Sayang sekali Juna tertangkap basah. Raihan berdiri di ambang pintu dengan gagang pel yang jatuh begitu saja dari tangannya. Mulutnya menganga. Terlihat mau bicara, tetapi suaranya tidak keluar. Kakinya juga terpaku di tempat. Dia tidak bereaksi ketika Juna berjalan melewatinya.
Juna memukul kepalanya sendiri sambil berjalan. Entah apa yang dia rasakan. Malu. Mau teriak. Mau lenyap saja dari muka bumi.
"Astaga, kenapa dia tiba-tiba datang?" Juna mengacak-acak rambutnya sambil meringis.
Niat hati mau mengerjai Raihan, Juna malah kena batunya. Lucu sekali melihat reaksi Raihan saat mendapat kiriman minuman misterius. Sampai-sampai dia mengira seseorang telah berusaha meracuninya. Entah datang dari mana ide iseng untuk membuat Raihan makin kelimpungan. Harusnya, Juna berhenti setelah satu kali. Itu sudah cukup untuk menebus rasa bersalahnya pada Raihan.
Tidak tahulah! Pokoknya Juna harus melarikan diri cepat-cepat. Dia pergi ke kelas dan mengalihkan perhatiannya dengan buku. Tidak menghiraukan pesan Calla yang mengajaknya membantu Raihan lagi. Takut disusul gadis itu sampai ke kelas, Juna berniat kabur. Nyaris berhasil. Akan tetapi, dia tertangkap ketika berlari keluar dari kelas."Jun! Mau ke mana?"
Juna mendengar Calla berlari mengejarnya di belakang. Dia berhenti sambil memikirkan jawaban yang paling masuk akal.
"Eng ... aku ... mau ke perpustakaan." Juna menyunggingkan senyum yang dipaksakan. Entah senyumnya terlihat alami atau tidak.
"Nanti aja. Kita bantu Raihan dulu, yuk!"
"E-enggak bisa. Aku harus segera ke sana."
"Kamu udah makan siang?"
"B-belum."
"Kenapa malah mau ke perpustakaan?"
"Eng ... iya ... itu ...."Calla berbalik pergi ke kelas Juna sambil menariknya.
"Calla, mau apa?" Langkah Juna terseok-seok mengikuti Calla.
Alih-alih menjawab, Calla mengeluarkan kotak bekal Juna dari dalam tasnya. "Kita makan sama-sama di ruang olahraga setelah selesai."
Calla tersenyum lebar. Juna menelan ludah. Gadis itu menyerahkan kotak bekal pada Juna, lalu menariknya keluar dari kelas. Juna mendesah lemah. Dia harus menyembunyikan wajahnya di mana kalau begini?
Meysha sudah ada di ruang olahraga lebih dulu. Terlihat bercengkrama dengan Rania. Pandangan Juna tertumbuk pada Raihan. Anak itu juga memandangnya. Buru-buru Juna membuang muka. Pura-pura membantu Calla menjinjing tasnya. Ada dua. Satunya berisi minuman seperti kemarin. Satu lagi tas bekalnya. Dia menyimpannya di pinggir ruangan bersama satu yang lain. Sepertinya punya Meysha.Juna mengambil satu alat pel yang sudah ada di sana. Tidak tahu siapa yang bawa. Mungkin Meysha, mengingat cewek itu ada di pihak Calla kalau urusan membantu Raihan. Juna cuma ikut-ikutan saja karena dipaksa Calla. Sebenarnya tidak dipaksa pun Juna mau membantu. Atas dasar rasa bersalah. Hanya saja, kalau situasinya seperti ini ....
Ah, Juna mau pergi saja, tapi tanggung. Mau cari alasan apa lagi? Akhirnya, dia bertahan sampai akhir tanpa menoleh sedikit pun pada Raihan.
Selesai dengan pekerjaan, mereka berkumpul. Duduk melingkar di lantai. Calla meraba badannya sendiri. Tidak pakai jas. Dia celingukan seperti mencari sesuatu. Juna melepas jas dan melemparnya ke pangkuan Calla. Gadis itu menoleh sambil tersenyum."Terima kasih." Calla berujar sambil menutupi pahanya dengan jas agar bisa bergerak leluasa.
"Waaaa ... ternyata kamu memang gentle," ujar Meysha geleng-geleng seolah tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Sepertinya kesan Juna di mata gadis itu memang tidak baik.
"Juna gak sedingin kelihatannya, kok. Dia punya hati sehangat bulu kucing." Calla terkikik.
"Kadang-kadang bikin alergi, ya?" seloroh Meysha. Dia tergelak bersama Calla.

KAMU SEDANG MEMBACA
ANONYMOUS CODE [TAMAT]
Teen Fiction[UPDATE SETIAP HARI] SMA Wijayamulya dihebohkan dengan kerusakan tugu di hari pertama sekolah. Empat orang siswa terjebak dalam kesalahpahaman dan dituduh sebagai pelaku. Juna, Raihan, Calla, dan Meysha harus menangkap pelaku sebenarnya jika ingin m...
18. Kena Perangkap Sendiri
Mulai dari awal