抖阴社区

Sakti 07

397 50 24
                                        

° SAKTI 07 °

Jam istirahat, Sakti dan teman-temannya duduk di kursi depan kelas. Beberapa siswa maupun siswi yang lewat tak jarang menyapa salah satu dari mereka ataupun sebaliknya.

"Anya cantik banget deh," puji Elang pada siswi berambut panjang dengan nama Anya---anak kelas X jurusan IPA---yang kebetulan lewat.

"Makasih, kak," balas Anya tersenyum malu-malu.

"Hati-hati Nya, dia buaya!" ujar Malik blak-blakan.

"Mulut lo, Mal!" hardik Elang.

"Lah? Kenyataan," balas Malik cuek.

"Nggak usah dengerin, ya," ujar Elang pada Anya. Siswi itu hanya manggut-manggut, lalu berpamitan pada mereka berenam.

Elang menoleh pada Malik. "Mal, kalo yang gue panggil tadi Kania. Lo marah, nggak?" tanyanya.

Malik melirik kemudian berujar. "Enggak, lah!"

Elang cengengesan. "Bener nih?" tanyanya tak percaya.

"Ngapain juga gue mau marah?" Malik balik bertanya tanpa melihat Elang.

"Kali aja gitu. Ya nggak, Kan?" sontak saja Malik mendongak begitu Elang menyebut kata 'Kan'.

"Cieeee... Piuitt!" goda Bima.

"Weh, bilangnya gak peduli. Begitu gue sebut 'Kan' aja dia langsung liat," tawa Elang meledak.

"Karma lo?" Joe terkekeh.

Kania itu adik kelas mereka dari jurusan IPS 2 yang terkenal imut. Anak cheerleaders dan jatuh cinta pada Malik. Selalu mencari tahu tentang cowok itu bahkan mendekatinya langsung, tetapi Malik tak peduli. Cowok itu selalu berkata ketus agar Kania tak mendekatinya.

"Anjim lo semua," gerutu Malik.

Sial, dia dibohongin.

"Santai kali," kekeh Elang.

"Serah lo," sahut Malik. Cowok itu kembali fokus pada game free fire di ponselnya.

"Semisal lo yang jatuh cinta sama Dinda gimana, Lang?" kalau sedari tadi Arga hanya diam, kali ini dia ikut bersuara.

"Hih, amit-amit," jawab Elang. Tangan kanannya yang terkepal pun dia ketuk-ketukkan di dinding kelas lalu ke kepala sampai tiga kali.

"Rasain lo," ejek Malik tertawa puas.

"Heh, sok kegantengan. Lo pikir gue juga mau?" suara cempreng milik Dinda pun terdengar.

Sontak saja kelima anak bukan geng itu menoleh. Kalau Arga mah sudah tahu, makanya sekarang cowok itu hanya tertawa pelan sembari menggelengkan kepala.

"Heh oncom, ngapain lo di sini?" tanya Elang dengan nada sinis.

Dinda menatapnya sewot. "Hah heh hah heh, lo pikir gue nggak punya nama!" teriak Dinda. Sedangkan teman Dinda yang berdiri di sebelahnya kebingungan.

Elang dan Dinda kalau bersatu, bisa geger dunia.

"Oh, sorry gue gak tau nama lo. Kan lo gak penting," balas Elang dengan tampang masa bodo.

"Dasar cowok gak jelas. Playboy. Nyinyir. Seenaknya. Gue doain semoga gak ada cewek yang mau sama lo!" umpat Dinda dengan keras, setelah itu menarik tangan temannya, mengajak pergi dari sana. Berada didekat Elang bisa-bisa pecah pita suaranya.

SAKTITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang