VOTE FIRST!
AND COMMENT IF U WANT!
•-•-•-•
"DADDY!!!!!!"
Namun kedua senyuman itu pudar seketika saat teriakan Jaewoo begitu menggema dari kamarnya yang bahkan berada di lantai dua.
Mereka berdua pun dengan panik langsung bangkit dari atas sofa, tidak memperdulikan selimut yang sudah acak-acakan karena bergegas ke lantai dua karena teriakan Jaewoo tadi yang kini berubah menjadi suara tangisan.
"Daddy di sini, Jae kenapa?" ucap Jaehyun tidak terlalu jelas karena nafasnya yang memburu. Mereka sudah sampai di depan kamar Jaewoo yang juga berada di depan kamar Jaehyun, di sana sudah ada Jaewoo dengan Isak tangisnya di depan pintu kamarnya.
"Daddy ke mana?!!"
"Daddy tadi di bawah sama Mommy-"
"Kok Jae sendirian?!"
"Ya Daddy minta maaf-"
"Gak mau!" teriak Jaewoo sembari menghentakkan kakinya. Anna dan Jaehyun menjadi bingung dengan Jaewoo terlebih Jaehyun yang mengenal Jaewoo selama ini selalu berani tidur sendiri, jadi kenapa sekarang menangis begini?
"Jae kenapa nangis, hm? Sini sama Mommy." Kini Anna yang mencoba menenangkan Jaewoo di kala Jaehyun yang kebingungan.
"Jae liat hantu di kamar, terus Jae cari Daddy, tapi Daddy gak ada," lirih Jaewoo dengan Isak tangisnya yang kini memeluk Anna dengan erat.
"Hantu apa?" tanya Jaehyun bingung.
"Coba Daddy liat di dalam! Dia duduk di sofa yang Daddy sering dudukin! Hantunya pendek."
Jaehyun pun menatap Anna sejenak yang menyuruhnya untuk mengecek, lalu masuk dalam kamar Jaewoo sembari juga menghidupkan lampu di sana.
Belum seberapa detik terlewat, bukannya menjadi serius, tawa Jaehyun yang malah pecah seketika dan langsung masuk ke dalam dan hal itu membuat Anna dan Jaewoo saling menatap bingung lalu ikut masuk.
"Hantu apanya? Ini tas sama jas punya Daddy," ucap Jaehyun, lalu mengambil tas dan juga jas miliknya yang memang berbentuk sesuatu yang mengerikan jika di dalam ruangan yang gelap.
"Ih kan Jae gak tau, Daddy sih!"
"Ya salah Jae yang penakut," canda Jaehyun yang mendapat erangan kesal dari Jaewoo.
"Jae gak penakut! Iya kan Mommy? Semuanya salah Daddy, kan?"
"Iya semuanya salah Daddy," balas Anna yang tentunya membuat Jaehyun tak terima.
"Tuh kan salah Daddy, grandma juga bilang sama Daddy kan, jangan sembrono," ucap Jaewoo dengan bangga, namun Anna malah tertawa karenanya.
"Tapi Daddy tadi ke mana? Kok gak ada?" tanya Jaewoo.
"Daddy di bawah sama Mommy."
"Ngapain?"
"Rahasia."
"Ih Mommy liat Daddy! Mommy sama Daddy ngapain? Kok gak tidur?" rengek Jaewoo kesal lalu bertanya dengan Anna.
"Daddy sama Mommy cuman nonton film kok di bawah," balas Anna sambil mengusap kepala Jaewoo.
"Kok gak ngajak Jae sih?!"
"Anak-anak gak boleh ikut." Kini Jaehyun yang menjawab dengan senyumannya yang bisa membuat siapa saja kesal.
"Kenapa gak boleh?"
"Ya gak boleh."
"Ih Daddy kok gitu?!"
"Mama?" Suara Jane yang lembut kini membuat perhatian semua orang menuju padanya dan berbalik ke arah pintu, di sana Jane berdiri dengan wajah bantalnya dan berjalan mendekat ke arah Anna.
"Jane bangun juga?" tanya Anna khawatir.
"Semuanya salah Jae, tuh liat, Jane sampai bangun gara-gara Jae," ucap Jaehyun yang kini sudah berada di dekat Jaewoo, lebih tepatnya agak berbisik dengan nada menyalahkan.
"Ih kan Jae gak sengaja," balas Jaewoo kesal dengan bibir yang mengerucut pada Jaehyun.
"Jane masih ngantuk, kan? Ayo ke kamar," ajak Anna.
"Tadi kenapa ada yang teriak-teriak, Ma?" tanya Jane pada Anna. Sementara di belakang Jaehyun sudah memasang wajah mengejeknya lada Jaewoo.
"Itu, tadi Jae katanya liat hantu, padahal bukan."
"Ih Mommy, jangan di kasih tau dong, Jae kam malu," cicit Jaewoo di belakang. Anna terkekeh pelan sambil berbalik, lalu kembali menghadap ke arah Jane yang masih bingung.
"Udah, Jane tidur aja lagi, ya? Ayo," ajak Anna, lalu menarik tangan Jane untuk keluar dari kamar Jaewoo.
"Mommy tidur sama Jane dulu ya? Jae juga tidur sama Daddy, masih subuh, ntar ngantuk loh di sekolah," ucap Anna pada Jaewoo di ambang pintu, lalu menutupnya.
Jaewoo menatap pintu dengan tatapan sedih lalu menunduk dalam, rupanya hal itu tertangkap oleh Jaehyun.
"Daddy, kayaknya Mommy lebih sayang sama Jane deh," cicit Jaewoo pelan.
Mendengar hal itu Jaehyun langsung duduk di pinggiran ranjang milik Jaewoo, lalu menyuruh Jaewoo mendekat ke arahnya.
"Sini."
"Kenapa Jae bilang gitu, hm?" lanjut Jaehyun dengan pertanyaan, lalu mengusap wajah Jaewoo yang terlihat sedih namun masih terkesan polos.
"Soalnya Mommy kalo ada Jane pasti dia gak peduli lagi sama Jae."
"Kayaknya juga Mommy gitu gara-gara Jane punya lebih banyak bakat dari pada Jae, kata temen-temen sama guru-guru Jae di sekolah, Jane pintar terus dia bisa gambar juga, semua orang suka sama dia, katanya juga dia favorit semua orang, sementara Jae, cuman bisa main game terus manja sama Mommy," Lanjut Jaewoo pelan sambil memainkan kancing baju milik Jaehyun.
"Kata siapa?" tanya Jaehyun setelah hembusan nafasnya terdengar.
"Kata Jae," balas Jaewoo polos.
"Maksud Daddy kata siapa Mommy gitu sama Jae?"
"Ya, kata Jae, kan Jae yang bilang tadi," jawab Jaewoo yang membuat Jaehyun mengerang dalam hati walaupun ada benarnya juga.
"Mommy itu sayang sama Jae sama kayak dia sayang sama Jane, cuman caranya aja yang beda. Ingat, caranya yang beda bukan berarti lebih sayang sama yang mana, Mommy gitu sama Jane karena cuman dia yang dekat sama Jane di rumah ini, beda sama Jae yang dekat sama Mommy dan juga Daddy."
"Kok Daddy gak dekat sama Jane?"
"Karena jane belum terbiasa sama Daddy."
"Kok gitu?"
"Ya gitu."
"Tapi Daddy gak bohong, kan?"
"Enggak, emangnya Daddy pernah bohong?"
"Pernah, malah sering lagi, apalagi soal Mommy Jae yang asli."
"Itu bukan bohong, itu namanya rahasia," balas Jaehyun.
"Emangnya beda?"
"Beda, ngomong-ngomong Jae mau dengar cerita dari Daddy?" tanya Jaehyun, ia harap hal ini bisa membuat Jaewoo melupakan sejenak pemikirannya tadi.
"Mau! Cerita apa?" jawab Jaewoo antusias.
"Tadi Daddy ciuman sama Mommy loh," ucap Jaehyun bangga.
"Ciuman itu gimana Daddy?" tanya Jaewoo bingung.
"Sama kayak cium pipi tapi di bibir," balas Jaehyun tanpa merasa berdosa sedikit pun, membayangkannya jika ada Anna, entah bagaimana nasib Jaehyun.
"Emangnya bisa?"
"Bisa, tapi cuman orang dewasa yang boleh."
"Jae gak boleh?"
"Gak boleh."
"Kok gitu? Gak adil dong."
"Emang gitu," balas Jaehyun, ekspresi bangganya bahkan tidak pudar sedikitpun.
"Ya terserah Daddy deh, terus gimana?" tanya Jaewoo agak kesal. Jaehyun pun menarik Jaewoo supaya lebih dekat ke arahnya, lalu mengajak Jaewoo berbaring bersamanya.
"Daddy bahagia punya Mommy kalian berdua," gumam Jaehyun sambil menatap langit-langit kamar Jaewoo, sementara Jaewoo berbaring di atas perut Jaehyun.
"Emangnya Mommy punya Daddy?"
"Iya, Mommy itu punya Daddy."
"Kata Mommy, Mommy itu punya Jae sama Jane," balas Jaewoo tak mau kalah.
"Menurut Jae Daddy sama Mommy itu cocok gak?" tanya Jaehyun mengalihkan topik.
"Gak."
"Loh kenapa?"
"Mommy itu peri, Daddy itu kodok, jadi gak cocok," balas Jaewoo santai.
"Sembarangan, terus Jae apa? Kecebong?"
"Jae itu pangeran, Daddy sendiri yang bilang."
Jaehyun berdecak kecil, tidak bisakah ada yang mendukungnya di saat-saat dirinya merasa bahagia seperti sekarang? untung anak sendiri.
"Jae bohong kok, Mommy dan Daddy itu cocok, saling melengkapi," ucap Jaewoo yang membuat Jaehyun tersenyum senang. " Saling melengkapi gara-gara Mommy itu malaikat, terus Daddy itu iblis," lanjut Jaewoo dengan candaan, dan kini sudah bangkit dan menjauh dari Jaehyun dengan gelak tawanya.
"Heh! Gak boleh ngomong gitu sama orang tua!" Tegas Jaehyun.
"Tuh kan Daddy marah-marah," balas Jaewoo sok sedih.
"Daddy itu gak pernah marah, Daddy itu cuman tegas sama Jae, makanya jangan nakal gitu."
"Jae gak nakal, Jae cuman jujur sama Daddy."
Jawaban Jaewoo membuat Jaehyun menahan emosinya setengah mati, Jaewoo benar-benar membuat Jaehyun geram karena sifat usilnya, padahal sebelum Anna datang Jaewoo selalu menurut walaupun sering merengek, tapi kenapa sekarang malah makin parah?
________
Jalanan yang dijatuhi oleh oleh rintik-rintik hujan yang lebat dan juga kaca depan mobil yang buram dikarenakan air hujan tersebut menjadi hal yang Anna lihat sedari tadi di dalam mobil Jaehyun, karena Jaehyun bilang ia akan sibuk beberapa hari ke depan, alhasil hari ini mereka berdua akan mengambil beberapa barang Anna dan juga Jane yang memang dibutuhkan.
Saat ini mereka berdua berada di dalam mobil menuju tempat tinggal yang Anna dan juga Jane dulu tinggali.
Entah kenapa rasanya begitu aneh dan begitu bercampur aduk untuk Anna, meninggalkan tempat yang menjadi saksi bisu perjuangannya untuk bangkit kembali dan juga menjadi tempat dirinya membesarkan Jane bukan hal yang mudah, jika bukan karena Jaewoo, Anna pasti tidak akan mau kembali lagi. Tapi hal itu memaksanya, Anna tidak sampai hati meninggalkan Jaewoo kedua kalinya, tidak akan.
Kehidupannya dalam beberapa waktu ke depan tentunya akan berubah, belum lagi hubungannya dengan Jaehyun yang menjadi lebih akur karena kejadian tadi malam, Anna bahkan tidak pernah membayangkan Jaehyun menjadi bersikap "clingy" seperti ini padanya. Bahkan sekarang Jaehyun tidak melepaskan genggaman tangannya sedari tadi.
Anna juga tidak paham dengan perasaannya sendiri, kadang rasanya perasaannya begitu hampa bila dengan Jaehyun, tapi kadang juga perasaan Anna kembali seperti dulu, sangat menginginkan Jaehyun. Anna kadang juga berpikir jika hal seperti itu mungkin adalah bagaimana perasaan dan logikanya berjalan bersamaan. Tapi jika begini hanya membuatnya menjadi bingung.
Jaehyun juga bukan seseorang yang akan ia percayai seratus persen. Entahlah, tapi Anna merasa Jaehyun tidak pantas untuk dipercayai, semanis apapun caranya memperlakukan Anna atau semanis apapun perkataannya. Anna rasa Jaehyun akan tetap sama, hanya saja posisi Anna sekadang bukan lagi Anna yang dulu, tapi naik pangkat untuk menggantikan seorang Helena padanya.
Memikirkan hal itu membuat Anna sesak sendiri, kalau seperti ini ia bingung harus bersikap seperti apa kedepannya dengan Jaehyun.
"Anna?"
"Hah?"
"Kamu mikirin apa?" tanya Jaehyun, sementara Anna melihat ke sekitar luar mobil Jaehyun saat ini, ternyata mereka berdua sudah berada di depan bangunan yang menjadi tempat tinggal Anna dan Jane sebelum ini.
Anna menggeleng pelan. "Cuman ngelamun," jawab Anna setelah itu. Jaehyun menghembuskan nafasnya pelan, ia sudah mengosongkan jadwalnya pagi ini untuk menemani Anna, ia kira mereka akan akur atau lebih tepatnya saling berbicara dengan nyaman seperti tadi malam dan juga tadi subuh, rupanya Anna malah kembali bersikap dengan salah satu sikap dari Anna yang Jaehyun tidak terlalu suka, yaitu terlalu banyak bungkam dan itu agak membuatnya sedikit kecewa, bahkan hal ini sudah berlangsung sejak tadi pagi. Ia pikir pagi hari ini akan tenang dan nyaman karena hubungan mereka ada kemajuan.
Jaehyun tidak masalah Anna yang sudah berani menjawabnya dan tidak mau kalah, tapi Anna yang saat ini, Jaehyun tidak suka karena dirinya tidak mampu membaca Anna dengan mudah walaupun Jaehyun orang yang termasuk peka sekalipun.
Jaehyun ikut bungkam setelah mendengar jawaban Anna dan memilih untuk menyandarkan punggungnya di sandaran kursi mobil. Anna yang tentunya melihat itu hanya mengernyit bingung.
"Mikirin apa?" tanya Jaehyun lagi.
"Gak ada Jae, ayo kita turun," ajak Anna, namun Jaehyun malah diam di posisinya.
"Jae-"
"Anna, you always drive me crazy because all the everything of you," gumam Jaehyun yang lebih seperti geraman kecil.
Anna ikut menyandarkan punggungnya, lalu menutup matanya perlahan.
"Aku bingung dengan semuanya Jae, kita, anak-anak kita, aku bingung. Aku bingung harus egois atau gak, dan semuanya itu berpengaruh dalam hal apapun, aku gak tau, aku gak siap, everything is scary to me, aku gak tau harus berbuat apa, kadang aku ngerasa hal ini salah, tapi di satu sisi juga hal itu yang terbaik buat mereka berdua, aku bingung, bahkan dari awal semuanya udah rumit," lirih Anna panjang lebar.
"Anna, aku udah bilang kan kita harus berjuang sama-sama?"
"Gimana? Gimana caranya berjuang sama-sama? Bahkan hubungan kita ada gara-gara Jaewoo sama Jane ada, bukan karena kita berdua. Jae, I just want to be loved by someone as me too, not because of anything else."
"Terus kamu maunya gimana? Aku juga gak tau mau ngapain kalo kamunya gini, aku udah berusaha, Anna, I swear to God," Tanya Jaehyun menggerang, genggamannya pada tangan Anna bahkan makin erat karena rasa kesalnya.
Anna tidak menjawab, netranya menatap ke arah laki-laki yang sudah agak berumur yang sedang memegang payung dan berjalan ke arah salah satu mobil di sebelah mobil Jaehyun.
"Kenapa, An? Dia siapa?"
"Daddy?"
TBC
Kalo merekanya gitu menurut kalian salah siapa? 🙂
Itu yang terakhir gimana ya😀
Waduh pack 🙂❤️ mana besok nambah umur lagi 😼