[COMPLETED]
Karena cinta, obsesi, dan kegilaan itu hanya berbeda tipis.
===================================
?? Warning ??
?? BXB || GAY || YAOI
?? Jeno X Jaemin
?? Don't like, don't read!
"Jaemin-ah, aku mohon... Percayalah kepadaku...", lirih Haechan yang masih bisa didengar oleh Jaemin.
"Percaya? Kenapa aku harus percaya kepadamu? Bukankah kau yang sudah mengkhianatiku?", ucap Jaemin tajam. Haechan pun hanya terpaku dan bungkam.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Boss Hwang! Ada berita buruk, Boss!", lapor seorang anak buah Hyunjin yang membuat waktu bersantainya terganggu.
"Ck! Ada apa?", ketus Hyunjin. Si anak buah mulai berkeringat dingin.
"B-begini, Boss. Jeongin... Yang Jeongin t-tidak ada di tempat persembunyiannya yang baru...", ucapnya takut-takut. Hyunjin pun mengernyitkan alisnya heran.
"Apa maksudmu? Bukankah anak itu seharusnya sudah menempati tempat barunya beberapa waktu yang lalu sesuai dengan perintahku?", tanya Hyunjin penuh selidik.
"I-iya, Boss. Tapi... Tapi, Yang Jeongin benar-benar tidak ada di sana, di tempat yang sudah Boss persiapkan".
"Apa?! Bagaimana bisa?! Aku sudah memerintahkan agar Jeongin dipindahkan ke sana dan- Ah! Atau..."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Jaemin-ah, aku benar-benar minta maaf". Haechan terisak pelan sambil berlutut di hadapan Jaemin dan menggenggam tangan lelaki cantik itu. "Aku tidak punya kekuasaan lebih, Jaemin-ah... Dia terlalu kuat dan bukanlah tandinganku".
BRAK!
Pintu ruangan menjeblak terbuka. Kedua anak buah Hyunjin yang bertugas menjaga pintu telah berdiri dengan tegap di sana. Setelahnya, mereka mempersilakan sang Boss untuk memasuki ruangan.
Hyunjin berjalan dengan angkuh. Di setiap langkah kakinya bagaikan bunyi genderang kematian yang ditabuh dengan nyaring. Lelaki itu pun bertepuk tangan sekilas dan kemudian berhenti tepat di hadapan Haechan yang sudah berdiri mematung.
"Wah, wah, wah... Sepertinya aku melewatkan sebuah pertunjukan yang luar biasa", ucapnya lamat-lamat. "Dan rupanya, ada yang bernyali cukup besar untuk melakukan pengkhianatan di sini", desis Hyunjin tajam.
"Boss...", lirih Haechan.
PLAK!
Hyunjin menampar pipi kiri Haechan hingga lelaki gembil itu tersungkur. Bahkan, Jaemin benar-benar terkejut dibuatnya.
Rasa nyeri dan panas mulai menjalar di pipi Haechan. Sudut bibirnya juga perih karena robek. Hyunjin sungguh tidak main-main dalam mengerahkan kekuatannya.
"Beraninya kau berkhianat, Lee Haechan!", hardik Hyunjin murka. Sedangkan Jaemin masih berusaha mencerna apa yang sudah terjadi di hadapannya, hingga dia tidak sadar saat kedua tangan Haechan diborgol dan lelaki itu diseret menjauh beberapa meter darinya dengan cara dijambak. Haechan hanya mengerang tak berdaya. Hyunjin kemudian menguarkan sesuatu dari saku coat-nya.
PATS! PATS!
Itu adalah cambuk. Dan beberapa cambukan tersebut mulai dilayangkan ke tubuh Haechan hingga membuat Jaemin tak kuasa untuk berteriak agar Hyunjin menghentikan aksi kejamnya. Namun, Hyunjin tetaplah Hyunjin. Lelaki itu bahkan tidak segan-segan menyumpal mulut Jaemin dengan kain agar tidak dapat mngeluarkan pekikannya. Jaemin hanya mampu menangis dalam diam menyaksikan penyiksaan demi penyiksaan yang Haechan alami.
"Boss! Gawat, Boss!", teriak salah satu anak buah Hyunjin. Di luar memang agak sedikit bising. Hyunjin pun menghentikan aksinya.
"Ada apa?", tanya Hyunjin.
"Markas kita diserang, Boss!".
"Apa?!". Hyunjin segera melemparkan cambuknya ke lantai dan bergegas meninggalkan ruangan tersebut. Jaemin dapat bernapas lega meskipun air matanya belum berhenti mengalir. Sedangkan Haechan berusaha keras untuk menjaga kesadarannya dan menyeret tubuh lemahnya mendekati Jaemin. Berpuluh-puluh cambukan yang Haechan terima telah menguras tenaganya sehingga dirinya bahkan harus bersandar di kaki kursi yang sedang Jaemin duduki. Dengan susah payah, tangan lemah Haechan menggapai kain penutup mulut Jaemin.
"Haechan-ah!", pekik Jaemin kemudian.
"Sssh... Jangan menangis lagi, Jaemin-ah. Aku baik-baik saja", ucap Haechan yang masih diiringi dengan kekehan kecilnya. "Jeno pasti akan mengamuk jika melihatmu terus-menerus menangis seperti ini. Jadi, berhentilah menangis...", lanjutnya. Jaemin pun berusaha untuk meredakan isakannya setelah mendengarkan kata-kata penenang dari Haechan.
. . . TBC
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hmmm~ Konflik mulai memanas :") Dan adakah yang masih bingung di sini? Karena sebenarnya semua rahasia sudah mulai terungkap. Tunggu next chap ya~ Dan jangan lupa voment :*