Sebelum baca, vote dulu, lalu komen, ok thanks.
***
Soobin sedang mendorong kopernya yang sudah dia siapkan dari kemarin karena mereka akan segera pergi bulan madu.
Matanya bisa melihat ada suaminya yang sedang berbicara ke orang tuanya, entah bahas apa, sepertinya sih bahas tentang pekerjaan.
Lalu tangannya langsung di tahan oleh mama mertuanya yang ternyata berjalan ke arahnya itu.
"Soobin."
"Iya, ma? Kenapa?" tanya Soobin sambil tersenyum ke mama mertuanya itu, lagipula mama mertuanya sangat baik kepadanya.
Dia membuktikan kalau mertua itu aslinya gak semuanya jahat seperti kata-kata orang.
Mungkin jahil saja, karena mama mertuanya itu suka melakukan hal yang tak terduga membuat Soobin cuma bisa melongo.
Seperti saat ini, mama mertuanya malah membahas tentang baju yang ada di walk in closet yang Soobin lihat saat dirinya baru saja memeriksa kamar mereka.
Sejak saat itu juga, Soobin ogah sih membuka lemari yang satu itu, soalnya dia geli melihat baju yang gak tampak seperti baju.
Buat apaan coba? Itu mah sama saja dengan naked, menerawang semua yang ada pakai itu buat kedinginan tau.
"Baju yang mama siapkan, kamu bawa?"
"Hah? Yang mana ya, ma?" tanya Soobin langsung dengan ekspresi tidak mengerti itu.
Dia harus mencoba untuk pura-pura bodoh aja deh demi mama mertuanya pasrah dan gak menyuruhnya menggunakan baju laknat itu.
Yeonjun yang sudah selesai bicara dengan papanya tentang perusahaan yang akan dia tinggalkan seminggu itu mulai berjalan kearah mamanya dan Soobin.
Dia sudah berdiri di sebelah mamanya tampak memperhatikan Soobin yang bertingkah aneh saat ini.
"Padahal mama memilihkannya khusus untukmu, masa bajunya kamu gak mau pakai sih?"
Yeonjun yang mulai sadar arah pembicaraan ini langsung tersenyum kecil kearah Soobin yang menatapnya dengan tajam.
"Kan Soobin gak tau baju yang mana."
Bohong, Yeonjun jelas tau kalau Soobin aslinya berbohong, Soobin sangat jelas melihat baju-baju yang terpajang di walk in closet mereka.
"Bohong dia, ma, Soobin jelas-jelas melihat semua bajunya."
Soobin mau menjambak rambut suaminya itu, bisakah dia menjadi pendukungnya dulu saat ini? Kenapa malah tampak mendukung pernyataan mamanya coba.
Yeonjun hanya tertawa melihat muka Soobin yang memelas ketika mamanya berkata akan memilih beberapa baju tersebut dan menaruhnya di koper Soobin.
"Sialan," umpat Soobin yang membuat Yeonjun langsung menoleh kearahnya, Soobin langsung menatap kearah lain dengan sebal.
"Heh, gak boleh mengumpat ke suami sendiri," jawab Yeonjun yang masih saja tersenyum kepada Soobin yang masih saja sebal kepadanya itu.
Soobin memegang tangan suaminya itu membuat Yeonjun mengernyitkan alisnya, dia menatap Soobin dengan tatapan bertanya.
"Kenapa?"
"Nanti bajunya gak perlu aku pakai ya?"
"Oh, kamu maunya langsung naked depan aku?"
Gak waras, benar-benar Yeonjun dan mama mertuanya membuat Soobin menjadi gak waras, mana otaknya sudah kemana-mana saat ini.
"Bercanda, sayang," elak Yeonjun saat tubuhnya langsung dipukul oleh Soobin yang kesal dengan perkataannya.
Soobin menghentikan pukulannya ketika mama mertuanya itu kembali datang sambil membawa baju tersebut, untung gak dia pamer-pamerkan ke orang-orang yang ada di rumah ini.
Kalau iya, benar-benar dia bakalan malu sekali.
"Mama pilihkan yang paling terbaik di antara yang terbaik lainnya," ucap mama mertuanya dengan senang sambil memasukkan baju laknat itu ke kopernya.
Gak tau aja kalau baju itu bakalan Soobin bakar kalau setibanya di Maldives nanti.
Yeonjun hanya tertawa melihat ekspresi Soobin yang terpaksa senyum saat membahas baju tersebut.
Lalu dirinya melangkah pergi ke arah lain meninggalkan mamanya bersama Soobin.
"Gak perlu malu begitu, kan baju itu pasti bakalan buat suamimu tambah tergila-gila denganmu."
"Mama ngomong apa sih?" balas Soobin yang mukanya sudah memerah sekali.
Ayolah, siapa yang gak memerah membahas masalah ranjang bersama mertuanya itu.
Walaupun dia tau kalau mama mertuanya itu hanya memberikan saran kepadanya, tapikan tetap saja dia malu sekali.
"Gak perlu bertingkah seperti tidak tau apa-apa, Soobin, ayo sekarang katakan, bagaimana Yeonjun?"
"Bagaimana apanya, ma?"
"Sikap dia."
"Oh, kak Yeonjun baik, kalau aku kesusahan suka bantu, gak pilih-pilih soal makanan juga, kalau aku masak ini, dia bakalan langsung makan," jelas Soobin sambil menatap mama mertuanya yang tampak tidak tertarik dengan ceritanya.
Lho kenapa coba? Bukankah mama mertuanya memang bertanya tentang hal itu?
"Mama gak akan kecewa dengan sikap dia sehari-hari karena dia memang bersikap seperti itu ke mama, papa, dan yang lainnya, tapi mama bukan nanya sikap dia yang itu."
Soobin bingung, ayolah, mama mertuanya itu membingungkan sekali.
"Jadi mama mau tau sikap kak Yeonjun yang bagian mana?"
"Sikap dia di ranjanglah, mama pernah bilang ke dia kalau kamu kelelahan gak boleh di paksa, kan bisa dilakukan nanti, bagaimana dengannya? Dia melakukan hal yang seperti mama katakan?"
Mau nangis, Soobin benar-benar mau menangis saat ini, kenapa malah bahas tentang ranjang lagi coba.
Ayolah, kenapa sih suaminya gak berniat membantunya dan malah sibuk bicara sama sepupu tuh cowok.
Dia malam pertama saja belum pernah, gimana mau tau sikap Yeonjun, tapi kalau dia ngaku ke mama mertuanya itu, dia pasti bakalan di omelin, kok hak suami gak langsung diberikan.
"Ah, sikap kak Yeonjun yang itu seperti yang mama katakan tadi," elak Soobin sambil tersenyum terpaksa kepada mama mertuanya itu.
Ayolah, dia gak tau mau bicara apalagi selain berbohong untuk masalah ini, seolah-olah sudah melakukannya walaupun belum pernah sama sekali.
"Bagus, mama suka kalau dia menepati janjinya."
Akhirnya dia terbebas dari mama mertuanya ketika dia harus segera pergi ke bandara bersama Yeonjun dengan di antar sopir.
"Kenapa kamu langsung bersemangat begitu? Siap untuk pergi bulan madu?"
Apakah tingkah dia sangat mencurigakan sekali ya?
"Kenapa kakak bertanya begitu coba," balas Soobin sambil menelan air ludahnya sendiri, asal ngomong bisa membuat cowok di sebelahnya itu berpikir aneh-aneh.
Padahal aslinya dia lega karena terlepas dari mama mertuanya, kalau enggak bakalan bahas masalah ranjang terus sampai di akhir.
"Gak sih, hanya bertanya saja," balas Yeonjun sambil memperhatikan jalanan, biasanya dia yang menyetir namun untuk kali ini dia gak mungkin melakukannya.
Soobin yang berada di sebelahnya sibuk bermain handphone sebelum dia memegang tangan Yeonjun lagi.
"Kenapa lagi, sayang?"
Muka Soobin memerah ketika di panggil sayang oleh Yeonjun, padahal harusnya dia terbiasa dengan panggilan itu, karena Yeonjun sering sekali memanggilnya begitu.
"Gak jadi."
"Serius?"
Soobin sebenarnya mau bahas tentang baju laknat, namun malu kalau di dengar oleh sopir.
"Nanti aja deh," balas Soobin yang membuat Yeonjun cuma menggelengkan kepalanya.
Dia merasakan kepala Soobin yang bersandar di lengannya.
"Mau tidur, kalau sudah sampai di bandara, bangunin ya."
"Iya, sana tidur," balas Yeonjun dengan lembut sambil mengacak-acak rambut Soobin sebelumnya.
Tidur sepertinya bisa melupakan hal-hal yang dia dengar sebelumnya tadi.
Tbc.
Baiklah, karena mereka sudah nikah, jadi bahasannya gak jauh dari begituan, wkwkwk.
Dahlah ah, aku mau pergi, sebenarnya capek pergi, tapi demi selesai tugas akhir, gapapa deh.
Ok, semoga suka, vote dan komen jangan lupa.
Sampai jumpa di part selanjutnya.
Salam,
Anaknya Taekook.