抖阴社区

Sakti 16

312 37 1
                                        

Jangan lupa vote, coment and share 🖤

°°°

Sakti menuruni anak tangga dengan siulan, juga kunci motor yang berputar-putar di tangannya. Cowok itu berjalan menuju ruang makan, mencari mamanya.

"Ma, Tama berangkat, ya?" ucap cowok itu.

"Nggak sarapan dulu?" Adhisty bertanya.

"Tama buru-buru, ada piket," ujarnya, yang ternyata tengah berbohong.

"Perasaan kamu piket bukan hari ini, deh." Adhisty berujar dengan kening yang berkerut.

"Bukan piket kelas, ma," balas cowok itu. "Tama berangkat, ya. Assalamualaikum," ucapnya sambil bersalaman dengan mamanya.

"Loh? Waalaikumsalam," balas Adhisty masih terheran dengan sikap putranya hari ini.

Sedangkan Sakti berseru senang di dalam hati. Tidak ada piket atau semacamnya. Dia hanya ingin pergi menuju rumah seseorang pagi ini, sesuai janji yang dia ucapkan dua hari yang lalu.

"Tamaaa...," sambut cewek cantik dengan rambut hitam melewati bahu, sedikit berlari ke arah Sakti.

"Hai," sapa Sakti memberikan pelukan hangat pada cewek itu.

"Aa gue kangen banget, masaa?" masih dalam pelukan Sakti, cewek itu berujar dengan muka cemberut.

Sakti tertawa renyah. "Lepas, gue mau liat muka lo," katanya. Mau tak mau, cewek itu melepaskan pelukannya.

"Gue tambah cantik atau jelek?" cewek itu bertanya sembari berkacak pinggang.

"Kalo gue bilang tambah jelek, gimana?" ujar Sakti, tersenyum miring.

"Gue pecat lo jadi sahabat gue!" ancamnya dengan muka galak.

"Gue nggak diajak duduk, nih?" cibir Sakti.

"Eh, iya. Ayo sini," ajaknya. Menarik tangan Sakti menuju ruang tamu. Keduanya duduk di sana.

"Sendirian?" tanya Sakti begitu sadar kalau rumah yang dia datangi nampak sepi. Dan dugaannya itu benar kala gadis di sampingnya mengangguk dengan senyum dipaksakan.

"Gue nggak apa-apa. Udah biasa sendirian di rumah," kata cewek itu.

Atensi Sakti menjadi beralih, wajahnya sangat serius saat ini. "Kalau ada apa-apa sama lo gimana?" tanyanya dengan datar.

Namun, cewek itu malah tersenyum manis. "Kan, ada lo yang bakal jagain gue."

Sakti menghela napasnya. "Kalau seandainya gue nggak ada?"

"Lo mau ninggalin gue?" tanya cewek itu dengan nada bergetar.

"Hei! Cha, dengerin gue. Bukan maksud gue mau ninggalin lo, enggak. Untuk saat ini, gue memang bisa jagain lo. Tapi nanti? Gue nggak bisa jamin karena kehidupan itu berubah," jelas Sakti memberi pengertian.

"Gue akan berdoa semoga lo tetap ada di samping gue," lirih cewek yang bernama Icha itu.

"Gue juga," ujar Sakti, mendekap Icha penuh sayang. Tangannya tergerak, mengelus surai hitam yang memiliki wangi khas, strawberry.

"Lo nggak mau ke sekolah?" tanya Icha, ikut meresapi pertemuan mereka setelah satu tahun berjauhan.

"Bentar lagi," jawab Sakti. Dia menutup matanya sejenak, hingga bayangan seseorang muncul dalam ingatannya. Sontak saja ia mengurai pelukannya.

Sakti menatap kedua mata cokelat itu dengan senyum hangat. Sampai dia hanyut dan tidak sadar kalau cewek di depannya itu memajukan wajahnya hingga hidung mereka bersentuhan.

SAKTITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang