抖阴社区

MEISYA [TERBIT]

By Taratataaa__

212K 8.7K 186

"Papa, sepatunya kena wajah Meisya ...." "Cukup, Pa!" "Papa, Meisya kesakitan sekarang." "Meisya minta maaf."... More

CAST
Prolog
1. Sakit
2. Khayalan
3. Pura-pura Bahagia
4. Leorysa Nashwa Ghanniyah
5. Mimpi
6. Mama dan Papa Pulang
8. Belum Ada Maaf
9. Mimpi (2)
10. Kak Anta Gak Boleh Pergi!
11. Memohon
12. Kasih Sayang
13. Gak Jadi Pergi?
14. Kemarahan Papa
15. Aku, Adik Untuk Mereka
16. Tamparan
18. Pergi Lagi
19. Main
21. Taman
22. Vino Marah
23. Antartica dan Pacarnya
24. Bukan Yang Terbaik
25. Melemah
27. Hanya Gerry
28. Semakin Parah
29. Hilangnya Semua Kekuatan
30. Menyebarnya Berita
31. Rangga My Encouragement
32. About Gerry
33. Kemoterapi
35. Dor!
OPEN PO!

7. Bahagia Yang Sekejap

3.5K 263 2
By Taratataaa__

Terima kasih kalian mau datang ke sini. Tapi kalau sekarang aku di suruh pilih, lebih baik kalian gak usah datang ke sini, jika kalian datang cuma mau ambil salah satu orang yang aku sayang dan sayang sama aku.

- Meisya Keyrila Cheryl

---><---

Meisya dapat melihat dengan jelas seluruh keluarga besarnya tengah berkumpul di ruang tamu. Ada nenek dan kakeknya, om dan tantenya, serta sepupunya yang masih kecil.

Mereka tertawa seolah di antara mereka tidak ada yang tersakiti saat ini. Sepertinya mereka memang tidak pernah menganggap Meisya ada.

Meisya berusaha tersenyum lalu tertawa saat mendengar lelucon yang dilontarkan dua abangnya secara bergantian.

Daritadi Meisya memperhatikan keluarganya dari lantai dua, tepat di depan kamarnya. Ingin menghampiri lalu menyapa mereka, tapi Meisya berpikir kembali. Jika ia mendekat, maka hanya akan menghancurkan kebahagiaan mereka saja.

"Bang Gelly, kakak Meisya mana?" tanya Bella, sepupu Meisya.

Semuanya sontak terdiam saat mendengar pertanyaan Bella. Semuanya seketika memasang wajah malas, kecuali Antartica, Vino, dan Gerry.

"Kakak Meisya lagi--"

"Bella sayang, kakak Meisya nya lagi ... main. Iya, main! Lain kali jangan tanyakan ke mana kakak Meisya lagi, oke?" Lita, mama dari Bella yang menjawab dengan memotong ucapan Gerry.

Bella mengangguk dengan wajah yang tertekuk. "Setiap Bella main ke sini pasti selalu gak ada kakak Meisya. Kakak Meisya nyebelin! Pokoknya Bella malah sama kakak Meisya!"

Bukannya kesal dengan ucapan Bella, Meisya justru tertawa melihat Bella yang sekarang terlihat sangat menggemaskan.

Meisya ikut senang saat melihat keluarganya senang. Meisya ikut bahagia saat keluarganya bahagia. Meisya ikut sedih saat keluarganya sedang sedih. Tapi mengapa saat Meisya sedang bahagia, keluarganya malah menghancurkan kebahagiannya? Mengapa saat Meisya sedih mereka tertawa? Apa di saat dirinya sedang sedih lalu melihat keluarganya tertawa, Meisya juga harus tertawa?

---><---

Meisya duduk di meja makan untuk makan malam bersama. Menatap satu persatu orang-orang yang ada di sana. Kakek, nenek, om, tante, dan Bella masih ada di sana.

Tepat di samping kanannya adalah Bella. Sepertinya Bella masih kesal pada Meisya. Buktinya saat Meisya menatap Bella, Bella malah memalingkan wajahnya. Dulu saat Bella sering main ke rumahnya, Bella itu sangat akrab dengan Meisya.

"Bella kenapa?" tanya Meisya pura-pura tidak mengetahui apapun.

Bella melirik Meisya sekilas lalu kembali fokus pada makanan di depannya. "Bella sebel sama kakak Meisya! Kenapa sih kakak Meisya hindalin kita? Kakak Meisya jahat!"

Meisya menunduk. Anak kecil berusia lima tahun seperti Bella saja membencinya. Anak kecil itu 'kan belum mengerti apa-apa. Tapi tidak dengan Bella, Bella sudah tahu bagaimana caranya membenci orang lain.

"Kakak bukannya mau ngehindar dari kamu dan yang lainnya, Bel. Kakak cuma gak mau merusak momen kebahagiaan kalian aja," batin Meisya tersenyum dan melanjutkan makan malamnya.

---><---

Meisya turun dari mobil setelah menyalimi tangan sang papa. Lalu setelahnya Gerry juga ikut turun. Setelah mobil yang dikendarai Regan kembali melaju, keduanya memasuki gerbang seperti yang lainnya.

"Lo udah gak kenapa-kenapa 'kan?" tanya Gerry.

Meisya menganggukkan kepalanya seraya tersenyum. Matanya yang merah akibat terlalu lama menangis itu masih sangat kentara.

"Kebiasaan Lo jelek banget sih. Setiap malam nangis sampai pagi. Gak capek apa nangis terus? Air mata Lo gak kering apa? Oh ya, yang kemarin gue minta maaf karena gak bisa ngebela Lo. Sebenarnya gue pengen banget ngebela Lo. Tapi Lo tau 'kan alasan gue gak bisa ngebela Lo? Sebenarnya gue juga marah karena Lo pulang malam ditambah Lo juga diantar sama cowok. Tapi gue tahan buat gak luapin amarah gue kemarin karena gue pengen tau alasan Lo pulang malam," ucap Gerry saat sudah berada di depan kelas Meisya.

Meisya menggenggam tangan Gerry. "Meisya tau kok alasan Bang Gerry gak bisa bela Mei kemarin. Maaf karena Mei udah bikin kalian khawatir."

Gerry mengacak-acak rambut Meisya lalu mencubit kedua pipi Meisya.

"Jangan diulangi lagi."

---><---

Kintan, nenek Meisya menghampiri Meisya yang sedang berada di kamar. Raut wajahnya terlihat jelas kalau ia sedang marah.

Kintan menarik paksa tangan Meisya yang si empunya sedang duduk di tempat tidur.

"Saya tau semuanya. Benar-benar memalukan! Tidak bisakah kamu tidak membuat keluarga ini malu? Saya capek jika harus setiap harinya mendengar ucapan orang-orang yang membicarakan hal buruk tentangmu. Jangan geer kamu! Saya capek karena telinga saya panas, bukan karena saya peduli sama kamu!" ucap Kintan berteriak.

Meisya berusaha melepaskan genggaman tangan Kintan yang begitu kuat di pergelangan tangannya. Saat sudah terlepas, Meisya menatapnya. Ada bekas merah di sana.

"Ma-maksud nenek?" tanya Meisya takut.

Kintan menghela nafasnya. Ia saat ini sedang benar-benar marah. Ia lelah setiap hari selalu saja ada tetangga yang melapor tentang perbuatan Meisya.

Lagian darimana sih para tetangga itu tahu?

"Gak usah sok gak tau ya! Pulang tengah malam, baju kotor dan lusuh pula. Itu akan membuat tetangga curiga dengan kelakuan jelekmu itu, Meisya! Saya tidak peduli kamu mau melakukan apapun asal jangan membuat nama keluarga ini jadi buruk."

Meisya meneguk salivanya. Apa keluarga ini hanya akan menjaga nama baiknya saja? Apa keluarga ini lebih mementingkan nama baik keluarganya dibandingkan dirinya?

"Meisya pulang malam punya alasan, Nek," bela Meisya.

"Alasan apa? Pergi dengan lelaki hidung belang?" tuduh Kintan membuat Meisya menggeleng kuat.

"Apa Nenek gak percaya sama Meisya? Meisya nggak pergi sama pria hidung belang. Meisya kemarin di--"

"Di diskotik? Iya, 'kan?! Saya tidak menyangka anak dari Regan dan Alina hobi pergi ke diskotik." Kintan memijat pelipisnya pusing. Bingung bagaimana lagi cara memberitahu Meisya.

Meisya lagi-lagi menggeleng. Percuma bila ia menjawab pun. Neneknya akan memotong ucapannya lagi.

Mungkin Meisya memang tidak dianggap ada di keluarga ini.

Mungkin Meisya memang seharusnya tidak ada di sini dan membuat semuanya berantakan karena kehadirannya.

Mungkin seharusnya Meisya tertidur saja untuk selamanya agar mereka bahagia.

Mungkin bagi keluarganya sebuah nama keluarga lebih berharga daripada anak, cucu atau keponakannya, Meisya.

Meisya tidak menyesal karena lahir di keluarga ini. Meisya hanya heran mengapa keluarganya berbeda?

"Meisya gak dianggap ya di keluarga ini, Nek?" tanya Meisya pelan.

"Tentu saja tidak. Untuk apa kami menganggapmu ada di antara kami? Hanya orang bodoh yang akan menganggapmu ada," jawab Kintan.

"Berarti Kak Anta, Bang Vino, sama Bang Gerry itu orang bodoh karena udah anggap Meisya ada di keluarga ini?" tanya Meisya lagi.

"Mereka tidak bodoh. Hanya saja saat mereka memutuskan untuk menganggapmu ada, otak mereka sedang tidak berfungsi."

Meisya mengangguk paham. Pertanyaannya yang selama ini hanya ada di kepalanya sekarang sudah terjawab. Tapi jawaban itu membuat hatinya sakit.

"Apa ketika Nenek tau alasan Meisya pulang malam, nenek akan mempertimbangkan lagi agar menganggap Meisya ada di antara kalian?" tanya Meisya.

"Saya sudah tau alasanmu, penggoda!"

Meisya memejamkan matanya untuk menghilangkan rasa sesak yang menyeruak di dadanya. Mengapa ini begitu menyesakkan? Mengapa harus Meisya yang menerima ini semua?

"Meisya bukan penggoda, tapi Meisya adalah korban penculikan dari orang suruhan orang yang iri dengan kesuksesan perusahaan keluarga ini."

Kintan langsung menatap Meisya lekat. Tatapan marahnya belum hilang. Mungkin tidak akan pernah hilang.

"Selain penggoda, kamu juga pintar membuat alasan."

---><---

Saat istirahat di kantin, Meisya duduk sembari memakan makanan yang sudah dibelinya. Telinganya sengaja ia tajamkan pendengarannya agar bisa mendengar apa yang sedang dibicarakan oleh Gerry dan juga temannya yang tak jauh dari tempatnya berada sekarang.

"Pa, kenapa harus diajak ke Eropa sih? Emangnya selain Kak Anta siapa yang bakal urus perusahaan kalian di sini? Bang Vino? Dia aja masih kuliah. Dia gak bakal fokus ke perusahaan terus. Papa egois ya lama-lama," ucap Gerry kecewa.

Tidak lama kemudian telfonnya tertutup. Gerry sengaja menutupnya secara sepihak. Dirinya benar-benar kecewa dengan sang papa.

Meisya berjalan menghampiri Gerry yang sekarang sedang menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Meisya tidak peduli dengan godaan teman-teman Gerry.

Gerry tersadar ada Meisya di sampingnya kemudian langsung menarik Meisya untuk menjauh. Ia tidak mau adik perempuannya diganggu oleh teman-temannya walau ia tahu kalau mereka sedang bercanda.

"Maksudnya apa sih, Bang?" tanya Meisya.

Sekarang mereka sudah cukup jauh dari kantin. Mereka berada di koridor sepi yang jarang dilewati oleh siswa-siswi SMA ini.

"Jadi mimpi itu sekarang menjadi kenyataan?" tanya Meisya.

Gerry masih belum menjawabnya. Sial! Tadi Gerry tidak melihat Meisya ada di dekatnya saat sedang mengobrol dengan papanya di telfon.

"Kebahagiaan itu emang sekejap ya, Bang. Kemarin baru aja Meisya bahagia karena mama dan papa pulang. Baru aja Meisya bahagia karena liat kalian semua bahagia. Tapi sekarang Meisya harus kehilangan salah satu dari kalian," ucap Meisya berusaha untuk tidak menangis.

"Iya, kebahagiaan itu emang sekejap..."











1361 kata
Jangan lupa tinggalkan jejak, oke?🐾😙

Continue Reading

You'll Also Like

639 114 74
DIA PERGI?! ~~~~~~ Sakit rasanya ditinggalkan oleh seseorang. Terlebih orang yang sangat amat dicintainya. Selamanya! "Jika takdir sudah berkehenda...
16.8K 532 54
Memang benar, masa SMA itu masa yang paling indah. Masa dimana kita mulai mengenal apa arti cinta sesungguhnya. Ayra selalu menanamkan pada pikirann...
2.4M 145K 89
Asyhila Ersya Arabell gadis manis dan lugu yang selalu terlihat ceria didepan semua orang. tetapi dibalik semua itu tidak pernah ada yang tahu tentan...
185K 6.1K 58
"masa iya anak SMA ngacak - ngacak pikiran gue?" ..... "Tolong saya sekali lagi dong pak, penguntit gila itu masih ngikutin saya. Please pak" tangan...