ถถา๕ษ็ว๘

Forgive Us [Boboiboy Elementa...

By aishLiiy

19.4K 1.7K 414

ใ€๐‡๐ข๐š๐ญ๐ฎ๐ฌ ๐ค๐š๐ซ๐ง๐š ๐š๐ฎ๐ญ๐ก๐จ๐ซ ๐ฌ๐ž๐๐š๐ง๐  ๐ฌ๐ค๐ซ๐ข๐ฉ๐ฌ๐ข๐š๐งใ€‘ ใ€๐…๐š๐ฆ๐ข๐ฅ๐ฒ ๐€๐”ใ€‘ใ€๐Ž๐ง-๐†๐จ๐ข๐ง๐ ใ€‘ ใ€... More

๐๐‘๐Ž๐‹๐Ž๐†
๐“๐–๐Ž
๐“๐‡๐‘๐„๐„
๐…๐Ž๐”๐‘
๐’๐๐„๐‚๐ˆ๐€๐‹ ๐’๐„๐†๐Œ๐„๐๐“ : ๐‚๐‡๐€๐‘๐€๐‚๐“๐„๐‘
๐…๐ˆ๐•๐„
๐’๐ˆ๐—
Halo
Halo lagi.

๐Ž๐๐„

2.5K 224 32
By aishLiiy

━◦○◦━◦○◦━◦○◦━◦○◦━◦○◦━◦○◦━
🄵🄾🅁🄶🄸🅅🄴 🅄🅂
𝙱𝚘𝚋𝚘𝚒𝚋𝚘𝚢 𝙴𝚕𝚎𝚖𝚎𝚗𝚝𝚊𝚕 𝚡 𝚂𝚒𝚜𝚝𝚎𝚛! 𝚁𝚎𝚊𝚍𝚎𝚛
━◦○◦━◦○◦━◦○◦━◦○◦━◦○◦━◦○◦━

ℂ𝕙𝕒𝕡𝕥𝕖𝕣 𝟘𝟙

✧ ▬▭▬ ▬▭▬ ✦✧✦ ▬▭▬ ▬▭▬ ✧

fyi. Sebagian besar akan menceritakan dari sudut pandang Boel, sesuai dengan judul. Untuk sudut pandang [Name] tetap ada kok, walau tidak akan sebanyak sudut pandang Boel.

PLAK!!

Suara tamparan menggema di lorong. Tamparan itu berasal dari pemuda berseragam SMA yang bersurai coklat dengan beberapa helai berwarna putih.

Kamu yang baru saja di tamparnya tampak sedikit terhuyung ke samping. Dari suara tamparan tersebut sangat jelas kalau itu tamparan yang cukup keras untuk kamu terima.

Manik ruby itu menatap marah dirimu yang lebih pendek di hadapannya, kalian memiliki warna rambut serupa.

Meskipun kamu memiliki rambut lebih panjang, yaitu sepunggung.

"Udah gue bilang. Berhenti bikin masalah! Nurut sekali bisa gak sih?!"

Kamu hanya membisu dengan kepala tertunduk, membuat matamu tertutup oleh poni. Pipimu terlihat memerah, sudut bibirmu juga terdapat bercak darah.

"Jangan karna lo paling muda, jadi bertingkah seenaknya gini! Tau batasan dong. Kan kalau gini gue yang repot, ngurus ini itu."

"Tapi kak—"

"Cukup. Gue gak mau denger alasan lo lagi."

Kamu kembali menutup mulut. Bagaimana kamu memberi tahu kronologis nya kalau sang kakak saja menolak untuk mendengarnya?

Tunggu..

Kakak?

Oh, iya benar. Pemuda yang menamparmu adalah saudaramu sendiri, yang tertua dari ketujuh kakak laki-lakimu.

Mereka berdiri beberapa langkah di belakang pemuda bermata ruby itu. Mereka memiliki ciri fisik yang sama persis dengan sang kakak tertua, hanya berbeda pada warna mata saja.

Kenapa mereka tidak membantumu? Bukankah sudah jelas, memangnya apa lagi kalau bukan karna mereka berada di pihak yang sama dengan sang kakak tertua.

Melihat para siswa mulai yang berdatangan untuk menonton, pemuda bermata amber itu pun akhirnya berbicara. "Kenapa pada nontonin?! Bubar semua!!"

Berhubung pemuda amber itu ketua osis, para siswa dengan enggan patuh dan pergi dari lokasi.

"Kak, udahlah. Kita masih di sekolah loh. nanti di bicarakan baik-baik aja di rumah," katanya pada pemuda ruby tersebut.

"Kalian berenam juga balik ke kelas sana." Kalimat ini di tujukan pada saudaranya yang lain, termasuk dirimu.

Pemuda itu pun berdecak kesal, dengan suara yang mengancam dia juga berkata. "Awas saja sampai bikin masalah lagi." Dia pun berjalan bersama kelima saudara lainnya.

Melihat Sang adik yang belum beranjak dari tempat, "[Name], kamu balik ke kelas ya. Soal kak Hali biar kakak yang urus, oke?" Pemuda amber itu berbicara lagi sebelum menyusul yang lain.

Kamu, yang memiliki nama [Name] hanya diam. Kamu tidak beranjak dari tempat, barang seinci pun tidak.

Bahkan setelah kamu sendirian di lorong, kamu masih berdiam di tempat.

"Kakak yang urus, katanya?" Kamu tertawa miris, "Padahal kakak juga di pihak kak Hali loh."

Akhirnya kamu mengangkat kepalamu, menampilkan wajah dengan lebam keunguan di pipi kiri dan noda darah di sudut bibir.

Manik keemasan yang sudah kehilangan cahaya itu menatap kosong pemandangan diluar jendela.

"Kak Hali, kak Upan, kak Gem, kak Lez, kak Ice, kak Duri, dan kak Solar." Kamu menyebut setiap nama dari ketujuh kakakmu.

"Aku capek, kak."

Kamu lelah, sangat lelah.

Ingin rasanya pergi ke tempat yang jauh, sangat jauh hingga rasanya tak perlu lagi khawatir berpapasan dengan semua orang yang membuatnya seperti ini.

"Benar juga, kenapa aku tidak pergi saja?"









✧✦✧✦✧✦✧









Seperti sebuah tali yang terbuat dari delapan benang.

Ketujuh benang entah sejak kapan sudah terputus, yang kini hanya tersisa satu benang.

Benang yang bersusah-payah membuat tali tersebut tetap terikat.

Namun pada akhirnya benang tersebut juga menyerah, sudah terlalu lelah untuk terus bertahan sendirian.









✧✦✧✦✧✦✧










Dua tahun kemudian..

Disebuah rumah terlihat seorang pemuda bersurai coklat dengan beberapa helai berwarna putih itu berjalan menaiki tangga.

Menyusuri lantai dua rumah tersebut sebelum berhenti di depan sebuah pintu yang bertuliskan '[N/n]' dan membukanya.

Benar, itu adalah kamar [Name]. Kamar itu terbilang sangat bersih untuk sebuah ruangan yang sudah ditinggalkan lebih dari 2 tahun.

Pemuda itu hanya diam di pintu, Dia tahu kalau dia bisa di anggap gila karna selalu membayangkan sang adik yang menyambutnya saat dia membuka pintu.

Jelas hal itu tidak mungkin terjadi.

[Name] pergi entah kemana selama dua tahun terakhir. Semuanya pun berubah semenjak kamu pergi.

Gempa selalu bertanya-tanya.

Bagaimana kabar mu sekarang? Apa kamu makan dengan benar? Adakah yang mengganggu mu di sekolah?

Pemuda amber itu kini memejamkan mata erat-erat. Sungguh, dia sangat merindukan si bungsu.

Dia sangat menyesal karna sudah memperlakukan mu dengan buruk.

Dia kecewa pada dirinya sendiri. Bagaimana bisa dia bersikap seperti itu kepada adiknya sendiri?

Apalagi [Name] adalah adik perempuan satu-satunya dan yang paling muda. Harusnya dia lebih peduli padamu.

Gempa ingin segera bertemu denganmu dan meminta maaf yang sedalam-dalamnya.

Tapi mungkinkah itu terjadi? Kapan kamu akan pulang saja Gempa tidak tau.

"Kak Gem?"

Deg!

Gempa tersentak. Pupilnya mengecil dan kelopak matanya melebar.

Apa dia baru saja berhalusinasi? Suara yang barusan memanggilnya adalah suaramu.

Lantas dia pun menoleh. Ekspresi kagetnya pun mengendur.

Benar saja, alih-alih dia malah mendapati saudara termuda ketiga yang memiliki mata emerald berjalan menghampirinya, Duri.

Di belakang Duri ada adik termuda kedua, Solar. Dia memiliki mata silver di balik kacamatanya.

Tak dipungkiri dia sedikit kecewa, tapi itu juga salahnya karena melamun di depan kamar kamu dan berharap seolah kamu tidak pernah pergi.

Melihat mereka berdua masih memakai seragam SMA membuat Gempa tersenyum miris pada diri sendiri.

Itu mengingatkannya pada [Name] yang saat ini sudah kelas 1 SMA. Dia sudah melewatkan kelulusan SMP nya, apakah dia juga akan melewatkan kelulusan SMK sang adik?

Disisi lain Duri dan Solar tampak khawatir, karna sedari tadi sang kakak hanya diam dan melamun dengan ekpresi sedih.

"Kak Gem gapapa?"

Gempa menggeleng, dan menjawab. "Cuma lagi kangen sama [Name]."

Keduanya tertegun, karna mereka juga sama merindukan kamu.

Tapi apa daya? Mereka tidak pernah berhasil menghubungi kamu barang sekali pun.

Sekeras apapun mereka mencoba, tidak pernah ada balasan ataupun jawaban.

Menyedihkan bukan?

Sebelumnya mereka lah yang selalu mengabaikan kamu.

Tapi lihat sekarang.

Mereka lah yang bersusah payah hanya untuk sebuah kabar darimu.

•••

Makan malam kali ini tidak lengkap. Bukannya makan malam biasanya lengkap juga sih, karna pasti ada aja salah satu yang tidak ada.

Yah, bukan berarti mereka lengkap juga sih, karna yang kedelapan tidak pulang kerumah selama lebih dari 2 tahun.

Namun, kali ini hanya ada Gempa, Duri, dan Taufan.

"Kali ini cuma bertiga ya," celetuk Taufan, pemuda bermata biru safir. Memecah keheningan di antara ketiganya.

"Yang lain pada sibuk sih, mau gimana lagi kan?" Kata Gempa.

Sibuk apanya? Mereka cuma sok sibuk, Gem.

Hali belum pulang, entah ada urusan apa dia sampai jam segini pun belum pulang.

Blaze menginap di rumah temannya, ngomongnya sih ada tugas projek yang harus di selesaikan.

Ice sedang tidur di kamar, menolak bangkit dari singgasana tercintanya. Bahkan untuk sekedar makan sesuap nasi pun dia enggan.

Lalu Solar? Ada kok di rumah, tapi dia bilang akan makan malam nanti dan minta disisihkan saja bagiannya. Dia lebih memilih untuk menetap di perpustakaan.

Namun..

Mereka tidak mengetahui, kalau malam itu adalah menjadi awal dari lembaran baru mereka bertiga- bukan, bukan hanya bertiga.

Melainkan mereka bertujuh.

Setelah selesai makan malam, Taufan memutuskan kembali ke kamar. Ada tugas kuliah katanya.

Gempa mencuci piring bekas mereka gunakan tadi. Sementara Duri menonton televisi di ruang tamu.

Ting Tong!

Duri yang tengah menonton televisi di ruang tengah pun menoleh ke arah pintu. Bertanya-tanya siapa yang datang malam-malam begini?

Jelas itu bukan Hali ataupun Blaze, mereka kan punya kunci duplikatnya. Lagi pula mereka membawa kendaraan, jadi akan masuk lewat pintu lain yang terhubung dengan garasi dan bukan pintu utama.

"Iya, sebentar!!" Teriak sang pemilik mata emerald sebelum bangkit dan berjalan menuju pintu.

Entah teriakannya tersebut akan terdengar oleh seseorang yang berada luar pintu atau tidak, karna rumah itu terbilang cukup besar.

"Ya? Cari siapa—"

Duri memotong ucapannya sendiri saat melihat sosok didepannya. Mata emerald itu melebar dengan syok.

Meskipun sosok didepannya adalah gadis berambut pirang. Wajah gadis itu sangat familiar, terutama matanya yang sama persis dengan milik Gempa.

Hal itu cukup untuk membuat Duri mengetahui siapa sosok didepannya ini.

Tidak, dia sangat mengetahuinya.

Ini kamu.

Kamu disini, tepat berdiri dihadapannya.

Dia tidak sedang berhalusinasi kan? Kamu benar-benar ada di hadapannya kan?

Sontak Duri pun menangis, air matanya dengan deras membanjiri kedua pipinya.

"[NAME]!!"

Disisi lain Gempa yang baru selesai mencuci piring pun terkejut mendengar teriakan Duri, apa lagi Duri meneriakan namamu.

Gempa malah jadi berfikir negatif, apakah tamu yang datang membawa kabar buruk tentang kamu? Apakah terjadi sesuatu denganmu?

Dia pun bergegas pergi ke Duri yang masih berada di pintu.

Ternyata bukan hanya Gempa yang panik, Ice bahkan sampai rela bangun dari pulau kapuk tercintanya.

Dan sepertinya Teriakan Duri cukup keras sampai bisa terdengar oleh Taufan dan Solar yang berada di lantai dua. Karna mereka berdua bertemu dengan Gempa tepat sesudah menuruni tangga.

"Duri, kenapa teriak ... seperti itu ...." Suara Gempa semakin lama senakin pelan, dia terkejut saat melihat Duri menangis sambil memelukmu.

Sementara yang lain diam membisu melihatnya. Ekspresi mereka tidak jauh berbeda dengan Gempa.

Disisi lain kamu tampak skeptis dengan reaksi mereka. Duri masih memelukmu erat, seolah kalau dia lepas kamu akan pergi lagi.

Namun kamu hanya diam, tidak merespon ataupun bereaksi. Bahkan pelukan Duri pun tidak kamu balas.

✧ ▬▭▬ ▬▭▬ ✦✧✦ ▬▭▬ ▬▭▬ ✧

To Be Continued..

29/11/2023
- Lii

Continue Reading

You'll Also Like

11.8K 1K 10
Aku marah bukan berarti aku benci kalian! Aku hanya kesepian. Aku kesepian kak... Tidakkah kalian melihat itu? Aku merindukan ayah yang dulu memel...
12.7K 1K 26
hali dan adik adiknya baru saja pindah ke rumah baru yang terletak lumayan jauh dari kota dan teryata rumah itu menyimpan rahasia besar !! FANFIC...
80K 5.8K 29
[Boboiboy Fanfiction] Setelah melakukan beberapa pertarungan, ke-tujuh kembar Boboiboy dan teman-temannya kembali hidup dengan damai. Mereka disibukk...
6.5K 676 24
Halilintar adalah si Sulung dari ketujuh elemental pelindung galaksi. Dia itu sangat bertanggung jawab dan sangat menjaga adik adiknya. Namun, pada k...