-happy reading everyone-
⚠️⚠️⚠️
———————————
Jaehyun, teman dekat yang badannya lebih besar dari Jungkook itu, hari ini akan main ke rumah.
Tentu saja, Jungkook begitu antusias.
Ia terus mengoceh dan berkata akan menunjukkan segala mainan yang ia miliki pada Jaehyun.
"Sayang, sudah cukup," ucap Taehyung diselingi helaan nafas.
Pasalnya, si kecil sudah berhasil mengubah kamar menjadi kapal pecah.
Semua mainan di laci meja televisi, dikeluarkannya.
"Nanti Kookie mo pinjamkan ke Jaehyun-ie. Mau main belcama, hihi.."
Si bocah berbaju oversize kuning, juga bercelana pantai warna biru muda itu masih saja memilah mainan.
"Nanti kalau mainannya terinjak, malah rusak lhoh," bujuk Taehyung.
Ia sendiri berdiri di ambang pintu kamar. Baru selesai memasak sup tahu.
"Ndak-ndak! Daddy liyat cini!"
Jungkook beralih menyeret paksa tangan besar sang ayah.
Ingin pamer pada Taehyung juga.
"Daddy liyat, Kookie puna ini lhoo.."
si gembul mengangkat kereta api thomasnya tinggi-tinggi dengan kedua tangan.
Panjang kereta thomasnya sama dengan panjang kaki Jungkook. Dan besarnya lebih besar daripada lengan Jungkook.
Thomas raksasa.
"Iya. Kan itu hadiah ulang tahun Kookie dari Nana Uncle," jawab Taehyung.
Masih ingat Nana uncle?
Itu panggilan khusus Jungkook untuk Seokjin. SeokjiN-Ah. Nana Uncle.
"Sini dulu, rambut Kookie masih seperti bulu kambing tuh. Kusut."
Jungkook mencebik begitu rambutnya dikatai seperti bulu kambing yang kasar dan berantakan.
Tapi tetap beranjak berdiri di depan sang ayah yang duduk di pinggir kasur.
Jungkook dipangku menghadap ke arahnya, lalu Taehyung menyisir rambut mangkok itu.
Terlihat berkilau dan halus, itulah rambut Jungkook.
"hungly! mo mamam!"
Jungkook bergerak antusias sembari tangannya menepuk-nepuk dua sisi pipi Taehyung.
"Lhoh, kan sudah janji mau sarapan sama Jaehyun. Kasihan dong, kalau Kookie makan duluan, nanti Jaehyun makan sendirian," ucap Taehyung sok sendu.
"Oh iya, mo mamam cama Jae," pekik Jungkook, tangannya berpindah ke atas kepala. Menandakan bahwa ia baru saja terlupa akan janji.
ding dong
ding dong
Suara bel pintu membuat Kookie terlonjak begitu antusias sampai hampir jatuh dari pangkuan sang ayah.
Daripada resiko terjatuh, digendongnya tubuh Jungkook, lalu Taehyung cepat-cepat menuju pintu.
Ibu muda menggandeng tangan kecil seorang bocah seusia Jungkook.
Jaehyun datang bersama ibunya yang kini tersenyum manis.
"Taehyung-shi, maaf merepotkanmu. Jaehyun kutitipkan padamu seharian ini ya. Terima kasih banyak."
Ibu Jaehyun menunduk sedikit lalu pergi setelah berbincang sebentar dengan Taehyung.
Bocah bernama Jaehyun tadi masuk ke dalam rumah setelah disambut oleh jeritan Jungkook yang kegirangan.
Mengenakan celana pendek hitam selutut, juga kaos berwarna merah darah. Tubuhnya juga tidak mungil seperti Jungkook.
"Hai, Koo," sapanya lembut.
"Hai juga Uncle Tae tampan."
Dapat Taehyung simpulkan, bahwa si Jaehyun tidak sepolos bocah miliknya.
Jaehyun tampak seperti Taehyung kecil yang menjadi bibit unggul berandalan.
Tidak seperti putranya. Manis, cerewet, namun Jungkook pandai bertanggung jawab pada hal-hal kecil.
"Uncle, maaf Jae merepotkan ya hari ini. Jaehyun ingin menemani Jungkook bermain seharian," jelasnya gamblang.
"Ok, santai saja sama Uncle. Katakan apa saja yang Jae butuhkan, jangan malu," jawab Taehyung.
Jaehyun mengangguk semacam orang dewasa yang mengerti saat diajak bicara.
Tingkahnya tidak seperti anak kecil.
"Yey! Jae ayo mamam! Koo hungly!"
Jungkook melompat-lompat lalu menarik tangan Jaehyun menuju meja makan.
"Harusnya Koo makan duluan saja, kalau sudah lapar daritadi," ucap Jaehyun menatap Jungkook.
"No no noo~ kalau Koo mamam dulu, nanti kacian Jae mamam cendili!"
Kepalanya menggeleng-geleng lucu, sampai rambut mangkok itu bergoyang-goyang.
Jaehyun tidak bisa untuk tidak tertawa. Mencubit pipi empuk sahabat mungilnya itu saking gemas.
"Koo, kau seperti bayi. Lucu sekali sih," godanya gemas.
Taehyung bahkan diam-diam terkekeh berat ketika 'tak sengaja indra pendengar menangkap percakapan dua bocah kecil itu.
"Chaa... ayo makan yang banyak!" pekik Taehyung keras sembari meletakkan semangkuk sup tahu di tengah meja.
Ternyata Jaehyun sama seperti Jungkook yang suka makan sup tahu.
Terbukti saat Jungkook bawa bekal sup tahu buatan Taehyung seminggu lalu, Jaehyun ikut makan.
"Daddy!" Si mungil memekik kesal saat sang ayah 'tak kunjung mengangkatnya ataupun Jaehyun ke atas kursi makan.
"Oh astaga, Daddy lupa," ucapnya segera mematikan kran wastafel.
"Tidak perlu Uncle, Jae sudah belajar naik ke atas kursi makan dari satu minggu lalu," tolak Jaehyun sopan.
Bocah berbaju merah itu bergerak menaiki kursi makan dengan hati-hati.
Taehyung sempat memperhatikannya juga, waspada jika saja kursi terguling.
"Wah, Jae hebat ya!"
Jungkook bertepuk tangan girang waktu tubuhnya diangkat Taehyung ke kursi makan, bersebelahan dengan Jaehyun.
Taehyung duduk di seberang anak-anak, lalu mengambilkan sup tahu itu ke mangkuk keduanya.
"Ayo berdoa dulu sebelum makan. Dan makan dengan baik, okey?"
Dua bocah tampak semangat dan menjawab okey secara antusias, terlebih si bocah kelinci yang melengking.
****
bug!
Taehyung berlari kepanikan setelah mendengar bunyi bedebum dari lantai dua, tepatnya dari kamar saat ia baru saja selesai mengepel lantai bawah.
Begitu tergopoh sampai menaiki dua atau tiga anak tangga sekaligus.
Nafasnya terengah-engah waktu berdiri di ambang pintu kamar.
Jungkook tengkurap di lantai, sepertinya tidak sengaja menginjak mobil-mobilan mini.
Mungkin lututnya sakit karena terbentur lantai.
Jungkook sudah berkaca-kaca, bibirnya mencebik dan hidungnya memerah kembang kempis.
Taehyung masih diam saja di ambang pintu. Karena apa?
Karena melihat Jaehyun yang terkekeh pelan melihat sahabatnya jatuh.
Jaehyun beranjak berdiri dari duduknya dan menghampiri Jungkook.
Membantu Jungkook berdiri dengan cara ikut menopang tubuh mungil itu.
"hiks.."
Satu isak tangis mengudara. Jungkook rasa lututnya berdenyut nyeri.
Terlebih ia selalu dimanjakan sang ayah kalau terjadi sesuatu.
"Hei! Laki-laki tidak boleh menangis hanya karena jatuh!" tegas Jaehyun setelah membantu si kecil berdiri tegak.
"sakit.." keluhnya lirih. Bahkan suaranya bergetar.
Taehyung masih di sana melipat kedua tangan di depan dada dan menguping.
"Kalau sakit, bilang saja. Tapi laki-laki tidak akan keren kalau menangis."
Ucapan Jaehyun membuat Jungkook terkejut. Ia tidak boleh menangis.
Lalu segera mengusap kasar air mata yang tadinya menggenang.
"Jadi, yang sakit sebelah mana?"
Jaehyun kembali bertanya.
Jungkook menunjuk lutut kanannya yang memerah, mungkin memar.
Jaehyun berjongkok.
"Lututmu memar," jelas Jaehyun.
"Tapi tetap saja tidak boleh menangis, okey!" Jaehyun melanjutkan ucapannya.
"Ffuuh.. ffuuhh.. Nah sudah selesai. Ayahku selalu meniup luka ku kalau aku jatuh dari sepeda. Katanya kalau ditiup rasa sakitnya hilang."
Jungkook menunduk sembari memperhatikan Jaehyun yang meniupi lututnya yang memar, sesekali diusap pelan.
"Sudah tidak sakit kan?"
Jaehyun mendongak, menatap mata bulat bersinar itu.
Jungkook menggeleng lalu tersenyum kelinci.
Jaehyun bangkit berdiri merangkul pundak sahabatnya itu.
"Dengar ya! Meskipun tubuhmu kecil, kau itu laki-laki. Jangan cengeng! Kalau sakit, katakan saja. Tidak ada yang namanya menangis! Mengerti?"
Jaehyun berucap tegas, itu yang diajarkan sang ayah padanya sejak dulu.
"Iyaa! Telimakaci Jae."
Jungkook bangga punya teman seperti Jaehyun.
Dan Taehyung tersenyum hangat melihat dua bocah itu. Iya, Jungkooknya terlalu dimanja, sampai-sampai mental juga fisiknya tidak kuat.
Pikiran buruk Taehyung tentang Jaehyun sudah lenyap.
Jaehyun baik, juga sopan.
Hanya saja anak itu calon berandal yang tetap menghormati orang tua.
Sama seperti Taehyung kecil dulu.
Tebece...
makasi yang udah baca!
jangan lupa vote comment.
juga cek akun gue, di sana banyak taekook brothership🥶