"Don Lucio sedang berada di kantornya, Nona."
Gadis itu kembali ke kamar setelah menghabiskan sarapan dan secangkir teh yang ia nikmati di kebun pagi itu. Ia kembali berkutat dengan peralatan lukis seadanya yang ia bawa dari London untuk membunuh waktu luangnya.
Setelah beberapa saat, akhirnya Cecil memutuskan untuk mengganti pakaiannya menjadi 2 pasang bikini dan menutupinya dengan kimono. Ia turun, bermaksud untuk renang, menggunakan fasilitas yang ada di rumah ini.
Cecil tersenyum ramah menanggapi sapaan dari para pelayan.
"Apakah Nona ingin berenang?" dan dibalas anggukan oleh Cecil.
"Perlu saya bawakan cemilan dan jus jeruk?"
"Boleh, terima kasih,"
Cecil melanjutkan langkahnya dengan senyum yang selalu terpasang di wajahnya. Ia melepas kimononya dan mulai memasuki kolam dengan perlahan dan mulai berenang.
Saat cemilan dan jus jeruknya sampai Cecil menghentikan sejenak aktivitasnya dan mulai meminum jusnya dan memakan cemilannya.
Gadis itu sibuk dengan dirinya sendiri sampai akhirnya ia mendengar suara langkah kaki yang bukan hanya sepasang berjalan mendekatinya. Ia menoleh ke arah Lucio yang terus berjalan menuju kursi santai yang berada di pinggir kolam renang.
Lucio duduk dengan kaki kanannya yang ia tumpukan ke kaki kirinya. Mata Lucio menatap Cecil lekat dengan tatapan datar. Pria itu memerintahkan semua orang untuk meninggalkannya dengan Cecil.
Cecil tidak protes, ia terbius oleh bola mata biru safir milik Lucio yang mengintimidasi dan menyesatkan, tatapannya setajam elang.
Arah pandangan Cecil turun ke rahang Lucio yang tegas dan ditumbuhi oleh rambut-rambut halus, rambut Lucio yang terlihat sangat halus, serta bibir merah yang tanpa etika menggoda seluruh setan yang ada di dalam dirinya berteriak kesenangan.
Jangan lupakan perawakan pria itu, badan tinggi kekar yang membuat Cecil kesulitan untuk bernapas. Tatapannya beralih memperhatikan jari-jari tangan Lucio yang sekarang sedang digunakan untuk mengetuk pegangan kursi di sebelahnya.
Tubuh Cecil sedikit gemetar membayangkan bagaimana jari-jari itu meraba kulit sensitifnya, merambat turun menuju pusat—
"Cecil?"
"Cecillia!"
Gadis yang memiliki nama tersebut akhirnya tersadar dari khayalannya. Ia mengerjapkan kedua matanya mencoba untuk mengontrol wajahnya yang mungkin saat ini sudah sangat merah, malu dan bergairah.
"Ibu ingin bertemu kamu,"
"Tante Kate? Kita akan ke rumah orang tua kamu?"
Lucio menganggukan kepalanya.
***
Suasana hening mengisi perjalanan menuju rumah orang tua Lucio. Sudah lama orang tua Lucio pindah ke rumah di pinggir pantai ini. Setelah Dominic, ayah Lucio, memutuskan untuk pensiun dan mewariskan posisinya kepada Lucio.
Theo berada di depan bersama sopir, Lucio dan Cecil berada di belakangnya. Cecil sibuk dengan pemandangan yang ia lihat setelah seminggu tidak keluar dari rumah. Lucio sibuk dengan berkas-berkas di tangannya.
Sesekali Cecil melirik Lucio, ingin mengajaknya bicara untuk membunuh kebosanannya.
"Workaholic," cibir Cecil dalam hati.
Takut membuat Lucio marah, akhirnya Cecil memutuskan untuk tetap diam menikmati perjalanan sampai tempat tujuan.
Di rumah orang tua Lucio, mereka disambut oleh para pengawal pribadi orang tuanya. Meskipun sudah lama pensiun, keselamatan orang tua Lucio juga harus tetap terjaga karena musuh ayahnya banyak.
Lucio dan Cecil segera menuju pintu utama rumah tersebut, sedangkan Theo dan sang sopir bergabung dengan pengawal yang lain.
Memasuki rumah pensiunan tersebut, Cecil tidak bisa menutup mulutnya.
Desain interior dari rumah ini indah, hawa yang Cecil rasakan juga sangat khas membuat dirinya merasakan rindu pada keluarganya yang ada di London. Arsitekturnya sederhana namun elegan membuatnya ingin berlama-lama berada di sini.
Seperti rumah pada umumnya, foto-foto keluarga tertempel di dinding rumah ini juga berdiri tegak di atas meja. Tidak lama kemudian, terdengar suara derap langkah mendekati Lucio dan Cecil.
"Ya Tuhan! Ini Cecil? Ya ampun, sudah besar sekali kamu, Nak,"
***
To be continued

KAMU SEDANG MEMBACA
Paint on You [END]
RomanceJika dunia ini dimonopoli oleh orang-orang yang berkehidupan gelap, apa yang akan terjadi? Musuh terbesar, ketakutan. Rasa yang timbul dari antisipasi kejahatan yang bersumber dari dalam ataupun luar. Dalam gelapnya terang bulan, terdapat cahaya red...
BAB 3
Mulai dari awal