抖阴社区

15. Berulah lagi

Mulai dari awal
                                        

"Oh gitu, kalo gitu terserah. Gue mau pulang!"

Tala lantas berjalan keluar terlebih dahulu sambil diam-diam tersenyum. Sementara Atlantis hanya tersenyum memandangi punggung gadis yang ia sukai. Detik berikutnya ia menyusul Tala di belakang.

Mereka memutuskan pulang dengan naik taxi. Sebenarnya Atlantis memaksa agar mereka menggunakan motor saja untuk pulang. Tapi Tala tidak mau. Mengendarai motor dalam kondisi Atlantis yang masih seperti sekarang akan beresiko buruk. Tala memutuskan untuk meninggalkan motornya di rumah sakit saja.

Di dalam mobil, Tala terus saja mengoceh panjang lebar seperti ibu-ibu yang sedang berbicara kepada anaknya. Tala terus memperingati Atlantis agar tetap diam saat di rumah nanti. Mengingat Atlantis ini orangnya tidak betah di rumah. Tala tidak tau saja kalau rumah itu bagaikan neraka bagi Atlantis.

Tapi Atlantis tetaplah Atlantis. Cowok itu tidak akan bisa diam saat melihat orang lain dalam keadaan bahaya.

Seperti saat ini. Atlantis tiba-tiba saja menyuruh supir taxi untuk memberhentikan mobil. Sesuai permintaan Atlantis, mobil taxi itupun berhenti.

"At, lo mau kemana?" Tanya Tala saat melihat Atlantis hendak membuka pintu mobil.

"Lo liat ibu-ibu yang disana itu?" Atlantis menunjuk ke arah sebrang jalan dengan jari telunjuknya.

Tala pun mengikuti arah telunjuk Atlantis. Terlihat ibu-ibu tengah dikerumini tiga orang preman berbadan besar. Perasaan Tala mendadak tidak enak.

Tala kembali menoleh ke arah Atlantis yang duduk di sebelahnya dengan ekspresi curiga, "Jangan bilang lo mau..."

"Gue harus tolongin ibu-ibu itu, Tal."

"Jangan, At!"

Tala melarang Atlantis untuk menolong ibu-ibu itu bukan karena apa-apa. Tala hanya takut terjadi sesuatu yang buruk pada Atlantis.

Atlantis tidak menghiraukan perkataan Tala, ia segera membuka pintu mobil dan berlari ke arah ibu-ibu itu.

"ATLA!" Teriak Tala namun Atlantis tetap berlari.

"Keras kepala banget sih!" Umpat Tala lalu ikut turun dari mobil dan berlari mengikuti Atlantis.

Atlantis menarik kerah baju salah satu preman itu dari belakang. Lalu tanpa aba-aba Atlantis langsung memukulnya. Membuat preman itu jatuh tersungkur.

Melihat itu, dua preman yang lain langsung bersiap untuk menyerang Atlantis. Hebatnya, dalam kondisi seperti itu Atlantis masih bisa dalam menghindari berbagai macam bentuk serangan lawan dengan mudah.

"ATLA AWAS!"

Atlantis langsung menoleh saat mendengar suara teriakan Tala. Rupanya preman itu sudah siap melayangkan tongkat ke kepala Atlantis. Beruntung Atlantis masih sempat menghindarinya.

Tala berlari menghampiri Atlantis. Segera ia memasang badannya di depan Atlantis saat melihat preman itu hendak memukul perut Atlantis. Alhasil, pukulan itu mengenai perut Tala membuat tubuh Tala sedikit terhuyung ke belakang. Dengan sigap Atlantis menangkap tubuh Tala.

"Tal, lo gak papa?" Tanya Atlantis panik saat melihat Tala memegangi perutnya sambil meringis kesakitan.

"Gue gak papa," Jawab Tala berbohong. Atlantis tahu itu.

"Lo diem di sini!" Titah Atlantis membuat Tala mengangguk.

Atlantis maju lalu memukuli preman-preman itu tanpa ampun. Ia berbalik badan lalu menendang perut preman hingga jatuh. Sayangnya, kesialan menimpanya. Satu tendangan keras berhasil mengenai perutnya yang tertusuk membuat Atlantis meringis kesakitan. Mengabaikan rasa sakit itu, Atlantis tetap sigap melakukan berbagai serangan hingga akhirnya preman-preman itu merasa kewalahan dan pergi dari hadapan mereka.

Atlantis menundukkan kepalanya melihat darah merembes di kaos yang ia kenakan. Ia memejamkan mata saat rasa nyeri kembali menyerang perutnya. Mengabaikan itu, Atlantis berjalan menghampiri Tala yang terduduk di pinggir jalan ditemani ibu-ibu tadi. Melihat kedatangan Atlantis, Tala dan ibu-ibu itu langsung berdiri.

"At, perut lo berdarah." Ucap Tala panik sambil menyentuh perut Atlantis yang berdarah.

"Gak papa, Tal."

Sebisa mungkin Atlantis bersikap baik-baik saja. Ia menggigit bibir bawahnya menahan sakit. Atlantis tidak mau sampai terlihat kesakitan di depan Tala. Ia tidak mau membuat gadis itu cemas karenanya.

"Terima kasih sudah menolong saya." Ucap ibu-ibu itu tulus.

Atlantis tersenyum,"Sama-sama, Tante."

Mata ibu-ibu itu beralih menatap perut Atlantis yang berdarah, "Ya ampun. Itu perut kamu berdarah. Ayo saya antar ke rumah sakit," Ucap ibu-ibu itu merasa bersalah.

Ibu-ibu itu memegangi lengan Atlantis berniat mengajak Atlantis naik ke mobilnya. Namun Atlantis menolak.

"Gak usah, Tante. Saya gak papa." Tolak Atlantis sopan.

"Lo gimana sih. Perut lo berdarah lagi lo bilang gak papa. Pokoknya gue gak mau tau kita ke rumah sakit lagi sekarang!" Omel Tala tidak menerima penolakan.

"Benar apa yang dikatakan teman kamu. Ayo naik ke mobil saya. Saya akan mengantar kamu ke rumah sakit. Tolong jangan menolak. Ini sebagai wujud terimakasih saya karena kamu sudah menolong saya," Ucap ibu-ibu itu penuh harap.

"Plis, At."

Atlantis menatap wajah Tala. Ada pancaran kekhawatiran di wajah gadis itu.

Merasa tidak tega akhirnya Atlantis mengangguk setuju. Mereka pun naik ke mobil ibu-ibu itu lalu segera melaju ke rumah sakit terdekat. Setelah memastikan kalau perut Atlantis baik-baik saja, mereka lantas pulang.

Tbc.

AR [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang