myself when you passed me by, "Here's what I like."

Mulai dari awal
                                    

"Baiklah sayang. Aku percaya padamu." Guanlin mengulas senyum tipis ketika bangkit dan menepuk bahu Jihoon sebelum berlalu. Meninggalkan Jihoon dan teriakan para gadis yang memperhatikannya. Sebagian berteriak karena terlalu bahagia dengan momen kapal Guanlin x Jihoon mereka meskipun hanya sedikit. Dan sisanya adalah teriakan kekecewaan dari penumpang kapal Jinyoung x Jihoon mereka yang sangat jarang terlihat.

Gadis-gadis normal zaman sekarang.

Di saat yang berdekatan Woojin bangkit dari tempat duduknya. Memeluk bukul tebal kelas berat yang akan ia kembalikan ke perpustakaan utama setelah ini.

Tapi ia tersungkur ke lantai pada langkah perdananya. Jihoon membulatkan sepasang mata bulatnya melihat kejadian itu. Sementara tawa puas terdengar membahana di seisi kantin.

Salah satu mahasiswa telah membuat simpul pada kaki meja menggunakan tali sepatu milik Woojin. Tidak heran. Buku itu membuka di lantai. Kacamata miliknya terlempar entah ke mana. Ia menjadi buta seketika. Minus yang ia miliki terlalu besar dan ia telah kehilangan alat bantunya.

"Rasakan itu, geek!"

"Pulanglah ke ibumu!"

"Ini bukanlah tempat yang pantas untukmu, kau tahu?"

Dan berbagai jenis makian lainnya.

Ini adalah hal familier lainnya yang terjadi di tempat ini. Woojin selalu mendapat perlakuan ini. Tapi bukan berarti ia sudah terbiasa dan menerima begitu saja. Ia ingin melarikan diri, tapi tidak bisa keluar dari sirkumstansi ini.

Kedua telapak tangannya meraba-raba lantai untuk mencari kacamatanya. Ia ingin kembali melangkah, tapi tali sepatu itu masih tersimpul dengan kaki meja. Ia membutuhkan indera penglihatan untuk melepasnya. Ia bukan seorang tuna netra yang memiliki kemampuan lebih pada indera perabanya untuk melakukan sesuatu.

Pada satu poin tangan ia akhirnya berhasil menyentuh benda yang ia cari. Tapi,

"Argh!" Terlalu buruk. Ia berteriak kesakitan kala sebuah kaki menginjak punggung telapak tangannya hingga kacamata di balik telapak tangan itu hancur. Bingkainya. Lensanya. Semuanya. Beberapa serpihan kaca berhasil menembus kulit telapak tangannya hingga mengalirkan darah.

Tawa hinaan itu terdengar semakin memekakkan. Yang mana Jihoon dibuat semakin merasa iba. Tangan mengepal kuat, ia berusaha menahan diri dari menolong pujaan hatinya.

Satu persatu para mahasiswa berlalu meninggalkan kantin ketika bel masuk terdengar. Jam makan siang telah berakhir dan mahasiswa yang tidak memiliki mata kuliah setelah ini akan pergi membaur dengan komunitasnya masing-masing di berbagai sudut tempat. Berbeda dengan Woojin yang ditinggalkan sendirian bersama perjuangannya melepas simpul sepatunya.

Ia merasa berada di neraka selama delapan minggu terakhir awal musim semi tahun ini. Ia sudah mengurusi kepindahan jika bukan karena mencoba bertahan dengan beasiswa yang memberinya kesempatan untuk melanjutkan jenjang pendidikan lebih tinggi di Universitas Yonsei-perguruan tinggi terbaik kelima di Korea Selatan-ini di fakultas sains, lebih spesifik pada jurusan fisika.

Detik berikutnya ia bisa merasakan sentuhan lembut telapak tangan seseorang membantu melepaskan simpulnya dan memakaikan sebagaimana seharusnya dengan telaten. Tangan keduanya bersentuhan tanpa sengaja. Setitik air kebahagiaan berhasil lolos dari matanya karena merasa terlalu bahagia dengan seorang malaikat penolong yang ia dapatkan. Selama menuntut ilmu di sini tidak pernah ada seseorang yang sudi bahkan hanya sekadar menatap dirinya, apalagi menyentuhnya. Moreover, menolongnya.

You've Driven Me Nuts ? 2Park [?]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang