"Woy! Wah! Ngajak ribut nih cewek!" Odelia a.k.a Lia membalas perbuatan Melody dengan menjambak Melody.
Tetapi Melody dikuasai kemarahan yang besar. Dia tidak memperdulikan rasa pusingnya.
"Lo itu kesalahan, Melody! Lo itu anak haram!"
Mendengar teriakan itu, Melody menabrakan kening Jennifer pada tembok di belakangnya hingga berdarah. "Sekali lagi, coba lo bilang dan gue jamin, lo akan berakhir di rumah sakit, Jennifer." Melody menekan setiap perkataannya.
Semua memandang tak percaya Melody. Cewek yang memilih diam saat Jennifer cs membully, kini justru terlihat menakutkan dan bringas.
"Seseorang selalu ngajarin gue, kalo gue diam aja, mereka akan terus nginjak gue tanpa tahu yang sebenarnya. Dan dia bilang, gue harus lawan." Melody kembali menabrakan kening Jennifer ke tembok kemudian melepaskannya saat Jennifer pingsan.
Seseorang menarik tangannya dari belakang dan menyeretnya ke atap sekolah. Leon yang melakukannya. Ketiga sahabat Leon, cowok itu tugaskan mengurus Jennifer.
***
"Yang lo lakuin itu gila, Mel!" bentak Leon tanpa memperhatikan mata Melody yang sudah basah.
Leon dan Melody sudah saling berhadapan di rooftop. Leon segera memarahi Melody karena dia takut masalanya akan meluber kepada Kepala sekolah.
"Lo bisa bunuh adek lo--"
"Dia bukan adek gue!" pekik Melody cepat. Mata sendu itu memandang Leon. "Kalo dia adek gue, dia ngerti posisi Kakaknya yang sakit waktu dia hina nyokap gue, Leon."
Leon menghembuskan napas lelahnya. Cowok itu membersihkan terigu yang memenuhi rambut Melody. "Gue khawatir sama lo, Mel. Enggak peduli apa yang terjadi sama Jennifer, intinya gue enggak mau lo kenapa-napa. Apalagi sampe kepala sekolah tahu." Leon memandang Melody lembut.
Melody menunduk sesaat sebelum kembali menatap wajah Leon, "Gue pikir lo beda sama yang lain, ternyata sama aja. Lo bahkan enggak tahu sesakit apa hati gue, Leon ... hiks Lo enggak ngerti kecewa gue, hiks."
Tanpa menunggu, Melody meninggalkan Leon sendiri dan berniat bolos hari itu. Entah kemanapun perginya, dia harap rasa sakitnya akan menghilang.
***
Senin itu, Melody mendatangi markas Garry. Dia bahkan belum membersihkan tubuhnya. Dan jika sekolah mengeluarkannya, Melody akan sangat berterima kasih dan pergi sejauh mungkin.
Melody tidak masuk ke dalam markas, karena dia tahu jika Garry tidak ada di sana. Melody duduk di kursi yag tak jauh dari markas Garry itu sembari memperhatikan bangunan yang selama ink dianggap rumah kedua Garry dan anak buahnya.
"Anna."
Melody mendongak dan melihat Kelvin berdiri semrawut di depannya. Tanpa aba-aba, Melody berdiri memeluk Kelvin erat.
"Pengen ketemu Garry.. " lirihnya menyedihkan.
Kelvin mengusap punggung gadis yang sahabatnya cintai ini. "Kenapa? Lo bisa cerita sama gue, Anna." Kelvin dengan lembut memeluk tubuh rapuh Melody.
"Gue mau ketemu Garry.. " rengek Melody tanpa menghiraukan rasa sakit yang kini menerjang tubuhnya.
"Oke, oke. Gue akan telpon Garry, tapi lo masuk ke dalem dulu, biar lo bisa ber--"
Perkataan Kelvin terhenti saat tubuh Melody melemas dan pingsan di dalam dekapannya. Kelvin yang pecicilan, kini terlihat panik dan beberapa kali menepuk pipi Melody.
"An, An Bangun, An! An!" teriaknya tetapi Melody tetap setia menutup matanya.
"WOY! SIAPIN MOBIL, WOY!"
Teriakan Kelvin membuat anggota dari geng vigor lainnya keluar dan melihat apa yang terjadi.
"Bukan liatin doang, bangsat! Gue bilang siapin mobil!" teriaknya yang langsung menyadarkann anggotanya.
Setelah mobil siap, Kelvin segera menggendong Melody dan menyuruh seseorang menelpon Garry untuk datang ke rumah sakit yang akan didatanginya. Kelvin bisa saja bersikap biasa dan tak membawa Melody ke rumah sakit, tetapi melihat hidung Melody mengeluarkan darah segar, cowok itu panik dan segera menuju rumah sakit kota yang dekat.
Setibanya di rumah sakit kota, Melody segera ditangani beberapa perawat dan dokter. Cowok itu duduk menunggu di depan ruang IGD untuk memastikan keadaan Melody. Tak berselang lama, teriakan seseorang membuat Kelvin berdiri.
"Vin!"
Teriakan itu membuat Kelvin mendongak dan melihat ketiga sahabatnya berjalan tergesa ke arahnya. Segera Kelvin berdiri dan menyambut mereka.
"Gar, tadi Anna ke markas, cewek itu kacau banget. Waktu gue nyuruh dia masuk buat bersih-bersih, dia malah pingsan. Gue panik, bahkan hidungnya ampe ngeluarin darah!" Kelvin menjelaskan dengan suara bergetar.
Garry mengacak rambutnya frustasi. "Tadi lo bilang bersih-bersih, maksudnya?" tanya cowok itu saat sadar ucapan Kelvin.
"Gini loh, rambut sama seragam Melody kotor penuh terigu. Dari situ bisa gue simpulin, Anna kena bully, Gar. Tapi gue enggak tahu masalah apa sampai Anna kena bully."
To be continue.
NIH... AKU KASIH YANG SEGER DAN CANTIK BUAT NGILANGIN RINDU KALIAN SAMA MELODY😎
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.