抖阴社区

My Yellow - Noren

By Realroyals_

140K 12.4K 1.7K

"Susah payah aku menjagamu, mana mungkin ku biarkan orang lain datang hanya untuk menyakitimu?" - Jeno. Jeno... More

#1
#2
#3
#4
#5
#6
#7
#8
#9
#11
#12
#13
#14
#15
#16
#17
#18
Bonchap

#10

6.6K 591 73
By Realroyals_

Jangan lupa vote dan komennya kawan.





























Kini semuanya berkumpul di meja makan. Renjun berinisiatif untuk memasak hari ini, walau Jeno berkata ia tidak perlu melakukannya.

“Kau belum jawab pertanyaanku tadi Jeno–ya” Haechan kembali melontarkan pertanyaan yang sebelumnya tidak Jeno jawab.

Renjun menelan ludahnya gugup. Ia menatap Jeno sebelum tatapannya kini bersibobrok dengan jelaga hitam milik Jaemin. Dari bawah meja, tangan Renjun merambat, meremat punggung tangan Suaminya.

“Sebelum ku jawab, bolehkah aku bertanya pada Jaemin, di mana kau dan Haechan bertemu?” tak menggubris Renjun yang sudah panas dingin di sampingnya, Jeno justru nampak terlihat menantang lelaki Agustus itu.

Mark mencoba menelaah situasi di sini. Renjun terlihat tak banyak bicara meski sesekali tetap menanggapi pembicaraan dengan begitu ramah. Sedang Jeno nampak terganggu dengan kehadiran orang lain diantara kedatangannya bersama Haechan. Ekspresi yang ditunjukkan pun nampak tidak bersahabat, baik dari Jeno maupun Jaemin.

“Kami bertemu di Canada lima bulan lalu, dan aku memintanya menjadi kekasihku” ujar Jaemin dengan ketegasan dalam nada bicaranya.

“Begitu? Ku pikir kau harus hati-hati, Haechan. Pertemuan ku dengan kekasihmu bukan hal yang baik” tukas Jeno melemparkan tatapan tajam pada sosok itu. “Jeno!” Renjun berucap mencoba mengingatkan Suaminya.

“Apa? Kenyataan harus diungkapkan Renjun. Jangan sampai ada orang yang tersakiti lagi karena dia, apalagi itu Haechan”

Haechan yang tak mengerti apapun lantas menatap kekasihnya. Mencoba mencari jawaban dari setiap kalimat yang Jeno lontarkan. Namun Jaemin tak bergeming. Lelaki itu kini justru terlihat begitu marah.

“Jangan dekati Haechan jika kau hanya ingin menyakitinya seperti yang pernah kau lakukan dulu” Jeno benar-benar memberikan peringatan pada si Leo, Na. Ia tidak ingin Haechan juga merasakan apa yang dulu pernah Renjun alami.

“Jangan bicara seolah kalian merasa tersakiti padahal kalian pun sama busuknya! Bukankah kalian yang lebih dulu bermain di belakangku?”

Pada akhirnya Jaemin dengan lantang bersuara. Ia benci terus menerus disudutkan padahal yang dilakukan Jeno, dan Renjun pun tidak ada bedanya.

“Jeno, Jaemin ada apa ini aku tidak mengerti ...” ujar Haechan yang kini masih dilanda kebingungan.

“Apa maksud mu brengsek?! Siapa yang bermain di belakang siapa? Sudah jelas kau yang bertindak busuk dengan perselingkuhan mu” Jeno pun tak terima dengan kalimat yang terlontar dari Jaemin seolah menuduh ia, dan Renjun mengkhianati lelaki itu.

“Jeno, Jaemin, ku mohon!” Ujar Renjun berdiri mencoba melerai pertikaian keduanya.

“Katakan Renjun! Katakan yang sebenarnya bahwa kau lebih dulu bermain dengan Jeno, itu sebabnya kau tidak pernah membiarkan aku menyen—”

Bugh!

“Jeno!” Renjun berteriak kala tiba-tiba Jeno menghampiri Jaemin, dan membubuhkan pukulan pada rahang tegas lelaki itu.

“Tutup mulut mu bajingan! Kau tahu sendiri bagaimana Renjun mencintaimu dulu, dan kau malah mengkhianatinya!”

Dengan segera Renjun, dan Mark menarik Jeno menjauh dari Jaemin setelah lelaki itu melayangkan pukulannya pada Jaemin.

Di sisi lain Haechan terpaku. Apa maksud semua ini. Jaemin, Renjun, Jeno. Ia benar-benar tidak mengerti apa yang terjadi.

Jaemin menyeringai, tidak mungkin tidak ada apapun diantara mereka. “Belum lama aku pergi, dan kalian sudah menikah. Sulit dimengerti, terkecuali jika sedari awal kalian sudah memiliki hubungan”

“Dengar brengsek, aku menikahi Renjun untuk membawanya pergi dari lelaki bajingan seperti dirimu!” jawab Jeno dengan tangan yang menarik kerah Jaemin, namun segera Renjun tarik lengannya.

“Kau mantan kekasih Renjun?” tanya Mark pada Jaemin, namun lelaki itu tak menjawab. Justru kini diam menatap Haechan yang terlihat begitu kecewa.

“Iya! Dan si brengsek itu berselingkuh dengan jalang. Menyakiti Istriku, sebelum aku menikahinya. Aku hanya tidak ingin Haechan juga terluka”

Haechan diam. Ia tak tahu harus berbuat apa. Di satu sisi Jaemin memperlakukan dengan amat baik, di sisi lain setelah mendengar semua ini hatinya ragu. Jujur saja Haechan kecewa, dan terluka.

“Haechan–ah ....”

“Hyung bawa aku pulang” ujar Haechan tanpa melihat wajah Jaemin yang memanggilnya lirih.

“Haechan, aku minta maaf ... Aku tidak tahu bahwa akan berakhir begini, aku ...” Renjun menghampiri Haechan dengan rasa bersalah. Hubungannya, dan Jaemin sudah berlalu. Ia bahkan tidak ingin membahasnya, tapi semua menjadi kacau seketika. “Renjun ini sama sekali bukan salah mu” ujar Haechan.

Ia tidak marah pada Renjun, ia hanya kecewa dengan fakta yang baru saja diketahuinya.

“Hyung, aku mohon bawa aku pulang”

“Maaf, aku harus membawa Haechan pulang, dan Jaemin, ku harap kau tidak muncul di hadapan Haechan” Mark membawa Haechan pulang meninggalkan Jaemin yang kini kacau.

“Brengsek! Ini semua ulahmu!” Jaemin berteriak menghardik Jeno yang masih menatapnya dengan penuh kebencian. “Apa yang kau tanam, itu yang kau tuai, Na.” jawab Jeno.

“Munafik! Kau bahkan sudah lebih dulu menyentuh Renjun, dan sekarang menghancurkan hubunganku dengan cerita lama” Jaemin masih tak bisa terima dengan apa yang terjadi pada dirinya.

Mendengar Renjun direndahkan, Jeno lantas mencoba menarik Jaemin, dan kembali membubuhkan pukulan pada lelaki itu. Renjun dengan sekuat tenaga mencoba menghentikan Jeno. Tak ingin kalah, Jaemin juga mendorong Suami dari mantan kekasihnya itu, dan membubuhkan satu pukulan pada wajah Jeno. Begitu Jaemin mendorongnya, Jeno lantas menarik kerah baju Jaemin, dan hendak membubuhkan pukulan lagi, namun gerakannya tertahan saat Renjun memeluk tubuhnya.

“Jeno berhenti! Jeno ku mohon ....”

Jaemin menepis tangan Jeno. Melihat tubuh Renjun yang bergetar memeluk dominan itu. Benci terus berada di sana Jaemin melangkahkan tungkainya untuk keluar dari rumah itu.

“Dengar brengsek! Aku tidak peduli kau akan percaya atau tidak dengan yang ku katakan tadi, tapi jika kau merendahkan Renjun lagi, dan menyakiti Haechan, kau akan hancur Jaemin!”

Langkah Jaemin tertahan saat mendengar suara Jeno bergema dengan lantang memperingatinya. Tak ingin semakin lama berada di sana Jaemin kembali melangkahkan kaki untuk segera pergi.

Nafas Jeno tersenggal karena emosinya yang berapi-api. Ia menatap Renjun yang masih memeluknya dengan penuh ketakutan. Ia melupakan jika Renjun memiliki trauma akan kekerasan, dan dengan gila ia terus menyerang Jaemin tadi.

“Renjun, hei?” Jeno menangkup wajah Renjun yang kini sudah berderai air mata. “Ma—maaf ... Maafkan aku. Aku terlalu emosi” Jeno mengusap air mata yang mengalir dari iris hazel si manis.

Perlahan Renjun melepaskan pelukannya. “Kenapa kau membahasnya?! Hubungan ku, dan Jaemin sudah berakhir!” Renjun menatap nyalang pada Suaminya itu.

“Aku tidak peduli jika orang yang Jaemin dekati bukan Haechan. Sayangnya ia mendekati sepupu ku, aku tidak ingin Jaemin menyakiti Haechan”

Jeno mencoba menjelaskan. Ia hanya tidak ingin Haechan merasakan hal yang sama. Jaemin bukanlah pria yang bisa dipercaya. Ia takut Haechan terluka.

“Tapi semuanya hancur, bagaimana pandangan sepupumu kepadaku nanti?”

“Mereka bisa mengerti, Renjun. Kemarilah” ujar Jeno, hendak kembali memeluk Renjun guna menenangkan sang Istri. Terlihat dari tubuh Renjun yang masih bergetar, ia tahu Istrinya itu masih terkejut dengan kejadian tadi.

Tak melangkah mendekat, Renjun justru berjalan mundur. Jujur ia merasa takut, karena Jeno jarang terlihat bertengkar secara langsung di hadapannya. Kalaupun Jeno berkelahi, Renjun jarang melihatnya secara langsung. Ia hanya akan melihat sisa luka, atau memar yang masih ada di wajah dominan itu. Begitupun ketika Jeno berkelahi dengan beberapa mantan kekasihnya.

“Renjun ....”

Jeno memanggil lirih. Ia tahu Renjun pasti melihatnya dengan pandangan berbeda sekarang. Jeno mencoba maju untuk mendekat, tapi lagi-lagi Renjun berjalan mundur.

“Baik-baik, aku tidak akan menyentuhmu. Tapi lihat, sudut bibirku terluka, tidak mau obati?”

Jeno menunjukan luka pada sudut bibirnya yang tadi sempat terkena pukulan Jaemin. “Ini juga sakit” ujar Jeno menunjukan kepalan tangan yang ia pakai untuk memukul Jaemin tadi.

Perlahan, Jeno bisa lihat Renjun yang mulai maju mendekat padanya. Ia tahu Renjun tak akan membiarkannya terluka. Jeno benar-benar tak bergerak, dan membiarkan Renjun merasa aman terlebih dahulu.

Renjun menatap luka di wajah Jeno dengan sendu. Ia mengangkat tangannya, mencoba meraba sedikit luka itu. Jeno meringis sakit begitu lukanya di sentuh.

“Sakit ...” ujar Jeno merengek seolah mengadu pada Istrinya. “Tadi saat bertengkar tidak mengeluh” ucap Renjun. “Tadi belum sakit” jawab Jeno.

Begitu melihat Renjun mulai tenang, Jeno memeluk tubuh si mungil. Menelusupkan kepalanya pada ceruk leher Renjun. “Maaf membuatmu takut, aku tidak akan berkelahi lagi” ujarnya sungguh-sungguh. Renjun tak menjawab apapun, ia perlahan membalas pelukan Jeno. Mengusap punggung dominan itu dengan lembut.















Kini keduanya duduk di ruang keluarga. Siang itu tiba-tiba nabastala jadi kelam. Rinai perlahan turun membasahi buana. Burung-burung kecil bersembunyi di pepohonan. Berteduh dari derasnya hujan.

Udara jadi dingin, sebab anila bertiup kencang. Entah kenapa mentari nampaknya jua ingin bersembunyi. Cahayanya redup dibalik awan mendung membawa gumpalan air yang turun ke bumi.

Tidak banyak yang bicara. Bungkam menjadi solusi di situasi ini, ketika kata tak bisa lagi menjelaskan apa yang tersirat di dalam hati.

Jemari lentiknya bergerak mengolesi obat pada luka yang terpampang di wajah tampan Suaminya. Lelaki yang bertengkar untuk membela harga dirinya. Seseorang yang menikahinya untuk melindunginya.

Sedang pria yang diobati asik memandang iris hazel berkilau nan ayu milik sosok di hadapannya. Entah mengapa jenggala kelamnya tak ingin beralih dari sana. Meski sesekali meringis kala obat mengenai lukanya, itu semua tak membuat ia berkutik mengalihkan fokus dari sosok cantik di depannya.

“Pelan ... Itu perih” ujar si dominan yang tak dijawab dengan kata oleh submissive nya melainkan dengan tindakan. Wajahnya Renjun bergerak maju membuat jantung Jeno berdegup kencang. Dengan lembut si manis meniup luka yang tepat berada di sudut bibir Jeno. Ranum merahnya terlihat begitu dekat, sangat mudah sekali jika Jeno berniat untuk memagutnya.

“Sudah?” tanyanya dengan lembut. Tak melepas pandangan Jeno menggeleng sembari berucap “Tiup lagi, itu masih sakit” bohong. Ia hanya ingin wajah Renjun lebih dekat lagi.

Hidungnya, bulu matanya, kulit putih yang halus. Bagaimana bisa selama ini Jeno melewatkan keindahan Renjun yang begitu sempurna pikirnya. Tuhan menciptakan Renjun ketika ia sedang bahagia batin Jeno.

“Sudah?” tanyanya lagi. Tak ada jawaban justru kini ia baru menyadari bahwa wajahnya sedekat itu dengan wajah Jeno. “Belum ...” lirih Jeno sembari menahan tengkuk Renjun agar tak menjauh darinya.

Dengan sekali gerakan, Jeno mengangkat tubuh Renjun ke pangkuannya. Membuat kotak P3K terjatuh ke lantai. Tak peduli jika peralatan di sana berceceran di lantai.

“Jen—” Renjun terkejut saat Jeno memindahkan tubuhnya kepangkuan lelaki itu.

“Sstt... Diam lah” nafas Jeno berubah menggebu. Entah mengapa jiwanya bergejolak saat ini. Pertama kali ia merasakan hal ini pada Renjun selama bertahun-tahun mereka bersahabat. Gelora apa, Jeno pun bertanya-tanya.

Jeno memejamkan mata, mengusak hidungnya pada pipi gembil Renjun yang mana membuat Renjun kegelian. Submissive itu terkekeh ringan, ikut terpejam menikmati apa yang Jeno lakukan. Perlahan hidungnya turun, dengan kecupan-kecupan kecil merambat ke leher Renjun.

Si manis terkejut tentu saja. Pertama kalinya Jeno seintim ini padanya. Euphoria menjadi canggung di sana, tapi Renjun pun enggan menghentikan dominan itu.

Lidah Jeno mulai menari. Menyesap, dan menggigit leher putih Renjun. Membuat tanda yang tidak akan hilang untuk beberapa waktu kedepan. “Jenh ....”

Renjun melenguh membuat gelora tubuh Jeno semakin terbakar. Renjun bisa merasakan nafas Jeno yang semakin tak beraturan. “Izinkan aku Renjun, ku mohon ....”

Sungguh, suara Jeno yang berat dan nafasnya yang memburu terasa pada leher Renjun membuat pair jantung semakin menolak untuk tenang. Mengerti apa yang Jeno inginkan, Renjun lantas mengusap tengkuk Jeno, sembari membisikan sesuatu dengan lirih. “Lakukan, aku milik mu”

Mendengar itu, dengan semangat Jeno berdiri dengan Renjun dalam pangkuannya. Kaki si manis melilit pada pinggang Jeno, menyamankan diri kala Jeno membawa tubuhnya ke kamar mereka.

Rinai, dan anila mengantarkan udara dingin, namun kedua sejoli itu memanfaatkannya untuk saling menghangatkan.























____________________________________
Tbc

Bikin anak pake mentega ada di next chapter yo.



Continue Reading

You'll Also Like

146K 13.4K 14
[END] Jeno yang selalu gangguin si Homo.. Nanti kena karma gak ya? WKWKWK ------------------------------------------------- WARNING!! 鈿狅笍 鈥 NoRen area...
44.2K 5.2K 10
馃敒 Bagi Renjun, Lee Jeno adalah alasan terbesar hatinya membusuk akan dengki. Alpha bajingan, yang merebut segala hal yang Renjun inginkan. 鈥⑩⑩ Disc...
195K 17.9K 28
Follow dulu sebelum baca 鈭 End- WARNING : BxB, YAOI, M-PREG JENO x RENJUN ========================== Kisah asmaranya selalu berakhir rumit. Sekarang...
432K 30.1K 41
馃敒 Adult Only JENO itu adalah pria tertampan yang pernah Renjun kenal. Tubuhnya, parasnya, senyumannya, hidung mancungnya, dan suara beratnya. Renjun...