HAPPY READING
Bella memejamkan mata menikmati angin malam yang menerpa wajahnya. Keisya dan Anna beberapa menit lalu izin ke toilet, jadi dirinya sekarang di rooftop sendiri. Takut? Tentu saja tidak.
Pejaman mata seorang gadis blesteran tersebut terpaksa dibuka akibat deheman bariton yang menyadarkannya.
"Hai," sapa cowok itu dengan senyuman.
Dihadapan Bella saat ini adalah Jodi. Sapaan kalem Jodi mampu membuat Bella berdesir. Jodi ganteng kalau kalem gini, tidak slengean seperti biasa.
"Jodi?"
"Iya ini gue, Jodi. Cowok yang di cap sebagai playboy akut, sekarang gue mau pensiun. Gue mau bener-bener ngerasain apa itu cinta sesungguhnya dan di cintai dengan tulus. Karena nggak sanggup memendam lebih lama lagi, so— bisa lihat ke langit?" titah Jodi mengangkat kepala Bella agar mendongak. Dia tidak mau basa-basi karena akan membuat jantung semakin deg-deg an.
Jantung Bella berdegup kencang. Ia berharap Keisya dan Anna segera menghampirinya lalu mengusir Jodi.
Sepersekian detik Bella sedikit terjingkat dengan bunyi kembang api. Kembang api itu tidak seperti biasanya, kali ini kembang apinya membentuk sebuah kalimat 'will you be my girlfriend?'
Kalimat tersebut membuat Bella membeku seketika. Jodi yang berdiri di belakang tempat duduk Bella, mendekatkan wajah ke telinga Bella. "Yes or yes?" katanya terkekeh.
"I-ini serius?" Bella tak mampu berkata-kata.
"Bukan ini prank! Selamat lo kena prank!!" Jodi tertawa sumbang. "Haha gimana rasanya di prank?" tanya nya dengan kesal. Masa iya, Jodi sudah seniat ini dibilang gak serius.
Terlihat raut kecewa dari Bella. "Yah, padahal gue mau bilang 'yes i will'."
Mata Jodi membola sempurna. Apa katanya? Yes i will? "G-gue di terima?"
"Nggak. Itu prank doang gue ngomong 'yes i will'." tandas Bella.
Jodi terkekeh mencubit gemas hidung Bella. "Balas dendam ceritanya? Gue serius ngajak lo pacaran, jadi gimana gue di terima gak?" Jodi berlutut dihadapan Bella sembari menggenggam bouquet bunga.
Bella jadi kesemsem sendiri, ia mengambil bouquet bunga itu. Mengingat perjuangan Jodi selama ini, rasanya cukup sampai disini saja. Kedepannya Bella dan Jodi akan berjuang bersama mempertahankan sebuah hubungan. "Yes!"
Dengan cekatan Jodi menggendong Bella ala bridal style, lalu berputar putar. "Semesta gue berhasil!!!" teriak Jodi.
Tak sanggup tubuhnya diputar-putar, Bella memukul punggung Jodi. "Stop! Gue pusing."
Usai menurunkan Bella, Jodi memeluk erat cewek itu. "Makasih ya! Makasih banget. Gue kira cinta gue ditolak, nangis banget pasti."
Bella melepas pelukannya. "Lebay lo." cibirnya.
Melihat mata Jodi berkaca-kaca, Bella berkata. "Kan gue terima cintanya, kenapa nangis?"
Jodi mengusap air mata yang menggenang di pelupuk matanya. "Gue terharu." ujarnya tersenyum tulus.
Lelaki itu memberanikan mengecup dahi Bella. Tubuh Bella seakan mematung. "Love you!" ujar Jodi usai memberi kecupan.
Dor!
Dor!
Bunyi confetti berbarengan terompet saling bersautan.
"WOI!! MAIN NYOSOR AJA LO!"
"Asik kita dapet uang tambahan!"
"PJ JANGAN LUPA!!"
Kenan,Liam,Elang,Keisya dan Anna mengintip dua pasangan yang baru jadian itu di dekat posisi Jodi dan Bella berdiri.
"Ngapain niup terompet sih? Lo kata tahun baru?" kata Jodi merangkul Bella.
"Ini ide nya Elang. Salahin dia tuh!" tunjuk Keisya pada Elang.
"Hampir aja Elang salah nyalain kembang api, tadi si Elang mau nyalain petasan kentut yang warna warni," timbrung Kenan ikut menyudutkan Elang.
"Potong aja upahnya 50 persen, nanti setengahnya buat gue," Liam terkekeh langsung dihadiahi geplakan dari Kenan dan Elang.
"Enak di elo tai!" sungut Elang.
"Eh udah," lerai Anna. "Ayok turun, Jodi sama Bella mau dinner berdua."
"Emang Anna paling pengertian, pada pergi deh. Jangan ada yang ganggu." usir Jodi.
Anna mengacungkan jempol. "Jangan lupa komisi gue!"
"Gue juga!" timpal Keisya.
"Gue juga!" sahut Kenan.
"Gue juga!" Elang menimbrung.
"Gue juga!" ujar Liam.
Setelah mengatakan itu, mereka turun dari rooftop menyisakan Jodi dan Bella.
"Komisi apa?" tanya Bella tak mengerti masalah komisi yang temannya maksud.
***
4 bulan kemudian...
Kandungan Keisya telah menginjak lima bulan. Hari ini Keisya terakhir bersekolah di SMA Angkasa, selanjutnya Keisya akan mengikuti homeschooling.
"Sayang pakein dasi!" pekik Kenan menenteng tas nya.
"Kamu kesini aja!" balas teriakan Keisya dari dapur. Pasalnya ia tengah menyiapkan bekal untuk di sekolah.
"Kamu masak apa?"
"Nasi tuna," jawab Keisya seraya menyimpulkan dasi.
Kenan menghembuskan nafas jengah, sudah dibilang Keisya tidak perlu repot membuat sarapan. Toh, bisa beli di kantin.
"Mulai besok aku gak izinin kamu masak. Perut kamu semakin membesar, aku takut kenapa-napa. Kalo kepengen masak, kamu bisa suruh aku. Tinggal kamu ajarin step memasaknya gimana." perintah Kenan sambil merapikan rambut Keisya.
Keisya berdeham malas.
Cowok itu tersenyum gemas memperhatikan baju seragam kebesaran yang dipakai Keisya. Pipi nya juga semakin berisi, rasanya Kenan ingin mengurung istrinya dikamar.
"Heh! Ngapain senyum-senyum? Mikir jorok ya?" tuduh Keisya kala menangkap Kenan tersenyum sendiri.
"Tau aja," jawabnya melengos membuka pintu unit. "Cepetan, tiga menit nggak keluar aku tinggal!"
"Ihh!! Bentar!"
-
-
Kenan bergandengan dengan Keisya menuju kelas 12. Kenan dkk dan Keisya dkk satu kelas di kelas 12 ini, tentunya atas permintaan Kenan yang diajukan ke Om Darwin sang pemilik sekolah.
Sepanjang koridor tak sedikit murid yang menatap Keisya iri atau pun memandang aneh perkara tubuh Keisya makin berisi tiap harinya. Satu sekolah taunya Kenan dan Keisya berpacaran.
"Ih, Keisya gendutan. Mending Kenan sama gue aja sini," cibir salah satu siswi meliuk kan badannya menggoda.
"Jelas cakepan gue lah kemana-mana! Body ideal, ukuran 36C, dijamin puas pacaran sama gue. Eh, gak usah pacaran, nikah aja langsung." nyinyir siswi yang memakai baju ketat..
"Astaga kalian berdosa banget. Bismillah, yuk bisa yuk jadi yang kedua. Gapapa deh, gue rela."
"Eits, bagi dua. Sip sip-an kita, pagi siang waktunya gue sama Kenan, sore malem waktunya elo."
Keisya memejamkan mata mendengar semua cibiran, ini sudah menjadi makanan sehari-hari bagi Keisya ketika melewati koridor. Tak semua siswi memberi hujatan, beberapa ada yang mendukung hubungannya.
Kenan beralih memeluk pinggang Keisya. Atensinya menatap satu persatu siswi yang melontarkan hujatan. "Shut your fucking mouth, bitch!!"
"Lo pada kalo mau ngejalang atau ngelonte tempatnya bukan di sekolah! Gue apalin nih muka lo pada satu-satu, gue pastiin besok kalian yang ngatain Keisya gak bakal ada di sekolah ini!" Kenan menyorotkan mata menghunus. Ia tak pernah main-main dengan ucapannya, setelah ini Kenan akan menghubungi Om Darwin meminta agar siswi tersebut di keluarkan dari sekolah. Nantinya Om Darwin meminta pengurus sekolah agar murid itu dikeluarkan dari sekolah, selama alasan Kenan jelas, Om Darwin menyetujuinya.
"Jangan nunduk, kamu malah keliatan lemah. Cuek aja, aku bakal urus mereka."
Keisya mengangkat kepalanya. Ia sedih mendengar komentar orang mengenai tubuhnya. Memang semakin hari, dirinya semakin menggendut, baru hamil 5 bulan saja BB naik lima kilo. Di bagian perut dan payudara Keisya mulai muncul strechmark. Keisya jadi insecure.
Begitu sampai dikelas, Keisya masih terdiam. Meratapi tiap perubahan dalam diri Keisya. Dia merasa sudah tidak cantik lagi.
"Kenapa diem?" tegur Kenan, cowok itu baru selesai bertelponan dengan Om Darwin membicarakan masalah tadi.
"Aku jelek, ya? Makin gendut dan gak cantik lagi?"
Kenan mengangkat alisnya. Apa Keisya termakan dengan ocehan cabe koridor tadi makanya sekarang jadi merendahkan diri?
"Kata siapa? Kamu cantik banget dari awal aku ketemu sama kamu, semua cowok akan berpendapat sama pastinya. Kamu gak gendut sama sekali, menurut aku, kamu malah semok. Aku lebih suka body kamu yang sekarang, lebih hot,sexy and montok. Apalagi kalo pake lingerie, uhh—"
Keisya membekap cepat mulut Kenan, bisa-bisa dia berucap ngelantur disaat banyak anak kelas disini. "Ngomongnya, ih!" katanya menampar pelan mulut Kenan.
"Itu fakta sayang," ujar Kenan polos.
"Gak usah di omongin juga." geram Keisya, beruntung murid di kelas sibuk dengan dunia sendiri.
"Permisi!" seorang gadis menyapa seisi kelas.
Gadis tersebut melangkah dengan kepala ditundukkan. Dia berjalan mendekati meja Kenan. "Eum .... kak Kenan, aku bawain bekal untuk kakak. Di makan ya," cewek itu memberikan kotak makan.
Kenan menatap dari atas sampai bawah gadis tersebut. "Lo siapa sih? Gue udah di masakin bekal sama pacar gue. Iya kan, sayang?" Kenan segera merangkul Keisya, mengecup pipi istrinya terang-terangan.
Sontak gadis tersebut memelototkan mata terkejut. Sakit tapi tidak berdarah. Baru juga mulai pendekatan. "Kakak beneran gak mau makan bekal aku?"
"Gue gak mau. Jangan maksa!"
"Sekali aja, aku rela bangun pagi loh kak," gadis tersebut memilin seragamnya.
"Gak ada yang nyuruh lo bawain gue bekal."
"Cobain deh kak masakan aku, dijamin—"
Brak.
"Lo tuli apa gimana?! Gue bilang gak mau ya gak mau! Selain lo tuli ternyata tukang maksa ya!" Kenan tanpa sengaja membentak cewek tersebut.
Gadis itu terkesiap tidak percaya di bentak oleh orang yang disukai. Keisya pun ikut terkejut, ia bisa merasakan yang dirasakan gadis yang memberi bekal Kenan, perempuan tidak suka dibentak.
Tatapan seluruh anak kelas mengarah pada Kenan dan gadis itu. Bisik-bisik mulai terdengar.
"Wohoo! Ada apa nih? Telat banget gue." celetuk Jodi mengemut permen kaki. Di belakangnya terdapat Bella, keduanya berangkat ke sekolah bersama.
"Lo di kasih bekal lagi?" tanya Jodi pada Kenan. Sudah beberapa hari ini gadis itu selalu datang ke kelas sekedar memberi Kenan bekal, sayangnya bekal yang dikasih selalu ditolak.
Kenan mengangguk.
"Sini-sini bekalnya," Jodi mengambil tempat makan tersebut. "Buat gue aja ya, sekarang lo pergi sebelum Kenan makin marah. Lo bisa aja dikeluarin dari sekolah karena ngusik Kenan."
Dengan mata berkaca yang ia sembunyikan, cewek itu memutar balik badannya keluar dari kelas Kenan.
Sebelum itu Jodi berpekik. "Makasih adek cantik! Sering-sering ya bawa makanan!"
Langsung saja Bella memiting leher Jodi lalu mengatakan sebuah ancaman. "Kita putus atau gue gorok leher lo?"
Cemburunya sadis.
"E-enggak dua-duanya." Jodi menyahut terbata akibat cekikkan Bella. Selama ini, Bella tidak pernah bersikap manis padanya.
"Dia siapa sih?" Kenan bertanya pada Jodi.
"Awas lo matanya jelalatan!" ketus Bella melangkah menuju tempat duduk.
Punya pacar gini amat- batin Jodi.
Jodi mengedikkan bahu. "Anak kelas 10 kali, gue asing sama mukanya." jawabnya dari pertanyaan Kenan kemudian menyusul Bella.
"Kamu jangan galak-galak." tegur Keisya.
Kenan merubah posisi duduk menghadap Keisya. "Kenapa? Kamu mau aku di genitin? Kalo aku kecantol gimana, mau?"
"Bukan gitu, kamu bisa ngomong baik-baik sama dia gak usah pake bentakan. Aku cewek, bisa ngerasain apa rasanya ketika dibentak."
"Kalo dia ada niatan buruk buat hubungan kita gimana? Gak ada yang tau." Kenan marah saat Keisya membela adik kelas itu. Apa Keisya tidak cemburu dirinya diberikan bekal oleh cewek lain?
"Kamu jangan mikir gitu. Apa salahnya dia ngasih kamu rezeki, gak baik kalo ditolak."
"Ribut teross! Sampe mampos!" sindir Elang melewati meja tempat Kenan dan Keisya. Baru datang langsung di suguhkan pasutru berantem.
Kenan tidak mengindahkan ucapan Elang. "Kamu gak cemburu?"
"Nggak. Niatan dia kan baik, ngasih kamu bekal bukan ngegoda kamu kayak jalang koridor."
"Ah udahlah, intinya aku gak mau makan makanan yang dia kasih. Maunya makanan yang kamu buat." putus Kenan bersedekap agar tidak semakin panjang masalahnya.
"Yaudah, lain kali kamu harus bisa menghargai pemberian orang lain,"
"Hm. Nanti suapin ya?" pinta Kenan.
"Gak." Keisya menolak.
Kenan merengek. "Kok gitu? Kamu jarang suapin aku lagi loh—" ucapannya terpotong.
"Selamat pagi. Buka buku paket sejarah halaman 41. Pelajari 15 menit, lalu kita ulangan harian." Wanita paruh baya memakai kacamata memasuki kelas. Beliau tipikal tidak suka basa-basi.
TBC
BISA DM IG/WATTPAD/HUB NO DIATAS. FOLLOW IG : @LIBRAGURL.WATTPAD
Guys aku double up jangan? Sebagai ganti krna up lama mwehehe