" Waktu berdetak, hari berganti dan harapan berubah. Buat kesekian kalinya harapan gue nggak bakal berubah. Gue cuma mau sembuh.
Obat yang sering gue konsumsi semakin menipis sedangkan penyakit gue tak kunjung membaik. Bisa nggak gue sembuh sebelum semua obat itu habis ?"
~ X-Man
Cheese🧀 sebelum mulai
• • • •
Di tengah malam yang tenang, Yedam tengah asik duduk di meja belajar sambil memainkan laptopnya. Bukan bermain sih lebih tepatnya dia sedang melihat rekaman cctv sekolahnya yang berhasil ia curi tadi. Ups, keceplosan. Bukan nyuri tapi ngambil tanpa izin.
Tadi, disaat semua siswa sedang heboh sama berita Treasure 5 Yedam secara cepat meminta kunci ruang kendali pada Sungjae selaku ketua OSIS. Tenang kali ini dia udah izin kok. Bahkan Sungjae ngikut ke ruang kendali, tapi pemuda jangkung itu tak ikut masuk. Katanya lagi sibuk nge-scrol aplikasi tik-tok.
Eksis abis.
Kalo ditanya gimana caranya Yedam bisa dapatkan rekaman cctv, ceritanya panjang. Nggak bisa dijabarin sampai rinci. Yang penting sekarang itu Yedam mau lihat rekaman itu. Siapa tau ada hal penting disana.
Untung saja Yedam sering lihat pamannya kerja jadi dia sedikit tau pasal cctv. Tak butuh waktu lama, pemuda Bang tersebut sudah menemukan rekaman yang ia cari. Itu adalah rekaman saat Mashiho jatuh.
Ya, Yedam penasaran. Sangat penasaran. Dia pengen tau apa yang terjadi dimalam itu. Benarkah Mashiho jatuh karna berniat bunuh diri atau.....
ada hal lain ??
Siapa yang tau.
Klik !
Yedam memencet sebuah rekaman dari gerbang depan. Meski keadaan disana gelap namun cukup jelas bagi Yedam melihat Mashiho melewati gerbang sekolah pukul 19 : 12.
Lima menit kemudian para anggota Treasure 5 datang. Ok, kali ini Yedam tau maksud kedatangan mereka - Treasure 5 - itu untuk apa. Tapi yang buat ia bingung, kenapa polisi tak menaruh curiga pada kelima pemuda itu ? Mereka jelas-jelas ada di TKP malam itu. Mereka ada disekolah waktu itu.
" Atau jangan-jangan....."
" Mereka menyuap " kira Yedam. Hayo ada yang sepemikiran dengan Yedam tidak. Secara orang tua mereka kaya- kaya. Harta banyak. Bahkan menggunung. Tanpa mengeluarkan banyak tindakan pasti mereka bisa menghentikan penyelidikan ini. Yedam tau sendiri. Uang bisa berbicara dan bertindak dalam kondisi sesulit apapun.
Ok, Yedam tak mau memusingkan hal itu lebih dalam lagi. Ia mau melihat rekaman itu lagi.Namun hal yang terjadi selanjutnya sungguh buat akalnya mengeriting. Sepuluh menit setelah kedatangan Treasure 5, Yedam dibuat kaget dengan kedatangan Doyong. Buat apa pemuda Kim itu datang ?
• • • •
Berbeda jauh dari Yedam, di malam yang tenang ini hal tak biasa tengah Jihoon lakukan. Bukannya belajar atau sekedar membaca buku, pemuda Park tersebut malah duduk-duduk santai didepan ind*Maret sambil menyeruput yogurt.
Jihoon menghela nafas sekali ketika rasa dingin menusuk tubuhnya yang tak tertutup tebalnya baju. Pemuda itu mengelus lengannya sebentar.
" Huft...... napa dingin sekali sih ? Tau gitu gue bawa jaket aja tadi !" keluhnya sambil terus menghangatkan tubuhnya yang hampir membeku.
Tiba-tiba seorang nenek datang dengan sebuah kain. Dia menawari Jihoon kain tersebut namun sayang pemuda itu menolak untuk menerimanya.
" Nggak papa nak, ini buat kamu aja ! Kamu lagi kedinginan " tawar nenek itu sekali lagi.
Jihoon menggelengkan kepalanya pelan. " Beneran nggak usah nek. Itu jualan nenek, kan ? Lagian aku lagi nggak bawa uang, " tolak Jihoon halus.
" Malam-malam begini kok malah duduk di sini ? Ibu kamu emang nggak nyariin ?"
Raut wajah Jihoon mendadak berubah setelah mendengar ucapan nenek tersebut. Wajahnya jadi sedih. Dia seperti sedang menahan tangis saja. Tapi sayangnya nenek itu tak melihat perubahan itu sebab dirinya tengah sibuk mengemasi barang dagangannya.
" Nenek kok udah malem masih jualan ? Istirahat aja, nek. Emang nggak cape apa kerja dari pagi sampe malam?" tanya Jihoon.
" Kalo nenek nggak kerja nanti cucu nenek mau makan apa ?"
Untuk sesaat Jihoon merasa sedikit tertampar pada kenyataan. Kehidupan memanglah keras. Siapa yang mau bertahan harus terus berjuang tanpa kenal lelah. Siapa yang mau hidup berkecukupan harus bekerja keras.
" Setidaknya nenek punya seseorang yang bisa dijadiin alasan buat berjuang. Nggak kayak gue yang nggak punya siapa-siapa " keluh Jihoon lirih. Pandangannya kebawah.
" Memangnya kenapa ?"
" Ibu gue udah meninggal nek, " ucap Jihoon detik berikutnya. Suaranya terdengar parau.
Secara tiba-tiba sebuah kain melingkar di lehernya. Jihoon refleks melirik ke kanan tepat si nenek tadi berdiri. Dilihat lah si nenek tengah berdiri lemah sambil menyangga dagangannya yang siap dijual.
" Nenek turut bersedih. Semangat ya cu, jangan anggap kamu cuma sendiran disini. Kainnya gratis buat kamu " katanya lalu pergi dari tempat itu.
Jihoon tersenyum senang mendengar ucapan itu. Tapi setelah kepergian nenek, wajahnya berubah jadi datar. Dia tak menunjukkan ekspresi apapun.
Jihoon mengambil kain yang tadi nenek berikan. Ia taruh kain itu di meja setelah memandanginya beberapa saat. Pemuda itu kemudian pergi dari tempat itu.
" Lagian siapa juga yang butuh kain tipis kayak gitu, " ucap Jihoon sinis. Pemuda itu pada akhirnya pergi tanpa membawa kain yang nenek itu beri.
• • • •
Jeongwoo mengucek kedua matanya yang kelihatan lelah sekali setelah dipakai belajar dua jam penuh. Tak seperti anak lainnya yang bisa istirahat, pemuda itu harus belajar meski malam sudah larut.
Memang sih nggak ada les privat tapi sebagai gantinya Jeongwoo diwajibkan belajar. Semua les yang ia ikuti hari ini diliburkan. Sebenarnya bukan diliburkan tapi Jeongwoo yang memilih buat libur karna artikel tadi pagi.
Suasana dirumahnya bisa dibilang tak kondusif. Dering telfon terus saja berdering seiring artikel itu yang semakin tersebar luas. Jeongwoo jengah. Ia tak tahan dengan suara-suara itu. Masih baik bukan dirinya yang menerima semua panggilan itu. Jika itu dirinya, ah....Jeongwoo tak yakin kalau ia bakal kuat buat hadapinnya.
Jam menunjukkan pukul 00:09, seharusnya setelah belajar ia harus segera tidur. Tapi rasa haus merangsang tubuhnya. Pemuda itu kemudian menggiring tubuhnya menuju dapur sambil membawa cangkir kosong.
Ternyata rumah sudah gelap. Tak banyak lampu yang menyala. Tapi tenang saja inikan rumah Jeongwoo sendiri, dia pasti ingat dengan letak rumahnya meski dalam keadaan gelap gulita.
Langkahnya terlihat pelan menyusuri setiap anak tangga. Ia tak mau membangunkan siapapun, termasuk pembantu sekalipun.
Jeongwoo terus menuruni tangga hingga sisa beberapa anak tangga, langkahnya kemudian terhenti ketika terdengar suara ayahnya yang masih terbangun. Itu seperti suara ayah Jeongwoo bersama pengacara kepercayaan keluarganya.
Samar-samar namun masih terdengar ditelinga, Jeongwoo memilih untuk menghentikan langkahnya sebentar guna menguping apa yang sedang ayahnya diskusikan hingga berbisik-bisik. Pemuda itu lalu mendekatkan telinganya sedikit ke bawah.
" Limpahkan saja kesalahan itu pada Yoonbin, lagipula itu id-nya,kan ?" suruh pa Park.
" Baik pak, laksanakan !!"
Tunggu Jeongwoo nggak salah dengar kan ? Ayahnya mau menuduh Yoonbin atas semua keributan ini.
Nggak. Ini nggak bisa dibiarin. Jeongwoo harus bertindak. Dia tak menyangka kalau ayahnya bakal bertindak sejauh ini. Kenapa juga dia mau mengkambinghitamkan Yoonbin untuk kesalahan yang tidak ia buat ? Kenapa ayahnya mau mengorbankan nama baik Yoonbin ? Kenapa ayahnya mau mencemarkan nama orang yang sudah meninggal ?
Baru saja Jeongwoo mau melabrak, pikirannya seketika terbayang-bayang dengan malam disaat Mashiho jatuh. Ia jadi ingat sesuatu. Sesuatu yang ia bicarakan bersama anggota Treasure 5 lainnya.
Flashback
Anggota Treasure 5 sedang berkumpul ruangan Treasure. Wajah mereka tampak begitu tegang.
Disaat yang lainnya masih terdiam, Haruto tiba-tiba berjalan kearah lemari. Tangannya segera mengambil sebuah kotak yang tersimpan rapi didalamnya. Pemuda itu berniat membuang kotak tersebut namun dicegah oleh Jaehyuk.
" Minggir, jangan halangin. Ini udah jadi kesepakatan kita !" ucap Haruto mencoba melepaskan tangan Jaehyuk tapi si empunya masih nggak rela jika kotak itu dibuang.
Jaehyuk terus-terusan mencegah Haruto untuk membuang kotak yang kita yakini milik Yoonbin. Sedangkan anggota Treasure lainnya masih tertegun.
" Ruto gue mohon, bisa enggak kita simpen kotak itu !" pintanya memelas. " Gue nggak mau kehilangan Yoonbin "
" Sadar Jaehyuk, Yoonbin itu udah mati setahun yang lalu. Kita mesti ikhlasin dia " jelas Jeongwoo akhirnya buka suara.
" Dan udah kesepakatan " lanjut Haruto.
Jaehyuk masih nggak mau ngelepasin pegangan tangannya hingga Haruto terpaksa mencopotnya. Dari wajahnya, terlihat sekali jika ia masih belum rela semua barang-barang Yoonbin dibuang.
" Gue nggak nyangka kalo kasus ini bakal ditutup secepat ini " ucap Junghwan sedih. " Padahal gue yakin ini bukan cuma kecelakaan biasa, pasti ada penyebabnya. Kak Yoonbin nggak mungkin seceroboh itu "
" Gue juga berharapnya gitu, kasus ini nggak bisa ditutup begitu aja. Pelakunya pasti masih hidup dan berkeliaran dengan bebas. Dan kita..." kata Jeongwoo dengan nada sinis.
" Apa jangan-jangan ini ada hubungannya dengan Emoticon Man ?" sambar Junghwan. " Kalian ingatkan sama anjing peliharaan kak Yoonbin yang dibunuh secara misterius dan juga beberapa peliharaan murid disini ? Mungkin itu ada sangkut pautnya ?! Apa mungkin itu orang yang sama ??" duga Junghwan.
" Eh...nggak mungkin, "
" Tapi ada kertas emoticon didekat TKP. Ucapan Junghwan bisa aja bener !" timpal Haruto.
" Aish sial !!" umpat seseorang kemudian. Namun hal itu hanya bisa terdengar oleh Junghwan saja karna ia berdiri disamping orang itu.
Flashback end
" Emoticon Man, gue harus temuin siapa dia " ucap Jeongwoo.
Happy holiday 🤗
Jangan lupa vote sama comentnya
Pay pay 🙋