抖阴社区

A L A M [END]

By Harefa_Halu

167K 13.3K 324

"Kamu itu nggak usah minder. Kamu itu cantik ketika kamu bersyukur." Tentang Alam si cowok narsis yang selalu... More

A L A M 1
A L A M 2
A L A M 3
A L A M 4
A L A M 5
A L A M 6
A L A M 7
A L A M 8
A L A M 9
A L A M 10
A L A M 11
A L A M 12
A L A M 13
A L A M 14
A L A M 15
A L A M 16
A L A M 17
A L A M 18
A L A M 19
A L A M 20
A L A M 21
A L A M 22
A L A M 23
A L A M 24
A L A M 25
A L A M 26
A L A M 27
A L A M 28
A L A M 29
A L A M 30
A L A M 31
A L A M 32
A L A M 33
A L A M 34
A L A M 36
A L A M 37
A L A M 38
A L A M 39
A L A M 40
A L A M 41
A L A M 42
A L A M 43
A L A M 44
A L A M 45
A L A M 46
A L A M 47 [END]

A L A M 35

2.6K 258 12
By Harefa_Halu

Leonor terbangun di tengah malam karena panggilan alamnya. Gadis itu turun dari brankar penuh kehati-hatian. Ia memegang botol infusnya dengan satu tangan sedangkan tangan yang tersisa mendorong pintu kamar mandi. Leonor pun mulai mengeluarkan semua apa yang ingin keluar. Setelah beberapa saat, gadis itu langsung bangkit berdiri kembali.

Ia menutup pintu kamar mandi dan melangkah menuju brankarnya. Gadis itu duduk bersandar sambil menatap jam dinding, yang menunjukkan pukul 00.23 pagi. Matanya tidak bisa lagi terpejam. Ruangan ini hanya diisi oleh dirinya. Jadwal besuk hanya sampai pada jam 9 malam saja.

Orang-orang di rumah Freya belum menampakan batang hidung. Tentu saja bukan karena apa, mereka semua menghadiri acara pertunangan Tessa. Semoga saja Tessa tidak marah saat ia tidak ikut menghadiri acara bahagianya.

Lama dalam lamunannya, Leonor tersadar pada kenyataan saat mendengar sayup-sayup dari luar jendela. Gadis itu menyeringit saat melihat sebuah tangan meraba-raba jendela. Siapa makhluk pengganggu yang datang di tengah malam yang sedang hujan deras ini? Ia terus memperhatikan tangan itu hingga sosok tubuh menaiki pembatas jendela yang lebarnya hanya beberapa senti saja. Leonor melotot horor, bersamaan lampu yang padam akibat petir yang menyambar tiba-tiba.

Tok tok tok

Sosok yang tidak bisa dikenali itu mengetuk-ngetuk jendela. Leonor menyipitkan mata. Tidak mungkin jika sosok itu adalah makhluk halus. Makhluk halus harusnya sudah lebih dulu menembus jendela kaca. Alien? Tidak mungkin. Manusia? Nah itu sedikit masuk akal. Tapi masalahnya siapa? Hanya manusia sedikit gesrek yang melakukan hal itu disaat ada pintu rumah sakit yang terbuka lebar. Tapi tunggu! Leonor langsung menatap lamat-lamat sosok itu lagi. Manusia gesrek yang ada di kehidupannya hanya satu!

Dengan pikiran yang sudah bisa berspekulasi, Leonor langsung turun dari ranjang, menggeser kaca jendela. Dan terlihatlah Alam yang menyengir lebar disaat lampu kembali menyala.
"Lo ngapain di sini?" ujar Leonor dengan nada sedikit serak. Gadis itu tetap mengontrol dirinya agar tak berteriak. Jangan sampai pemulihan pita suaranya yang sudah berjalan dua hari ini sia-sia.

Alam yang basah kuyup masuk ke dalam dan menutup jendela. Lelaki itu dengan tampang polosnya tersenyum bodoh di saat tubuhnya menggigil.
"Gue kangen sama lo, makanya gue di sini hehe." ujarnya.

Entah Leonor harus baper atau sebaliknya mendengarnya, namun kali ini gadis itu hanya bisa merotasikan matanya. Dengan malas ia membawa infusnya menuju tas berisi pakaian gantinya. Gadis itu mengeluarkan daster tidur pinknya yang terbuat dari kain silk.
"Ganti baju." titahnya.

Alam melongo.
"Itu kan baju perempuan." protesnya.

Leonor meredakan larva yang ingin ia semburkan pada lelaki itu. Ia tidak boleh marah. Tidak baik untuk tenggorokannya.
"Pake aja, lo mau mati kedinginan? Kalo mau mati ya nggak apa-apa sih, tapi jangan di sini juga." ujarnya dengan suara rendah.

"Y-ya jangan pakaian itu juga." ringis Alam.

"Nggak ada yang muat sama lo. Ini yang paling besar." balas Leonor.

"Kalo nggak mau pake, pergi dari sini." keluar juga kata-kata pedas dari mulut beracun gadis itu. Namun sayangnya itu sama sekali tidak mempan untuk Alam. Lelaki itu tak punya pilihan lain selain memakai baju girly itu. Ya dari pada diusir. Tidak elit sekali.

Setelah selesai mengganti baju, Alam keluar dengan wajah memelas. Seluruh arena wajahnya sampai leher dan telinga memanas. Sedangkan Leonor hanya bisa menahan senyum melihat penampilan lelaki itu. Hah, andai saja ponselnya ada, mungkin ia sudah mengabadikan momen langka ini.

Alam menarik tali spagetti daster yang ia pakai ke atas saat benda itu jatuh di bahunya yang berotot. Leonor menepuk-neluk brankarnya menginzinkan Alam bergabung dengannya.

"Masih dingin?" tanya Leonor disaat Alam berhasil duduk di sampingnya.

"He'em." Alam mengangguk jujur.

Leonor menarik selimut untuk menutupi tubuh mereka yang bersandar nyaman di atas sana. Gadis itu melirik ke samping saat Alam bergerak tak nyaman.
"Kenapa lo?" tanyanya.

Alam menatapnya dengan tatapan ternistakan dan tak berdaya, yang begitu disukai oleh Leonor sendiri. Jahat emang.
"Gue nggak nyaman Ser, cuman pakai ini tanpa daleman."

Pyar!

Leonor melotot. Matanya hampir keluar dari cangkangnya.
"Lo kemanain?" lirihnya yang ia tahan-tahan.

Dengan polos Alam menjawab.
"Udah gue tinggal di kamar mandi bersama pakaian gue." ujarnya tanpa rasa bersalah.

Leonor memejamkan mata. Siapapun tahan dirinya untuk tidak meledak dan menjambak rambut basah nan lepek lelaki itu.
"Kenapa lo lepas sialan?" bisiknya tajam.

"Kan udah basah." Alam menjawab sambil mengerjap.

Kini gantian wajah Leonor yang memanas.
"Jadi gue harus deket-deket sama lo yang nggak pake daleman? Gitu?" ujarnya membuang muka ke samping.

"Ini kita lagi deket-deket." seru Alam.

Lelaki itu memperhatikan Leonor yang memijit pangkal hidungnya.
"Lo kenapa?" tanyanya.

Leonor mendesis tertahan. Tanpa menatap lelaki itu ia berucap.
"Lo nggak takut burung lo terbang?" ujarnya kesal. Lihat, gara-gara banyak bicara, tenggorokannya mulai perih saja.

"Kenapa takut? Burungnya kan nggak punya sayap. Itu juga udah menyatu sama tubuh gue. Yakin nggak kemana-mana." tuturnya enteng.

Leonor langsung diam dengan wajah tertekan. Gadis itu tak habis pikir dengan lelaki itu. Dengan santainya ia mulai bernyanyi riang dengan suara yang mirip suara kuntilanak kejepit.

"Kasih jarak sana." Leonor mendorong bahu Alam.

"Geser kemana? Nggak ada tempat lagi." balas Alam. Benar, brankarnya memang hanya muat untuk satu orang. Jika ditambah lagi, maka tentu saja seperti ini jadinya.

"Pokoknya geser." Leonor terus-terusan mendorong lelaki itu.

"Kenapa? Sera takut karena gue nggak pake daleman?" tanya Alam dengan lugunya.

Leonor mendelik.
"Tahu ah." cibirnya.

Alam terkekeh sambil menggelinjang matanya. Lelaki itu merangkul bahu gadis itu, yang langsung ditepis oleh pemilik. Tapi lelaki itu kembali merangkul Leonor.
"Tenang aja Ser, walaupun nggak pake daleman, Jessy aslinya ramah kok." ujarnya.

"Jessy siapa?" cibir Leonor.

"Nama aset gue di Id Card." tutur Alam.

Leonor hampir menjatuhkan rahangnya sebelum ia sadar. Sejak kapan memang lelaki itu sedikit waras?

"Sialan." hanya kata itu yang dapat dilontarkan Leonor untuk lelaki itu.

"Eitsss jangan marah jangan marah. Nanti pita suaranya nggak pulih-pulih." cengir Alam.

"Kenapa lo ke sini? Bukannya lo ikut Kak Frey sama yang lain?" tanya gadis itu acuh tak acuh.

"Nggak ikut gue tuh, nanti kalo gue ikut, siapa yang bakal jaga lo? Siapa juga yang bakalan tanggung jawab kalo gue kangen?" tuturnya sok serius.

Leonor menatapnya datar sedatar-datarnya. Gadis itu membuang napas lelah.
"Serah lo aja." cebiknya malas. Ia memilih menurunkan sandaran brankar hingga posisi mereka jadi terbaring.

"Gue mau tidur. Awas aja kalo macam-macam, aset lo gue gadaiin." selorohnya sebelum memejamkan mata.

Alam menatap langit-langit ruangan yang tidak ada seru-serunya. Lelaki itu membiarkan Leonor mulai tenang untuk mempersiapkan diri memasuki alam mimpi.
"Walaupun lo galak, gue nyaman di deket lo sama seperti nyamannya gue di samping kembaran lo." ia bergumam.

Leonor yang sebenarnya belum terlelap memilih diam dan mendengarkan.

"Kalo aja hidup gue normal, gue mungkin udah dari dulu-dulu nembak lo." Alam berbaring menyamping menghadap gadis itu.

"Siapa suruh lo cantik, kan orang ganteng kek gue ini jadi suka kan. Dan yang pastinya kita jadi sepasang kekasih terfavorite." lanjutnya sambil senyam-senyum memandang wajah Leonor.

"Dih kayak gue mau aja sama lo." sarkas Leonor menimpali tanpa membuka matanya.

"Nggak ada yang nolak kegantengan gue." protes Alam.

Leonor tidak menyahut lagi. Ia sudah lelah menghadapi sikap ajaib Alam yang menguras kesabaran batinnya.

"Sera, gue peluk lo boleh nggak?"

Manik amber itu langsung terbuka lebar. Ia membelalakan mata dan menatap lelaki itu.
"Gila lo." desisnya.

"Gue mau peluk aja. Boleh ya? Kali ini aja. Ya? Ya? Ya?" Alam memasang wajah memelas di wajahnya yang pucat karena kedinginan. Entah jenis setan dari mana yang merasuki tubuh Leonor, karena dengan segera ia mengangguk.

Gadis itu tampak kaku saat Alam menarik tubuhnya untuk peluk, hingga kepalanya terbenam di perpotongan leher lelaki itu. Wangi tubuhnya memasuki indera penciuman Leonor. Sangat menenangkan.

"Gue takut burung lo terbang dan ngelonin gue." Leonor berucap saat kaki panjang Alam menindih pinggangnya.

"Jessy nggak bakalan berani sebelum gue perintahin." jawan Alam dengan santai. Lelaki itu memejamkan mata dengan damai.

"Sebenarnya lo sama Kaiser sama-sama bikin gue nyaman. Tapi gue nggak mau dikatain nggak normal kalo gue meluk Abang lo." kikiknya kemudian.

Hening selama tiga puluh menit. Leonor saja sudah berpikir jika lelaki itu susah tertidur.

"Sera."

"Hm?" Leonor berdehem.

"Gue sakit." bisik Alam.

"Lo sakit apa?" Leonor bertanya pelan setelah menjauhkan wajahnya hingga kepala mereka saling berhadapan dengan jarak yang pendek. Apakah ucapan Shine waktu itu menjadi kenyataan?

Tangan Alam berpindah mengelus pipi gadis itu. Tidak ada lagi raut wajah ceria dan bodoh itu. Yang Leonor tangkap adalah raut wajah yang banyak menahan sesuatu.

"Hematohidrosis X, Xeroderma tipe explumer dan Asma." ucap Alam membuat Leonor tertegun.

"Hematohidrosis jenis X adalah penyakit dimana penderita mengalami keringat darah seperti yang lo lihat waktu itu. Itu akibat aktivitas penyempitan dan pelebaran yang abnormal di pembuluh darah terdekat dengan kulit. Dan juga diakibatkan karena tekanan ketakutan dan stres. Lo udah liat sendiri waktu itu."

"Lalu Xeroderma tipe explumer itu sering disebut penyakit vampir. Ini berasal dari gen. Penderitanya nggak boleh terkenal cahaya matahari atau benda-benda penerangan buatan manusia. Kulitnya juga cenderung pucat. Belum ditemukan obat. Gue cuman bisa ngandalin tabir surya buat lindungin kulit gue kalo keluar rumah. Ya walaupun gue bakal tetap kesiksa sendiri. Misalnya tumbang tiba-tiba kek waktu lo mergokin gue di toilet menara Everlasting" jelas Alam kemudian tersenyum. Lelaki itu menatap Leonor sambil mengelus pipi gadis itu.

"Kenapa lo jujur sama gue?" tanya Leonor dengan mata berair tanpa bisa ia cegat.

"Gue percaya dan nyaman sama lo." ujar Alam lalu mulai menyengir. Ia kembali ceria seperti beberapa saat lalu seakan tidak terjadi apa-apa.

Leonor mengangkat tangan untuk memegang kedua sisi rahang lelaki itu.
"Kenapa lo masih bisa tersenyum disaat lo nggak baik-baik aja?" tanya lirih.

"Setidaknya dengan gue tersenyum, semua orang menganggap kalo semuanya baik-baik aja." tutur Alam.

"Tapi lo nggak." tungkas Leonor tak suka.

"Setidaknya gue berguna. Kadangkala kalo kita ngelihat senyum seseorang, suasana hati kita jadi lebih baik. Setidaknya orang yang punya beban hidup sedikit terhibur ngelihat tingkah gue. Setidaknya orang yang sedang nggak baik-baik aja bisa lupain masalahnya walaupun beberapa detik aja. Itu simpel tapi banyak maknanya." ujar Alam.

"Lo harus sembuh." ujar Leonor menuntut.

Alam tersenyum kecil.
"Mama gue meninggal karena penyakit Xerodermanya saat melarikan diri dari rumah."




______11 Juli 2023______

Continue Reading

You'll Also Like

7.1K 642 43
Cover by : pinterest. _____ "Gue juga kasih dia kucing, tapi kenapa dia tetep gak sayang sama gue?" Kattya Valonia Jasmine, cewek yang takut sama kuc...
328K 12.5K 55
Seinna Batra Archilles meninggal dunia sebagai tokoh antagonis. Dan datangnya Xennia dengan wajah yang mirip namun dengan karakter yang bertolak bela...
5.1K 201 40
Seorang wanita yang mencintainya sejak lama, dengan kesabaran yang tak terbatas, dengan ketulusan yang tak berkurang meski tak pernah dihargai. Setia...
3.6M 174K 61
Season 1 (MASIH DALAM PROSES REVISI!!) Season 2 (MASIH DALAM PROSES REVISI!!) Alexa Arnold, si penggemar novel romance. Jiwa nya tiba tiba bertransmi...