抖阴社区

                                        

"..."

"Nggak si, dikit lagi udah mau kelar kok." Any mengangkat wajahnya menatap ke tiga sahabatnya yang juga tengah menatapnya.

"..."

"Banyak tamu? Kok bisa?"

"..."

"Oh okey. Kalau gitu aku balik sekarang sama anak-anak, nanti mereka ikutan bantu, okey? Udah dulu ya mam. Bye." Alona segera mematikan ponselnya dengan kembali meletakannya ke dalam tas.

"Ada apa?" Tanya Lia penasaran.

"Di tokoh lagi banyak pelanggan, mama kesulitan buat handle, jadi ya gue disuruh balik sekarang, dan karena gue butuh banyak bantuan jadi gue bilang sama nyokap gue, lo bertiga juga ikutan bantu, so kita  balik sekarang?" Ucap Alona.

"Okey." Lia, Ben dan Any menjawab bersamaan tanpa protes, entah mengapa jika ibu Alona yang meminta bantuan, mereka akan suka rela membantu.

Dengan cepat mereka merapikan  barang-barangnya sebelum keluar meninggalkan perpustakaan.
***

Anita kedatangan banyak pelanggan di tokoh kuenya hari ini, ia sangat kerepotan hingga tidak bisa menangani tamu-tamu itu sendiri, apalagi dua pegawainya berhalangan hadir hingga membuatnya dan sisa pegawai lainnya kerepotan. Alona yang baru saja sampai ikut dibuat bingung dengan jumlah pelanggan yang datang melebihi jumlah pelanggan di hari-hari biasanya.

Alona  berjalan masuk melewati parah pelanggan diikuti oleh Lia, Ben dan Any. Mereka melangkah hingga memasuki dapur dan menunggu Anita di sana, "Kok rameh bener ya ni hari tokoh kue bunda," Ben bersandar di meja panjang yang dipenuhi berbagai macam cake yang baru saja dipanggang di belakangnya.

"Al gue boleh icip ya." Any berjalan mendekat pada rainbow cake yang baru saja keluar dari panggangan. Berdiri tepat di depan cake itu sembari menatap memelas pada Alona.

"No. Loe baru aja habisin tiga bungkus wafer An. Nggak usah aneh-aneh." Alona menggeleng tak percaya pada Any yang mendadak berubah rakus semenjak kehamilannya.

Bertepatan dengan itu Anita masuk ke dapur dengan wajah panik, ekspresinya berubah kaget saat melihat Alona sudah berada di dapurnya.

"Loh kak udah sampai? Cepat banget." Anita melangkah mendekat dan disambut salaman oleh ke empatnya. Alona menatap ibunya lebih lama saat sadar ada yang berbeda dengan sikap ibunya.

"Kenapa panik mam? Pelanggannya kebanyakan?" Tanya Alona santai. Sementara Anita nampak salah tingkah dan sedikit kebingungan saat ditanyai.

"Hem? Nggak panik kok cuman sedikit kelelahan, tapi sekarang udah nggak papa, pelangganannya udah mulai berkurang, jadi kayaknya mama udah nggak perlu dibantu. Kalian balik ke rumah aja ya, mama bentar lagi juga udah mau balik, mama mau tutup toko lebih awal. Kalian balik duluan ya." Anita berjalan mundur lalu menutup pintu Dapurny perlahan sebelum kembali berjalan mendekat pada keempatnya.

"Mulai berkurang gimana Bun? Orang tadi pas kita masuk pelanggannya masih banyak. Nggak berkurang sama sekali." Aku Ben, ia bahkan berjalan menuju jendela kecil di dekat pintu dapur yang memperlihatkan keadaan pada bagian depan toko kue yang masih dipenuhi orang.

"Kok bisa sebanyak ini ya Bun?" lanjut  Ben.

Sementara Alona mengernyitkan alisnya melihat Anita yang nampak salah tingkah di tempatnya.

"Mama sembunyiin apa dari aku?" Alona langsung bertanya terus terang ketika sebuah pemikiran muncul di benaknya, ibunya selalu tak bisa membohonginya dan akan dengan jelas memperlihatkan ia sedang berbohong melalui sikapnya.

"Maksud kamu apa si kak? Emang mama sembunyiin apa?" Tanya Anita tapi tak berani menatap Alona di matanya.

"Mama nggak bisa bohong, itu kenapa mukanya panik begitu? Aku tau mama lagi sembunyiin sesuatu."

"Nggak ada kak, udah ya mending sekarang kalian ke rumah. Tungguin mama di sana, nanti mama masakin ikan asam manis buat makan malam asalkan kalian balik sekarang. Lagian Any keliatan kelelahan mama nggak tega liatnya." Alona  terdiam menatap ibunya curiga.

"No! Aku mau ke depan sekarang." setelah berkata demikian, dengan tenang Alona melangkah melewati ibunya begitu saja. Sementara Anita hanya bisa terdiam pasrah sembari menutup matanya.

Lia segera menyusul Alona meninggalkan Anita bersama Any dan Ben yang ikut terdiam. Entah mengapa firasat Lia tak enak, dan benar saja belum beberapa lama ia meninggalkan dapur, ia sudah mendengarkan teriakan pria  dari arah depan. Ia melangkah cepat-cepat menuju asal suara  dan mendapati Kenzo yang sudah dipenuhi cairan hitam di wajah dan leher serta kemejanya. Ia nampak kesakitan dan kulit area hidung dan pipi kanannya nampak kemerahan.

Dan Lia sudah bisa menebak apa yang baru saja di alami si malang Kenzo, setelah melihat Alona yang berdiri di depannya dan nampak emosi sembari memegang sebuah cangkir yang isinya sudah tak ada lagi. Alona menyiraminya dengan kopi panas. Lia hanya bisa menutup mata sembari menghela napas pelan.

"Bisa kamu berhenti bersikap keterlaluan seperti ini Al?" Kenzo berdiri sembari melap wajahnya dengan sapu tangan miliknya, ia nampak sama marahnya dengan Alona.

"Kenapa lo bisa ada di sini? Apa lo mata-matain gue?!" Alona berucap penuh penekanan sembari menunjuk-nunjuk Kenzo.

"Hah?! Apa yang salah dengan berada di toko kue? Ini tempat umum! jangan selalu merasa aku mengikuti mu Al. Apa kau pikir aku tidak punya pekerjaan lain?" Tepis Kenzo sembari menuruni telunjuk Alona yang terarah padanya.

"Umum?! Nggak usah banyak alasan.
Tempat ini nggak nerima tipe manusia sial kayak lo! Apa urat malu lo udah putus? Udah nggak punya malu lagi lo nunjukin muka di depan gue hah?! Gue dan keluarga gue nggak sudi nerima lo dan antek-antek lo datang ke sini! Jadi sebaiknya lo menyingkir sebelum gue panggil satpam!" Alona berucap keras, ia tak mempedulikan pelanggan lain yang menatap pertengkaran meraka tertarik.

"Bisa sekali saja kamu berhenti menarik urat? Aku nggak ada niat untuk mengganggu kamu hari ini. Aku dan teman-teman ku hanya ingin bersantai dan karena toko kue ini yang paling dekat dengan tempat pertemuan kami tadi, jadi kami kemari. Kamu hanya perlu mengabaikan kami, tidak perlu menarik urat dan menarik perhatian orang dengan kemarahan kamu yang tidak jelas seperti ini." Jelas Kenzo sembari menatap marah pada Alona. Mendengar ucapan Kenzo, Alona semakin emosi. Rasanya ia ingin menyumpal mulut Kenzo dengan cangkir yang tengah ia pegang.

"Lo pikir gue peduli! Nggak ada yang minta penje.. "

"Tama!" Sebuah suara tiba-tiba menyelah Alona dan membuat gadis itu berhenti berucap dan langsung berbalik ke asal suara. Di belakangnya Any tengah berdiri dengan wajah terkejut menatap ke arah pria yang tengah duduk tepat di sebelah Kenzo. Wajahnya syok dengan mata berkaca-kaca sementara pria yang dipanggil Tama tadi ikut terkejut menatap ke arah Any, ia mematung hingga tak mampu berucap apapun.

Keduanya saling pandang untuk beberapa saat, entah mengapa atmosfernya yang tadinya panas karena pertengkaran Kenzo dan Alona mendadak berubah dingin ketika kedua orang itu saling memandang dan orang-orang di sekitar mereka ikut menyadarinya. Ada sesuatu di antara kedua orang itu yang membuat mereka nampak terikat namun secara bersamaan juga mereka nampak asing satu dengan yang lain.
***
















Holaaaaa... Apakabar?  🤓🤓🤓
Apakah baik-baik saja?

Sekian dulu untuk part kali ini ya, saya akan kembali lagi untuk part selanjutnya secepat mungkin, sooo kalian tunggu.

Dan bersamaan dengan itu kalau bisa ayokk bagikan cerita ini ke taman, sahabat atau saudara kalian agar pembacanya semakin banyak kalau pembacanya naik secara signifikan, saya janji akan up lebih panjang dan sering.. So mari kita liat apakah pembacanya akan bertambah lebih banyak atau tidak?  🤓😌

Sekian yaaa, sampai bertemu lagi. Jangan lupa vote vote vote dan komennnn 😘💞🤗 byee guys


Love

Miss One
🤓

Still The SameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang