抖阴社区

That's not my name

By cute8020

118K 20.8K 5.2K

Warning for +21 only Penulis hanya menuangkan ide cerita, tidak menganjurkan untuk dipraktekkan, harap bijak... More

1. manuella
2. jerry
3. pitak
4. pasangan yg klop
5. sosok yg tdk menyenangkan
6. menyinggung perasaan?
7. dedi
8. duh, bodo ah
9. reaksi dari kata 'pitak'
10. dih, kenapa itu orang?
11. menyukai teman kecilku
12. pake baju salah gak pake baju lebih salah
13. sepertinya aku sudah melakukan suatu kesalahan
14. akibat benturan
15. bisa-bisa gosong deh
16. kenapa?
17. mama kalut
18. frustasi
19. ini bukan mimpi kan?
20. pikiranku sudah kacau
21. macam-macam aja sih
23. menurut kalian gimana?
24. perlu mendinginkan kepala
25. mama kalut (2)
26. tante naila knp sih?
27. pada lebay
28. cari gara-gara
29. jerry dan libidonya
30. mencekam
31. kebelet

22. bengong dan bingung

2.1K 551 96
By cute8020

Sok kuat, makan bawang goreng aja mual kek ibu2 lagi hamidun muda 😅😆

Jerry POV

"Belagak sih udah tau gak suka bawang goreng, nih"

Keningku mengernyit melihat Manuella berdiri di depan toilet pria sambil menyodorkan obat kumur cool mint dan permen dengan rasa sama.

Kami langsung kembali ke sekolah setelah menyantap makan siang.

"Apaan nih?" Tanyaku datar tidak langsung menerima apa yang dia berikan.

"Kamu biasa kumur-kumur pake ginian kalo gak sengaja makan bawang goreng dan langsung makan permen ini karena kurang yakin obat kumurnya bisa ilangin bau bawang gorengnya"

Aku bergeming lalu menyenderkan tubuh ke pintu masuk kamar mandi, mengingat kembali kejadian waktu dia sakit perut terulang dan sekarang terjadi padaku.

"Kamu ngetes pake nanya ngapain saya ngasih ginian ke kamu?" Tanyanya karena aku malah menatapnya tanpa berkedip.

"Ingatan saya udah kembali dan saya mengingat semua kejadian-kejadian yang dulu pernah terjadi" Lanjutnya tanpa jeda.

"Terus?" Tanyaku lalu berjalan melewatinya.

Aku harus bersikap cool seperti yang Novi sarankan sebisa mungkin. Tetapi sangat sulit diterapkan, sudah bawaan dari lahir aku terbiasa tebar pesona.
Berbicara dengan orang lain pun tidak pernah ketinggalan untuk senyum tiga jari.

Dan sekarang aku harus cepat-cepat menutup mulut sebelum gigiku mengering, rasanya aneh, seperti bukan diri sendiri.

Aku mendengar suara langkah Manuella mengikutiku dari belakang. Tersenyum tipis karena dia mengejarku.

"Kamu kenapa sih?" Manuella menarik pergelangan tangan dan memaksaku berhenti melangkah.

Aku memutar tubuh setelah mati-matian berusaha untuk menyudahi senyuman yang kian mengembang di wajah.

"Bisa tolong lepasin tangan saya?" Pintaku menunduk melihat pergelangan tanganku lalu kembali mendongak menatap wajahnya.

"Kalo gak mau nerima pemberian saya bilang aja, gak usah nyuekin saya kaya begitu" Sungutnya lalu melempar plastik berisikan obat kumur dan permen.

Manuella berjalan dan sengaja menabrak lengan atasku.

Aku kembali tersenyum melihatnya, kelakuannya sangat mudah di tebak seperti yang Novi katakan.

Salah satu keajaiban dunia perempuan ya seperti ini, tidak bisa di mengerti dan di pahami oleh kaum lelaki.

Karena Novi memberikan masukan padaku, aku bisa sedikit mengerti.

Tetapi aku tidak ingin langsung menyimpulkan kalau dia cemburu melihat kedekatanku dengan Novi, kenyataan bahwa Manuella dekat dengan Dedi tidak bisa aku abaikan.

Bisa saja mereka saat ini sudah jadian, kejadian di coffe shop itu sudah seminggu berlalu.

Aku masuk ke ruangan guru berjalan pelan ke tempatku.

Novi duduk di kursiku sambil terkikik pelan.

"Panu masuk ruangan mukanya di lipet-lipet, hihihi... dia jadi nyamperin elu ke toilet?" Tanyanya setelah mendongak ke arah kubikel Manuella.

Tanganku menarik kursi kosong di belakang.

"Jadi, dia ngasih ini, ingatan dia benar-benar udah kembali" Jawabku sambil membuka plastik dan membuka permen yang Manuella kasih.

"Beneran? Kok dia gak cerita ke gue sih?" Novi mendelik ke arah kubikel Manuella lalu kepalanya langsung menunduk ketika teman sepermainanku waktu kecil memutar bangkunya dan berdiri seperti mencari seseorang.

"Nyari siapa bu Manu?" Tanya seorang guru yang ikutan mendongak melihat Manuella bergerak ke sana ke mari tetapi masih sebatas wilayah kubikelnya.

"Ibu liat bu Novi gak?" Tanyanya.

"Mampus, ngapain dia nyariin gue?" Runtuk Novi lalu menarik lengan kursi yang aku duduki bergeser mendekatinya.

"Tadi sih ke belakang, ke tempatnya pak Jerry" Jawab guru yang di tanya Manuella.

"Yeee... malah ngebilangin" Novi menepuk keningnya.

"Lagian elu ngapain ngumpet?" Tanyaku bingung.

"Elu mau si Panu liat kita bedua lagi? Mau liat dia keselnya makin bertambah?" Tanyanya dengan mendongakkan sedikit kepala.

Aku meringis, bukan begini caranya mencari tahu bagaimana perasaan Manuella kepadaku, lagian kami ini kan hanya teman sepermainan di waktu kecil saja.

Aku memang menyadari perasaanku terhadapnya sudah berubah, rasa suka sudah berkembang karena aku merasakan cemburu melihat kedekatannya dengan Dedi.

Tetapi kalau begini rasanya salah, lebih baik aku mengutarakan perasaanku secara langsung dari pada bersikap seperti ini.

Nanti sore aku akan ke rumahnya, tidak perduli dengan Dedi yang mungkin sudah menjadi pacar Manuella.
Dan tidak perduli tante Naila yang mungkin akan mengusirku apabila aku bertandang ke sana.

"Keadaan udah aman belum?" Perkataan Novi menyeretku kembali ke alam nyata.

Aku melongok melewati batas kubikel, melihat ke arah Manuella yang sudah kembali duduk.

"Udah" Jawabku singkat.

"Ok, gue balik dulu" Novi nyengir lalu berdiri dan melangkah meninggalkan aku.

•••

"Jadi tante gak mau saya ke sini sering-sering?" Tanyaku pada ibunya Manuella ketika sore harinya aku nekat memutuskan ke rumahnya.

Tante Naila yang sedang fokus menatap layar TV tidak menoleh ke arahku.

"Tant" Panggilku.

"Entar ngobrolnya nunggu iklan dulu" Sahut tante Naila cepat.

Aku menghela nafas, ibunya nyuekin aku nonton TV, anaknya nyuekin aku masuk ke kamarnya sejak dia sampai.

Karena bosan menunggu iklan yang tidak kunjung datang aku berdiri dan melangkah ke arah teras setelah sebelumnya mampir ke dapur untuk mengambil es teh manis ke dalam mug besar.

Mataku melebar mendapati Manuella duduk di sofa teras dengan memakai earphone di kedua telinganya, loh kapan dia keluar dari kamar? Kok gak kedengaran pintu kamarnya terbuka.

Manuella menoleh ketika aku menghempaskan bokong di atas sofa setelah meletakkan mug di atas meja.

"Ck, ngapain sih di sini, ganggu aja, udah sana di ruang TV aja sama mama" Decaknya sambil menendang kakiku begitu menjulur naik ke atas meja.

"Eh, jatoh nih ntar teh manis gue" Punggungku menegak sigap memegang mug yang hampir berbenturan dengan kakiku.

"Teh manis boleh minta aja" Manuella mendelik lalu kembali memasang earphonenya.

"Tak" Panggilku sambil menyenggol lengannya.

"Apaan sih?" Tanyanya judes tanpa menoleh.

"Mau nanya" Kataku setelah terdiam sebentar.

"Ya tanya aja" Sahutnya.

"Elu liat gue dulu dong biar enak nanyanya"

"Ck, nanya ya nanya aja, ngapain pake tatap-tatapan"

"Tak" Panggilku lagi lalu menarik kedua earphonenya.

"Ck, apaan?" Manuella melotot menatapku.

"Nah gitu dong" Mulutku membentuk cengiran lebar.

"Balikin earphonenya" Manuella berusaha merebut earphonenya kembali.

Punggungku bergerak mundur dengan tangan naik ke atas agar dia tidak dapat mengambil.

Gerakan salah, kami terdiam ketika tubuhnya malah jatuh ke atas tubuhku.

"Ishh" Manuella mendorong tubuhku kesal lalu berdiri.

"Tak, jangan pergi, gue kan belum nanya" Tanganku meraih pergelangan tangannya sebelum Manuella melangkah.

"Mau nanya apaan?" Manuella menyentakkan tangannya agar terlepas dari genggamanku, Aku mendongak melihat wajahnya yang tiba-tiba memerah.

"Ya duduk dulu sini" Aku menariknya untuk duduk kembali.

Manuella menurut lalu meraih bantal sofa dan memeluknya erat, wajahnya masih merah.

"Gue mau tanya pendapat elu" Kataku memulai.

Manuella tidak menatapku, wajahnya menunduk dengan gestur tubuh tidak nyaman.

"Kalo kita suka sama perempuan, enaknya gimana ya?"

"Tak" Panggilku karena dia tidak mengeluarkan suara menjawabku.

"Ya kalo suka bilang aja, ngapain pake nanya pendapat" Sahutnya lalu membuang pandangannya ke samping dengan masih menunduk.

"Kalo perempuannya itu suka sama lelaki lain gak apa-apa?" Tanyaku lagi.

"Tak" Panggilku lagi.

"Ck, pertanyaan apaan sih ini?" Lagi-lagi Manuella berdecak.

"Ya kan gue nanya, gue suka sama perempuan, tapi kayanya dia suka pria lain, dan kayanya mereka malah udah pacaran" Ucapku lancar.

"Novi belum punya pacar" Manuella berdiri lagi.

"Novi?" Tanyaku bingung.

"Elu nanyain pendapat gue mau nembak Novi kan? Ya udah nyatain aja perasaan elu, kayanya Novi..."

"Siapa yang lagi ngomongin Novi?" Potongku.

"Ya barusan bukannya elu bilang suka sama perempuan, dan bukannya elu lagi pendekatan sama Novi? Ya udah tembak aja, ngapain tanya pendapat gue segala?" Manuella hampir berjalan kalau aku tidak langsung berdiri menhadangnya.

Tubuh kami nyaris bersentuhan, Manuella tersentak kaget dengan gerakanku yang tiba-tiba berdiri.

"Gue suka elu" Ucapku pelan tetapi jelas dengan sedikit menundukkan kepala agar dapat berbisik di telinganya.

Manuella bergeming.

"Tak" Panggilku.

Diamnya dia malah membuatku gusar. Aku nekat menyatakan perasaan walaupun yakin Manuella dan Dedi sudah menjalin kasih.

"Tak" Panggilku lagi.

"Apaan sih manggil Tak Tak Tak, nama gue bukan Pitak" Manuella mundur selangkah dan mendongak menatapku tajam.

"Ok, Manuella gue suka elu" Kataku lalu berusaha tersenyum.

Ekspresi wajah Manuella tidak berubah walaupun mendengar aku menyatakan perasaan dengan menyebutkan namanya.

Senyuman hilang dari wajahku dan berganti dengan ringisan.

Tanganku bergerak mengusap tengkuk, keadaan sangat terasa canggung.

"Gue suka elu Manuella" Ulangku mencoba peruntungan, mungkin saja dia tidak mendengar pernyataan sebelumnya.

"Ehem...ehemm..."

Dehaman terdengar di belakang kami, tanpa menoleh pun aku tahu siapa yang mengeluarkan suara.

Entah berapa lama tante Naila berada di belakang kami. Aku memutar tubuh pelan.

"Jerry pulang dulu tant" Pamitku sebelum tante Naila mengusirku seperti sebelumnya.

"Ngapain pulang? Kamu kan belum denger jawaban Manu"

"Udah terusin lagi, asal jangan ada anggota tubuh yang terlibat ya, tante siram kamu pake es teh manis biar di kerubungin semut" Ancam tante Naila galak.

Aku meringis mendengar ucapannya, apakah ini tanda kalau tante Naila menerima aku?

"Minggir" Manuella memintaku bergeser begitu aku memutar tubuh menghadap padanya.

"Manu, gue suka elu, denger gak?" Tanyaku sambil memegang kedua pundaknya dan menekuk lutut agar wajah kami sejajar.

"Gue gak denger, minggir" Manuella menepis tanganku.

"Elu udah jadian sama Dedi?" Tanyaku.

"Nggak" Jawabnya cepat.

Jawabannya membuatku lega.

"Terus kenapa elu..."

"Gue masih anggap elu masih ada salah sama gue, selama elu belum minta maaf atas kesalahan yang dulu elu perbuat, gue anggap gue gak pernah denger pernyataan perasaan elu itu" Potong Manuella dengan wajah datar.

"Minggir" Kali ini Manuella mendorong tubuhku ke samping sehingga terhempas jatuh ke sofa.

Bengong dan bingung.

Kesalahan apa yang dulu gue perbuat?

Tbc

Sini tante kasih tau, pitak, udah itu aja clue nya
Cerita ini bener2 datar ya? Ga ada gejolak gairah darah muda bgt wkwkwk
Bodo lah, mau tante tamatin secepatnya trs mulai ngetik2 cerita baru

6/2/21

Continue Reading

You'll Also Like

55.6K 9.3K 40
Warning for +21 only Penulis hanya menuangkan ide cerita, tidak menganjurkan untuk dipraktekkan, harap bijak dalam membaca Happy reading 2/7/23 - 11...
94.3K 15.9K 36
Warning for +21 only Penulis hanya menuangkan ide cerita, tidak menganjurkan untuk dipraktekkan, harap bijak dalam membaca Happy reading 20/2/22 -
514K 59.3K 30
Warning for +21 only Penulis hanya menuangkan ide cerita, tidak menganjurkan untuk dipraktekkan, harap bijak dalam membaca Happy reading 23/3/18 - 12...
385K 44.5K 30
BEBERAPA PART SAYA HAPUS UTK KEPENTINGAN PENERBITAN Warning for +21 only Penulis hanya menuangkan ide cerita, tidak menganjurkan untuk dipraktekkan...