"Profesor, hentikan!" teriakku, "Neville terganggu oleh itu! Stop!" lanjutku.
Akhirnya dia mengehentikan siksaannya, menatapku tajam. Neville disuruh duduk kembali ke kursinya.
"Kutukan ketiga?" tanyanya ke seluruh isi kelas, tapi aku merasa seakan dia hanya bertanya kepadaku.
Moody menaruh laba laba yang malang itu tepat dihadapanku, diatas tumpukan bukuku yang kutaruh diatas meja.
"Nona kau tahu kutukan ketiga?" tanyanya kepadaku, aku memejamkan mata, menggeleng pelan. Aku tahu, tapi sudah cukup aku melihat dua kutukan terlarang hari ini. Aku benci laba laba, tapi aku tidak mau laba laba dihadapanku menjadi objek kekejaman.
"Ada yang tahu?" tanyanya ke seisi kelas, aku berdoa agar tidak ada orang bodoh yang mengacungkan tangan demi mengejar nilai.
Tak kusangka, Hermione yang tepat duduk disampingku mengacungkan tangan gemetar, tanganku meremas lengannya dibawah meja. Apa yang dia lakukan?! Jantungku seakan jatuh ke lantai saat Moody mengangguk kearah Hermione, menyuruhnya menyebutkan kutukan ketiga.
"Avada Kedavra." Hermione berbisik hampir tak terdengar.
Tanpa peringatan Moody mengacungkan tongkatnya pada si laba laba yang masih berada di hadapanku, membunuhnya dalam hitungan detik. Beberapa anak terkesiap, yang lain berteriak ngeri. Tidak ada tanda tanda luka atau semacamnya, tapi dia tergeletak begitu saja diatas tumpukan bukuku. Moody hendak menghempaskan bangkainya ke lantai, namun aku menariknya menjauh dari jangkauan tangan jeleknya.
Aku tidak begitu ingat apa yang kami lakukan disisa waktu pelajaran. Aku rasanya ingin memukul Hermione karena sudah mengacungkan tangan, apakah dia setega itu pada mahluk hidup? Bukankah dia berniat memperjuangkan keadilan untuk para peri rumah? Ada rasa kosong di dalam dadaku selama sisa waktu pelajaran. Begitu bel berbunyi aku merobek satu kertas kosong dari buku catatanku, meletakkan bangkai laba laba dihadapanku diatasnya. Aku akan mengubur bangkainya, mungkin menangisinya sedikit.
Sebelum Hermione bisa bicara padaku aku berlari keluar kelas. Aku sangat marah - tidak, aku sangat kecewa - padanya, dia memang benar benar gila nilai. Tanpa sadar seseorang menarikku sebelum aku bisa berlari lebih jauh. Nevile, wajahnya penuh simpati dan rasa terimaksih.
"Te-terimakasih, sudah menghentikannya tadi." ucapnya terbata dan kikuk. Aku melambaikan satu tanganku, menjawabnya dengan 'bukan masalah' sebelum kembali minggat darinya.
Aku tidak peduli ini sudah waktu makan siang, aku akan melewatkan makan siang. Aku berlarian menuju pinggiran danau dan duduk di bawah salah satu pohon yang tumbuh rindang. Aku mencabut beberapa rerumputan disatu titik sebelum mengambil satu ranting dan mulai menggali secepat yang aku bisa. Perasaanku sangat campur aduk. Apa Fred dan George juga ditunjukkan cara kerja ketiga mantra ini olehnya? Dan mereka bilang ini keren? Bagaimana mungkin Hermione, seseorang yang aku tahu sangat anti kekerasan dan memperjuangkan keadilan, ikut andil dalam pembunuhan hewan ini? Apa dia sebodoh itu sampai dia tidak tahu kalau Moody kemungkinan akan membunuh hewan yang tidak berdosa ini? Apakah guru Hogwarts tidak diberi batasan oleh kepala sekolah sampai berani mempratekkan kutukan kematian dihadapan seisi kelas penuh oleh anak umur empat belas tahun? Mungkin Moody itu psikopat, dia bahkan tidak peduli Nevile yang ketakutan hebat saat dia mempraktekkan kutukan cruciatus.
Aku marah sekali sampai aku menangis. Konyol memang, menangisi laba laba mati. Sedari dulu aku benci menggunakan hewan untuk keperluan akademik, saat aku kelas enam SD aku menolak ikut kelas biologi karena disuruh membedah kodok, aku dapat F dan dimarahi ibuku. Aku melempar ranting yang sedang kugunakan untuk menggali tanah didepanku emosi, meletakkan wajahku di lutut dan terisak pelan. Kenapa manusia sangat kejam?
"Kau baik baik saja?" seseorang membuyarkan ratapanku, aku menoleh.
Draco Malfoy, berdiri beberapa meter dariku, dibawah terik matahari siang. Aku mengusap wajah dari air mata, mengangguk. Memalukan sekali kepergok menangisi bangkai hewan. Draco mendekatiku, berjongkok, menatap lubang yang baru berapa senti kugali.
"Kau mau menguburnya?" tanyanya lembut, aku tidak pernah mendengar dia bicara selembut ini. Aku mengangguk.
Draco meraih ranting yang terlihat cukup kokoh untuk meneruskan galianku. Aku menatapnya terpesona. Lihat, Draco Malfoy, anak yang disebut seisi Hogwarts sebagai manusia paling tidak punya hati, membantuku menggali tanah untuk mengubur bangkai seekor laba laba.
"Kau melewatkan makan siang." ucapku setelah berhasil mengusai emosiku dan melanjutkan membantunya menggali tanah.
"Aku bisa minta makan siang langsung ke dapur." jawabnya.
Kami diam beberapa saat, hanya sibuk menggali tanah. Setelah sekiranya cukup dalam untuk mengubur si laba laba kami berhenti, Draco membiarkan aku sibuk membungkus si laba laba menggunakan robekan kertasku lalu meletakkannya ke dasar tanah. Kami berdua lalu menimbun si laba laba dengan onggokan tanah, menepuk permukaannya pelan. Draco berdiri mengulurkan tangannya untuk ikut membantuku berdiri, menepuk nepuk kedua tangannya untuk membersihkan tanah ditangannya. Kami diam berdiri disana menatap gundukan tanah kecil yang baru kami buat. Draco menaruh lengannya dibahuku, mengusapnya pelan.
"Psikopat." ucapku, menggeleng tidak percaya, membuat Draco menoleh padaku. "Kau lihat betapa santainya dia menyiksa mahluk hidup, mahluk bernyawa, dihadapan seluruh kelas?!" tanyaku berapi api, Draco meremas bahuku pelan.
"Semua orang menyebut dia keren! Apanya? Mempraktekan kutukan terlarang didepan seisi kelas disebut keren? Sinting!" lanjutku.
"Y/L/N." Draco menyebut namaku pelan, membuatku menoleh padanya. "Aku tahu kau kesal dan marah, tapi tidak perlu mengomeliku." ucapnya.
"Aku cuma kecewa. Entahlah. Aku heran, bingung, sedih, kecewa." aku menggeleng, mulai terisak pelan lagi.
"Oooh." Draco mendekut pelan mengusap bahuku sekali lagi. "Jangan nangis lagi. Kau mau makan?" tanyanya mengeluarkan cokelat kodok dari saku jubahnya.
.
Author's note : Draco tau aja kalo cewe lagi kesel dikasi makan entar diem T.T Akhir chapter ini agak aneh, ya? Bingung soalnya mau mengakhirinya begimana wkwk
October 13th, 2020

KAMU SEDANG MEMBACA
II ? CLOSER ? [Draco Malfoy x Reader]
Fanfiction[sequel to ALTERATION] Tahun keempat, Draco dan Y/N merahasiakan hubungan pertemanan mereka dari para siswa siswi Hogwarts. Set time : GoF Reading guidance : Y/N : your name Y/L/N : your last name
Chapter 3
Mulai dari awal