Malam....
Btw, terima kasih untuk kalian yang sudah rajin komen atau spam next ♡
Sebelum baca tolong VOTE dulu ya guys ☺️
Dan jangan lupa penuhi paragraf dengan komen kalian 😉
Tonton dulu yuk sebelum baca chapter ini. Kira-kira seperti ini suasana eventnya. (Btw, ini cuplikan adegan The Fast and The Furious 2001)
────────────────────────────────────────────
Lokasi yang menjadi tempat diadakannya event drag race tahunan di kota Bastow adalah bekas terminal peti kemas yang pelabuhannya sudah berhenti beroperasi. Hampir bisa dipastikan event dragrace tahunan tersebut selalu ramai dengan para peserta dan penonton. Jelas saja balap adu kecepatan lurus ini mampu menyita banyak perhatian, sebab hadiah yang akan diperebutkan adalah senilai total 5 miliar. Juara pertama akan mendapatkan uang senilai 2,5 miliar, juara kedua akan mendapatkan uang senilai 1 miliar, juara ketiga akan mendapatkan uang senilai 750 juta, juara keempat akan mendapatkan uang senilai 500 juta, dan juara kelima akan mendapatkan uang senilai 250 juta.
Peserta yang saling beradu kecepatan akan dipilih secara acak. Dan keberuntungan sepertinya sedang berpihak pada Gavin karena yang menjadi lawannya barusan memiliki teknik balapan jauh di bawahnya. Sehingga Gavin tampil percaya diri dan menorehkan catatan waktu yang sempurna.
Meski hanya akan ada lima pemenang, namun semua anggota Cerberus yang berprofesi sebagai pembalap ikut serta dalam event kali ini. Mereka hanya mengadu nasib serta keberuntungan, sebab tidak jarang dua peserta yang beradu kecepatan akan bertaruh satu sama lain.
Nico yang baru saja menyelesaikan gilirannya, kembali bergabung dengan rekannya. Ia melemparkan dua gepok uang senilai 20 juta ke arah anggota Cerberus yang bertugas mengumpulkan hasil taruhan.
Gretta berhambur ke arah Nico kemudian memeluknya. "Kau memang hebat."
Untuk menanggapi pujian dari Gretta barusan, Nico mencium sekilas pipi kekasihnya tersebut.
"Elena, giliranmu," kata Nico yang kini memerhatikan layar monitor besar yang berada di pinggir lintasan. Layar di sana baru saja menampilkan 20 nomor peserta yang akan tampil berikutnya.
Elena yang sebelumnya dalam posisi duduk bersila, berdiri kemudian menepuk-nepuk bokongnya karena barusan ia duduk tanpa beralaskan apapun.
"Doakan aku, guys," ucap Elena sebelum berlalu menuju ke kendaraannya. Anggota Cerberus lain menyahut dan memberi semangat pada Elena. Lalu Nico berjalan di belakang Elena untuk mengantarnya.
Kai menatap kepergian Elena sebelum berbicara pada salah satu anggota Cerberus yang memegang kertas berisikan nomor peserta berikut dengan namanya serta keterangan lainnya. "Siapa nomor 104?" Nomor 104 yang Kai tanyakan merupakan nomor peserta yang akan menjadi lawan Elena.
"Namanya Joe dari Bastow."
"Dia datang perorangan?"
"Tidak. Dia anggota klub Colonial."
Beralih pada Elena yang kini sudah berada dalam mobil dan sedang mengantri menunggu giliran. Ia membuka kaca karena pemilik mobil yang berada di sampingnya, yang berarti akan menjadi lawannya nanti, ingin berbicara dengannya.
"Mau taruhan?" Ucap lelaki itu.
"Tidak. Tapi kalau kau menginginkannya, aku bisa menyiapkan uangnya sekarang," balas Elena menanggapi.
"50 juta?" Tantang lawan bicara Elena.
"Mana uangmu?"
Lelaki itu memperlihatkan uang 50 juta yang diikat menjadi satu.
Elena meraih ponsel dan melakukan panggilan ke nomor Nico. "Bagi 50 juta, Nic," ujarnya setelah Nico menjawab panggilannya.
Elena mendengar Nico yang sedang berbicara dengan Kai sebelum menanggapi permintaannya.
"Tunggu."
Tidak berselang lama Nico menghampirinya, Elena membuka kaca untuk menerima uang pemberian Nico.
Elena menunjukkan uang itu pada lelaki yang akan beradu balap dengannya. "Deal."
Beberapa saat kemudian, mobil Elena dan lawan bersiap digaris start. Setelah starter memberi aba-aba, keduanya melepas kopling dan menginjak pedal gas untuk memacu kendaraan secepat mungkin.
Walau drag race sendiri merupakan adu kecepatan dalam lintasan yang lurus, dan untuk drag race kali ini panjang lintasannya adalah 201 meter, tapi jangan dikira drag race adalah balapan yang gampang. Banyak hal yang harus diperhatikan. Seperti mobil yang digunakan untuk adu balap harus mencapai performa terbaik, kaki-kaki mobil harus didesain supaya mampu melesat secara stabil saat kecepatan tinggi, dan pemilihan ban juga harus tepat serta tekanan ban harus disesuaikan dengan tenaga mesin dan karakter jalan.
Terlepas dari segala hal tentang kesiapan mobil, Elena tahu jika kunci utama drag race adalah harus memiliki kontrol emosi dan fokus yang baik. Selain itu, wajib memahami teknik balap drag race yang tentunya tidak hanya sekedar bisa menginjak gas, namun juga penguasaan kecepatan dan ketepatan saat melakukan start dan memindahkan tuas perseneling untuk mencegah terjadinya missing dan slip. Melakukan kesalahan saat start, seperti tidak bisa menyesuaikan putaran mesin atau RPM akan berakibat spin out atau malah tenaga mobil telat naik, maka kekalahan adalah resikonya.
"Wow, 7,249 detik," takjub Gavin saat mobil berwarna merah yang dikemudikan Elena keluar sebagai pemenang.
"Kecepatanmu kalah dari adikmu, Nic," kata anggota Cerberus yang kini memerhatikan layar monitor yang menampilkan waktu kecepatan pembalap. Ia juga bertugas untuk mencatat waktu setiap anggota Cerberus yang bertanding.
Nico acuh tak acuh, tidak tersinggung. Ia bangga dengan catatan waktu Elena untuk babak pertama ini.
Elena bergabung kembali dengan anggota Cerberus. Bibirnya menerbitkan senyum saat ia memamerkan uang 50 juta hasil menang taruhan. Lalu teman-temannya menyambut Elena dengan melakukan tos atau high five.
"Kau peserta berjenis kelamin perempuan dengan catatan waktu tercepat," puji Nico kemudian di akhiri dengan merangkul bahu Elena dengan gemas.
"Membanggakan, bukan?" Seloroh Elena.
"Ya, tentu," sahut Nico.
Elena lalu berjalan menuju tenda untul mengambil air mineral dari cooler box. Ia mengabaikan Kai yang juga berada tepat di samping keberadaan cooler box. Lelaki itu tengah duduk di kursi lipat dengan perhatian tertuju pada kertas di tangannya. Entah apa isi kertas itu.
"Kai."
Suara seorang wanita memasuki indra pendengaran Elena. Ia menenggak air minum dengan ekor mata melirik wanita yang menghampiri Kai. Lalu Elena juga mengamati penampilan wanita itu yang mengenakan celana pendek hingga memperlihatkan keindahan lipatan bokongnya, dan sebagai atasan wanita itu hanya mengenakan tank top. Parasnya cantik, tubuhnya seksi. Wanita itu juga menjadi peserta event drag race kali ini. Elena mengetahuinya dari obrolan singkat Kai dengan wanita itu yang terdengar oleh telinganya.
"Tendaku tertutup, Kai. Di dalamnya juga ada kasur lipat. Kau bisa menemuiku setelah menyelesaikan babak pertamamu," ucap wanita itu pada Kai.
Elena yang juga mendengarnya, membuat minuman yang masih ia tenggak menyembur keluar. Kemudian ia terbatuk karena tersedak.
"Aku akan menemuimu." Kai berkata dengan netra melirik Elena yang kini sedang terbatuk-batuk dengan tangan yang menepuk-nepuk dadanya.
"Aku tunggu." Wanita yang menjadi lawan bicara Kai, mengusap rahang Kai sebelum berlalu dari sana.
"Kenapa? Cemburu?" Suara Kai terdengar.
"Kau bicara denganku?" Ucap Elena menanggapi.
"Di sini hanya ada kita. Aku juga tidak memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan setan. Tentu saja aku bicara denganmu."
"Apapun yang kau lakukan bukan urusanku. Tidak. Aku tidak cemburu," jawab Elena kemudian.
"Bagus. Karena aku bukan dia, lelaki yang kau cintai itu. Tidak seharusnya kau cemburu melihatku bersama wanita lain. Jangan menyamakanku lagi dengannya. Itu membuatku risih," Kai berkata dengan nada bicara yang datar. Begitupun dengan ekspresi wajahnya yang datar namun tampak serius.
Pandangan Elena sepenuhnya tertuju pada pada Kai, menyorot tajam jelmaan Kaivan tersebut. Kenapa lelaki itu berubah menjengkelkan? Padahal sebelumnya Kai memaklumi dirinya yang memvisualisasikan wujud Kai sebagai Kaivan.
"Aku tidak peduli kau dekat dengan wanita lain atau bahkan meniduri selusin wanita sekaligus di depan mataku. Aku tidak akan cemburu karena kau dengan Kaivan berbeda! Kaivan terlalu berharga jika disamakan dengan bajingan cabul sepertimu!" Elena melempar botol air mineral ke arah Kai. Lalu membawa langkahnya untuk pergi dari sana. Membuat suasana hatinya buruk saja!
Kai mengambil botol air mineral yang baru saja menghantam kepalanya. Kemudian ia lemparkan balik ke arah Elena dan botol tersebut mengenai bokong Elena.
Elena membalikkan badan dan menatap berang ke arah Kai. Lalu ia mengacungkan jari tengahnya.
Kai masih bergeming dengan pandangan menajam yang terarah pada Elena. Jadi nama lelaki itu Kaivan? Tidak bisakah Kaivan tenang di alam baka sana dan tidak lagi menghantui hati dan pikiran Elena? Sungguh menjengkelkan!
"Kai, giliranmu," teriak Gavin dari posisinya.
Kai menatap layar monitor yang menampilkan nomornya di antara 19 nomor lainnya. Ia berdiri dari posisi duduknya kemudian berjalan menuju mobil.
✮✮✮✮✮
"7,146 detik," ucap salah satu anggota Cerberus setelah Kai menyelesaikan balapannya.
Elena yang juga melihat penampilan Kai, cukup menyayangkan catatan waktu yang didapatkan Kai barusan. Sebab saat berlatih kemarin, Kai mampu mencatat waktu kurang dari 7 detik.
"Elena, mau ikut?" Ajak kekasih Gavin.
"Ke mana?" Tanya Elena dengan mulut yang baru saja menghabiskan pisangnya yang ketiga.
"Jajan," sahut kekasih Barra.
"Ayo." Cuaca cukup terik. Elena juga ingin membeli sesuatu yang bisa menyegarkan kerongkongannya.
Baru beberapa langkah meninggalkan tempat di mana klub Cerberus berada, tiba-tiba seorang lelaki memanggil namanya. Elena menatap lelaki yang berjalan ke arahnya. Tinggi lelaki itu mungkin berkisar antara 172-175 cm karena hampir setara dengan tingginya yang 170 cm, potongan rambutnya cepak dan parasnya tidak terlalu buruk.
"Kalian duluan saja." Elena meminta kekasih Barra dan Gavin untuk meninggalkannya.
"Jadi ini benar-benar kau." Lelaki itu memeluk Elena.
Elena tidak mendorong lelaki itu karena ia mengenalnya. Ingatannya mengatakan jika lelaki yang memeluknya merupakan kerabat yang berasal dari garis keturunan ibu raga ini.
"Sebenarnya sejak tadi aku terus mengamatimu, tapi warna rambutmu yang berubah membuatku ragu jika ini kau. Astaga! Aku merindukanmu, Elena! Padahal belum ada satu bulan kau pindah ke Radbal," ujar Haikal usai mengurai pelukan namun tangannya masih merangkul bahu Elena.
"Apa kabar?" Tanya Elena berbasa-basi. Haikal dan pemilik raga ini tidak hanya kerabat, mereka dulunya juga teman nongkrong. Jadi wajar jika sikap Haikal padanya tampak akrab.
"Seperti yang kau lihat." Haikal meraih id card yang mengalung di leher Elena. "Menjadi peserta?" Tanyanya keheranan.
Haikal pikir keberadaan Elena di sini hanya untuk menonton sama seperti dirinya yang kemari untuk menemani temannya. Tapi id card yang dikenakan Elena menjelaskan jika Elena berstatus sebagai peserta.
"Hanya iseng," balas Elena seadanya.
"Apa kau kemari juga bersama Nico?" Haikal hanya sekedar bertanya, sebab ia dan Nico tidak begitu dekat.
"Ya. Itu Nico." Elena menunjuk ke arah Nico yang berdiri bersama Gretta di sampingnya.
"Ngomong-ngomong, bisakah kau merahasiakan hal ini dari mamaku?" Pinta Elena.
"Tenang saja. Aku akan mengunci mulutku rapat-rapat," balas Haikal.
"Hubungi aku jika kau pulang," ujar Haikal kemudian.
"Tentu saja," balas Elena seadanya. Padahal ia sendiri belum terpikirkan untuk mengunjungi mamanya.
"Kalau begitu sampai jumpa. Titip salam untuk Nico." Haikal kembali memeluk Elena.
"Akan aku sampai...," Elena tidak melanjutkan perkataannya karena tiba-tiba Haikal ditarik paksa oleh seseorang, membuat pelukan mereka terurai. Lalu orang tersebut juga menyentak Haikal hingga terjatuh.
"Keparat!" Maki Haikal yang kini sudah bangkit dari posisinya, bersiap menerjang lelaki yang telah membuatnya terjatuh.
Elena menghalangi Haikal yang ingin memukul Kai. "Aku mengenalnya. Maafkan dia, oke?" Tapi tatapan Elena terus tertuju ke arah Kai.
"Haikal?" Ucap Nico begitu mendekat. Ia menatap Kai, Elena dan Haikal secara bergantian.
Kai yang sedari tadi hanya bergeming dan beradu pandang dengan Elena, memilih berlalu dari sana.
"Haikal, sekali lagi maaf untuk kejadian barusan," ucap Elena kemudian.
"Bukan kau yang seharusnya minta maaf, Elena."
"Kalau begitu aku duluan." Elena melangkah lebar untuk menyusul Kai.
Elena mendorong punggung Kai membuat tubuh lelaki itu sedikit tersentak. "Apa masalahmu, hah?!"
"Tidak tau," Kai menanggapi dengan terus melanjutkan langkahnya.
Sekali lagi Elena mendorong punggung Kai. "Tidak tau katamu?!"
Kai membisu, tidak ingin menanggapi. Kini ia berada di tenda yang didirikan Cerberus. Berdiri di sana, menyalakan rokok dan menghisapnya. Ia menghindari tatapan Elena.
"Kau harus memiliki alasan atas perilakumu tadi." Elena berdiri di depan Kai dengan kedua tangan yang bersedekap.
"Jangan diam saja!" Tuntut Elena karena Kai malah mengabaikannya.
"Kai!" Bentak Elena karena Kai masih tidak ingin menanggapinya.
"Pergilah. Kau berisik."
"Sialan!" Maki Elena sebelum pergi dari sana.
"Kau yang sial! Kau membuat pikiranku kacau." Tentu saja perkataan Kai barusan hanya didengar oleh dirinya sendiri.
──────────────────────────
TBC
Target berikutnya berapa komen nih? 10k komen gimana? Hihi canda guys 😂
1,5k+ komen untuk up chapter selanjutnya
SPAM NEXT DISINI 👉🏻
♡♡♡♡♡