抖阴社区

FORCED || sungjake

By Laatissha

170K 12.4K 1K

- terpaksa dan dipaksa untuk bersatu dalam sebuah hubungan yang mengikat dua manusia yang tidak pernah mereka... More

Prologue
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Epilogue

Chapter 13

5.4K 479 28
By Laatissha

.

Sunghoon mengusak surainya jengah menghadapi pertanyaan demi pertanyaan dari kedua temannya ini. Setelah kepergian Jaeyoon dan teman-temannya, ia malah dituntut menjelaskan hal yang terjadi.

Heeseung tidak menjadi masalah cukup dijelaskan secari harfiah pasti mengerti.

Beda dengan Jay harus secara rinci sampai ke inti-inti dia mau tahu. Cukup membuat Sunghoon jengah.

Terhitung sudah berpuluh menit mereka duduk dikursi dekat meja bulat ditaman kampus itu

"Jadi kalian itu udah bareng-bareng dari kecil?" Pertanyaan yang sekian kalinya dari Jay.

"Iya. Malah dari gue lahir Jaeyoon udah ada, walau kita bedanya gak sampe sebulan, sih." Jawapan Sunghoon terdengar mau tidak mau saja. Malas.

"Terus, tadi lo bilang. Lo itu udah kayak sepenuhnya diurus dari bayi sama Mommynya Jaeyoon karena Mama lo sibuk ngurusin perusahaan Papa lo. Jadi kalian tumbuh besar sama-sama, ya?"

Sunghoon menarik nafas sejenak lalu ia mengangguk-angguk. "Iya, iya. Lo ni kenapa sih? Udah tadi gue bilang, Jaeyoon sama gue itu udah dari bayi sama-sama terus dari TK, SD, SMP, SMA bahkan sampe sekarang kuliah juga bareng---"

Helas nafas seketika. "Walau bukan cuma soal pengajian kita bareng-bareng terus sih, diluar dari hal itu aja kita emang bersama terus. Kayak yang gue bilang tadi, rumah Jaeyoon itu udah emang rumah gue, begitu juga sebaliknya."

Diam seketika melihat Jay maupun Heeseung mencerna penjelasannya, lalu ia melanjut. "Apalagi Mama dari pagi udah gak kelihatan batang hidungnya sampe ke malam yang malamnya dibuat untuk tidur dan istirahat, palingan hujung minggu doang punya waktu. Itu aja hitung-hitung ada." 

Hening sesaat sebelum Heeseung ikut bertanya.

"Kok lo kelihatan biasa aja, digituin sama Mama lo?" Kali ini Heeseung dibuat sedikit penasaran, karena raut wajah Sunghoon ketika menjelaskan hal itu seperti sudah biasa saja.

Sejenak Sunghoon terkekeh kecil. "Iya, emang hidup gue kayak gitu. Kayak yang.. lo lahir di dunia ini emang udah begitu jalan hidup lo, yang udah lumrah banget, jadi apanya yang mau diherankan? Emang udah begitu hidup gue."

"Lagian juga, keluarga Jaeyoon gak pernah beda-bedain gue, kayak emang udah takdir gue disitu aja. Bahkan gak pernah tu gue rasa asing sama mereka, yaa.. walau gue sering gak akur sih sama Jaeyoon."

Heeseung dan Jay mengangguk-angguk mengerti, Heeseung dengan kedua tangan melipat diatas meja semantara Jay satu tangannya menopang didagunya.

"Tapi---"

"Apalagi?" Sunghoon mendelik tajam pada Jay yang baru saja mau membuka mulut.

"Si anjing, gue baru mau nanya." Netra Jay ikut mendelik tajam. "Tapi janji deh, ini yang terakhir."

"Kenapa lo setuju sama perjodohan ini?"

Pertanyaan yang membuat Sunghoon bungkam seketika, mengulum bibir sembari menyibak surai hitamnya.

"Kalo itu gue gak bisa jawap, sangat pribadi. Sorry." Singkat dan pelan Sunghoon menjawap.

Yang membuat muka Jay berubah julid. "Cih, gitu doang berahsia segala, kayak sama siapa aja."

"Anjing! Gak semua teman harus tahu, ya. Pasti adalah hal yang sangat privasi sampe teman juga gak perlu tahu. Lo juga pasti ada, anjing." Cepat sekali Sunghoon menukas terdengar kesal.

Jay hanya mendecih tidak suka. "Btw, lo seringkan ngomongin soal jatah tiap gue nanya soal merah-merah didada lo? Jadi itu benar-benar dari Jaeyoon?"

Seketika Heeseung mendengus kesal mendengar soalan dari Jay, apalagi ia melihat kedua temannya itu kini malah saling lempar seringai nakal diwajah masing-masing.

Sunghoon menyeringai lebar dengan alis tebalnya ia naik turunkan. Beruntung tiada Jaeyoon dan hanya  cuma mereka bertiga, pikirnya tiada hal yang harus ditutupi. Makanya dia hanya mengangguk mengiyakan.

"Emang setan lo, kadang heran gue, tiap kita ganti baju habis main basket dan sering banget gue lihat bercak merah didada lo, bahkan sampe dileher juga. Padahal lo mau punya pacar apa enggak tetap aja gue sering lihat itu merah-merah." Jay menggeleng-geleng tidak habis pikir.

"Rupanya dari Jaeyoon, gue sampe mikir lo punya pacar rahsia kek, atau lo nyewa lonte apa gigolo gitu? Tahunya... ck, ck." Decak Jay sedikit takjub.

"Tapi kok, kalian bisa, yaa.." kali ini Heeseung yang bersuara. Ia penasaran buat sekian kali. "Ya, itu. Kerjaan kalian kan.. berantam mulu bisa-bisanya kalian i-itu di-di ranjang---"

"Ena-ena, ngomong gitu aja susah banget lo." Sela Jay melihat Heeseung terbata-bata. "Ena-ena atau ngewe, gampan---"

Ttakk

Heeseung memukul kepala Jay. "Sopan dikit lo, setan. Kalo ngomong." Irisnya mendelik tajam.

"Halah... cupu banget lo, tapi Hoon---" Jay menggantungkan bicaranya seketika dengan menatap lurus pada Sunghoon. "Mantap gak? Main sama Jaeyoon?"

"Yah!!" Sontak Heeseung menjerit kesal tangannya sekali lagi melayang dikepala Jay.

"Apaan, sih?" Jay mendengus sembari mengusap kepalanya, sakit.

Manakala Sunghoon tertawa melihat kedua temannya itu. "Ya, lo tahulah Jay. Gue itu gak pernah main sama yang lain selain dari Jaeyoon. Dan soal itu gimana, yaa.. udah pastilah ena----"

"Yah! Yah! Yah!! Berhenti!!" Mendadak tubuh tinggi Heeseung berdiri sembari menepuk kencang meja bulat itu. Nada suaranya melengking menyeru perbicaraan ini segera terhenti.

Yang malah membuat Jay dan Sunghoon tertawa kencang melihat tingkah laku Heeseung dan jangan lupa wajah pria yang setahun lebih tua dari mereka itu memerah malu.

Heeseung kadang mempertanyakan kenapa ia bisa berteman dengan duo pria Park ini. Yang otak kotor mereka tidak sejalan dengannya.

.








.





.

.

Situasi Jaeyoon tidak jauh beda dengan Sunghoon ia juga terus ditanya dengan berbagai soalan dari kedua temannya ini.

Terlihat kini mereka duduk manis di satu sudut meja kantin dengan minuman yang menemani mereka dan secara kebetulan kantin kampus waktu itu tidak terlalu ramai karena belum waktunya makan siang.

Niki sudah terlebih dahulu pergi karena dia mempunyai kelas, dan kini yang tertinggal hanya mereka bertiga.

Jaeyoon menjelaskan apa yang perlu saja seperti orang tuanya sama orang tua Sunghoon yang sudah bersahabat dari mereka remaja, dan bagaimana ia dan Sunghoon yang tumbuh membesar bersama sedari bayi.

Dan soal perjodohan yang dibuat oleh kedua ibu mereka serta menceritakan ia dan Sunghoon yang memang sudah tidak akur sedari kecil. Karena berbeda minat dan sering berantam layaknya anak kecil pada umumnya  dimata orang.

Yang tidak disangka perkelahian itu  berlanjut hingga mereka berinjak dewasa. Pertengkaran mereka itu adu mulut, mengejek satu sama lain yang kadang berakhir dengan baku hantam layaknya anak laki-laki.

"Kita itu cuma gak akur aja sih, kayak biasanya anak kecil yang beda pendapat sampe musuhan, nah kita kayak gitu." Jaeyoon berhenti seketika menghirup jus jeruk minumannya.

"Karena kita beda minat, guenya suka main bola dipanas teriknya matahari. Beda sama Sunghoon yang gak suka kayak gitu, lebih mengurung diri dirumah main PS, keluar rumah juga paling cuma main sepeda itu juga matahari udah terbenam. Beda banget, kan kita?" Nada dan raut Jaeyoon sesekali berubah mengikut alur ceritanya, begitu pas dan penuh yakin dia berbicara.

"Makanya kita saling ngejek, dianya sering ngomong ke gue dekil, kotor gak ke uruslah segala macam. Dan gue emang gak mau ngalah ngomong juga kalo dia itu anak cewek, kayak putri salju mainnya dirumah doang.  Mana gak ada teman lagi."

Henti seketika, semantara Sunoo dan Jungwon masih setia mendengar cerita Jaeyoon dengan sesekali menghirup minuman mereka. Terlihat begitu fokus.

"Tapi emang benar, Sunghoon gak punya teman. Palingan sekadar disekolah aja, itu juga entah bisa dibilang teman apa enggak. Temannya gue doang kayaknya waktu kecil, itu juga kalo kita main berakhir dengan rusakin mainan dan berantam karena kita gak sejalan. Kita itu emang gak akur sih, dan kentara banget kita banyak perbedaan."

Jaeyoon mengulum senyum tipis mengingat kembali memori waktu kecilnya. "Mungkin karena itu kita gak akur, banyak banget perbedaanya."

Sunoo dan Jungwon mengangguk-angguk saja mendengar cerita Jaeyoon. Sesaat mereka bertiga terdiam.

"Kalo boleh jujur, gue masih gak nyangka lo mau nikah sama Sunghoon." Suara Jungwon seketika memecah hening.

"Gue juga." Sahut Sunoo. "Rasanya itu kayak mimpi, kan?" Sunoo menoleh pada Jungwon yang duduk disebelahnya.

Jungwom mengangguk setuju. "Benar. Bukan cuma kita aja sih, pasti yang lain juga sama, lebih lepada susah mau percaya."

Jaeyoon berdecak seraya bersandar dikursi meja kantin. "Ck! Kalian ini berlebihan banget sih, lebay tahu?"

"Lebay apanya? Kita itu kenal Park Sunghoon dan Shim Jaeyoon sebagai musuh abadi yang doyan adu bacot, kadang baku hantam dan gak pernah akur, bagaimana orang-orang gak kaget. Apalagi kita yang udah kenal, kita itu speechless." Sunoo menimpal penuh julid.

"Gak heran, kabar kalian ini pasti heboh banget, mungkin habis cuti semester aja pasti masih hangat jadi perbualan anak-anak kampus." Jungwon juga ikut bersuara.

Hanya gidikkan bahu dari Jaeyoon,  dia tidak mau mengambil tahu soal presepsi orang-orang atau lebih tepatnya ia tidak peduli.

"Tapi Jaeyoon... yang soal omongan Jay---"

"Berhenti." Sontak Jaeyoon menyeru Jungwom dari terus lanjut bicara. Mendadak muka terasa panas mengingat apa yang Jay katakan ditaman kampus tadi.

Jika bukan karena masih ada Niki tadi mungkin ia sudah meninju Sunghoon, bisa-bisanya pria Park itu membicarakan hal seperti itu pada temannya walau sebelum ini mereka tidak tahu siapa yang dimaksudkan tapi sekarang berbeda karena temannya Sunghoon pasti mengerti.

Dan bukan itu saja kedua temannya dihadapanya ini pasti langsung paham dengan yang dikatakan Jay, apalagi ekspresi kedua temannya sekarang berubah dengan senyum nakal menghias wajah keduanya. Membuat Jaeyoon ingin lekas pergi saja.

"Ini yang lebih buat gue gak nyangka... kalian itu, wahhh.. gak terduga banget. Bisa-bisanya kalian itu musuhan tapi soal ranjang---," Jungwon sengaja menggantungkan bicaranya seraya melirik Jaeyoon yang mukanya sudah bertukar kemerahan.

Alis Jaeyoon menukik tajam pada kedua temannya. "Apaan! Semberangan kalian kalo ngomong. Mending gue ke kelas, bentar lagi mulai."

"Heii! Tunggu." Tangan Sunoo gesit menahan lengan Jaeyoon yang ingin berlalu pergi. "Lo belum cerita soal itu, ayo sini cerita gimana Sunghoon kalo di---"

"Gak ada! Bye!! Semua itu mengarut." Jaeyoon lekas melepaskan tangan Sunoo dilengan lalu ia berjalan sedikit cepat mengabaikan teriakkan kedua temannya.

"Yah! Shim Jaeyoon!!"





Double up..  sekalian mau curhat

Knp jakehoon skrng suka banget ngepost selca itu selalu meresahkan.. jantung gw gak aman, denyut" mulu

Pengen resign aja gw jadi biasnya jakehoon 😭😭

Continue Reading

You'll Also Like

68.4K 10.3K 23
kei tau dirinya nggak sempurna. tapi apakah cinta yang sempurna hanya bisa dimiliki oleh orang dengan fisik sempurna?
755 58 19
"apa karena aku bukan anak kandung mama, makanya mama sampai jahat kayak gini ke aku"-juan berkisah tentang seorang anak laki-laki yang kehilangan ke...
5.7K 380 26
"bisakah kau melihat ku sekali? aku juga ingin menjadi temen mu sunghoon, aku ingin seperti jake juga yang selalu di perhatikan oleh kau sunghoon" su...
208K 11.1K 60
{End} Sunghoon dan Jake adalah member enhypen yang memiliki hubungan rahasia. 鈿狅笍NC 馃敒