Jangan lupa tekan ⭐ ya!
.
.
.
"Ini adalah kunci dari 150 kamar rumah susun ini. Bangunan ini menjadi hak milik atas namamu, Jeon Jungkook." Ujar Taehyung dengan pelan.
Jungkook menatap terkejut ke arah Taehyung, dia menggelengkan kepalanya dan mengembalikan kunci tersebut ke tangan Taehyung.
"Aku tak membutuhkannya Pak Tua. Apa maksudmu?" Jungkook mengernyitkan dahinya tak mengerti.
Taehyung tersenyum kecil melihat reaksi Jungkook yang begitu apa adanya. Dia membuka telapak tangan Jungkook lalu meletakkan kembali kunci-kunci tersebut di atas telapak tangan Jungkook.
"Bangunan ini sudah menjadi milikmu. Saya pikir kau dapat menggunakannya untuk teman-teman tunawismamu itu. Saya pun membutuhkan banyak pegawai buruh pabrik di industri kayu dan juga bahan bangunan yang ada di depan sana tadi." Jelas Taehyung membuat Jungkook membuka mulutnya lebar.
Dia mengerjap tak percaya ke arah Taehyung, dia menggenggam erat kunci tersebut sembari menggigit bibir bawahnya terlihat tercengang dengan apa yang diberikan Taehyung untuknya.
"T-tapi mengapa? Kau tak seharusnya melakukan ini untukku Pak Tua." Ujar Jungkook dengan kedua mata yang mulai berair.
Taehyung menghadap lurus kedepan enggan melihat Jungkook yang bersiap untuk menangis, dia berjalan pelan dan diikuti oleh Jungkook yang sedang menghapus air matanya.
Menatap Taehyung dengan tatapan sangat berterimakasih karena mendapatkan hal sebesar ini.
"Saya melakukannya untuk kepuasan hati saya sendiri. Saya merasa senang ketika bertemu denganmu yang mengingatkan akan masa lalu saya, dulu saya sering berangan angan dapat membantu mereka yang membutuhkan. Dan sekarang saya memiliki kemampuan untuk hal tersebut, melihatmu mempunyai keinginan mulia seperti itu——mengapa saya tak mewujudkannya?" Taehyung menoleh ke arah Jungkook dengan senyuman lembutnya.
Jungkook berhenti melangkah, dia menunduk dan air matanya semakin berjatuhan. Dia menyembunyikan wajahnya di balik lengannya, dia tak ingin Taehyung melihatnya saat menangis.
"Terimakasih. Terimakasih Pak Tua. A-aku akan memanfaatkannya sebaik mungkin." Cicit Jungkook sembari berusaha menahan isak tangisnya.
Taehyung menatap Jungkook dengan tatapan bangga, dia merasa kehidupan Jungkook sangat menyedihkan. Ketika keluarga besarnya hanya memandangnya sebelah mata namun siapa sangka jika sebenarnya Jungkook adalah seorang remaja yang berhati besar dan mulia?
"Terimakasih. Terimakasih." Jungkook membungkuk berkali-kali ke arah Taehyung dengan air mata yang dapat dilihat oleh Taehyung berjatuhan di atas tanah.
Jungkook membungkuk cukup lama ke arah Taehyung sembari menghapus air matanya dengan kasar. Hingga dia berdiri dan menahan napas saat tubuhnya didekap erat oleh Taehyung.
"Senang bisa mewujudkan keinginanmu Jeon. Saya harap suatu saat kau dapat melakukan hal yang lebih dari apa yang saya lakukan. Kau anak yang baik di mata mereka yang menerima ketulusan hatimu." Ujar Taehyung dengan sungguh-sungguh.
Tubuh Jungkook merinding mendengarkan kalimat pujian dari Taehyung, dia menyembunyikan wajahnya di dada bidang Taehyung. Dia mencengkeram kuat pinggang Taehyung dan menangis dalam diam.
Pertama kali dalam hidupnya ada seseorang yang memandangnya berbeda dari kebanyakan orang terdekatnya.
"Terimakasih." Ujar Jungkook untuk kesekian kalinya.
Taehyung mengangguk kecil dan mengecup sayang puncak kepala Jungkook. Taehyung pun melepaskan pelukannya dan Jungkook segera menghadap kebelakang membelakangi Taehyung.
Dia menghapus air matanya lebih dulu dan menghembuskan napasnya secara perlahan. Lalu dia kembali menghadap ke arah Taehyung.
Cring~
Jungkook menjatuhkan gerombolan kunci tersebut lalu ia menangkup kedua sisi wajah Taehyung. Ia berjinjit dan menyatukan bibir mereka. Taehyung membulatkan matanya terkejut saat merasakan hisapan lembut pada bilah bibirnya.
Jantung Jungkook berdegup dengan kencang karena merasa sangat gugup mencium bibir Taehyung kedua kalinya setelah di pesta waktu itu.
"Eummhh hmhh——" Jungkook berusaha yang terbaik mencium bibir Taehyung.
Ia menghisap bilah bibir Taehyung atas bawah bergantian, dia menggigit bibir lembut dan kenyal Taehyung dengan main-main. Jungkook semakin gugup kala tak mendapatkan balasan dari Taehyung.
Ia membuka kedua matanya dan jantungnya semakin berdegup dengan kencang kala mata Taehyung sedang menatapnya. Gerakan bibir Jungkook seketika berhenti walau masih dalam posisi dia menggigit bibir bawah Taehyung.
Taehyung menatap dalam kedua mata Jungkook yang terlihat bersinar karena jejak air matanya. Ia mengelus lembut rahang tegas Jungkook membuat bocah itu mengerjap pelan.
Cpk!
Jungkook melepaskan gigitannya di bibir Taehyung dan menatap gugup ke arah Taehyung yang menatapnya begitu dalam.
"Kenapa tiba-tiba sekali? Membuat saya terkejut dan gugup." Gumam Taehyung sembari mengulum bibir bawahnya yang masih terasa akan hisapan Jungkook.
Jungkook mengalihkan tatapannya ke sembarang arah dengan gelisah, dia pun berdehem pelan untuk menghilangkan rasa gugupnya.
"Hanya ucapan terimakasih." Cicit Jungkook sembari menggigiti bibirnya dengan gelisah.
Taehyung menunduk dan tersenyum geli, ia kembali menatap Jungkook lalu mengapit dagunya agar menatap ke arahnya.
"Jangan menggigiti bibirmu sendiri. Bisakah itu menjadi tugas saya?" Tanya Taehyung sembari mengelus bibir basah Jungkook.
Jungkook menahan napasnya sesaat, jari kakinya di dalam sepatu bergerak gelisah karena tatapan Taehyung membuatnya merasa sangat gugup dan aneh.
"Hm. Hanya kali ini Pak Tua." Jawab Jungkook sembari meletakkan kedua tangannya dengan ragu di bahu Taehyung.
Taehyung tersenyum lebar, dia menarik kedua tangan Jungkook agar melingkari lehernya lalu ia dengan cepat merengkuh pinggang Jungkook dengan satu tangan. Lalu tangan yang lainnya menahan wajah Jungkook hingga bibir mereka kembali bersentuhan.
Kali ini bibir mereka saling berpagut dengan dalam, Jungkook memeluk erat leher Taehyung dan membiarkan pria tua itu melumat bibirnya. Ia pun membalas lumatan Taehyung, ia mengernyit merasa begitu nikmat akan ciuman mereka.
Ciuman mereka terlihat semakin dalam dan menuntut satu sama lain hingga kepala mereka bergerak saling mendorong agar memperdalam ciuman mereka. Lidah Taehyung menyapu gigi depan Jungkook yang mana membuat sang empu melenguh dan meremas surainya tanpa sengaja.
"Eunghh!" Jungkook terengah sembari berusaha memeluk tubuh Taehyung agar tak terjatuh.
Pasalnya tubuhnya terasa lemas tiba-tiba saat lidah Taehyung masuk kedalam mulutnya. Tubuhnya merinding kala merasakan remasan lembut di pinggangnya, lidah mereka saling bersentuhan dan Taehyung menuntun lidah Jungkook agar mengikuti gerakan lidahnya.
Hingga lidah mereka saling membelit membuat kecipak aaliva terdengar cukup nyaring. Tangan Taehyung yang ada di rahang tegas Jungkook beralih ke tengkuk bocah itu, menekannya agar ia lebih dalam mengecap mulut Jungkook.
"Eunghh hnghh unghh~" Jungkook melenguh tertahan membuat Taehyung semakin rakus menikmati mulut Jungkook.
Air liur Jungkook terasa begitu manis dan membuatnya tak ingin menghentikan ciuman penuh gairah tersebut. Jungkook membuka matanya karena dia merasa membutuhkan jeda, dia berusaha mendorong dada bidang Taehyung dan pria dominan itu mengerti.
"Mmhh anghh.." Jungkook mendesah lirih tanpa sengaja saat ciuman mereka terlepas.
Jungkook terengah sembari menatap wajah Taehyung yang terlihat semakin tampan dan sexy karena tatapan sayunya. Jungkook hendak menjauhkan kepalanya saat melihat Taehyung hendak menyatukan dahi mereka, namun berakhir dia membiarkan dahi mereka menempel.
"Kau suka berciuman dengan saya?" Tanya Taehyung dengan suara seraknya.
"Tidak." Jawab Jungkook sembari menarik kecil sudut bibirnya.
Taehyung terkekeh geli karena tahu jika bocah didekapannya ini sedang berbohong.
"Apa hanya kali ini saja saya diijinkan untuk menggigit bibirmu?" Tanya Taehyung membuat alis Jungkook seketika menukik tajam.
Jungkook mendorong tubuh Taehyung dengan pelan hingga tubuh mereka sedikit menjauh.
"Kita lihat saja nanti." Jungkook mengendikkan bahunya acuh lalu dia berlari ke arah gedung rumah susun tersebut.
Taehyung tertawa pelan sembari mengusap wajahnya kasar merasa sedikit malu karena dia terlihat seperti pria tua mesum yang mengejar anak kecil.
"Sudah lama aku tak merasa bergairah karena suatu hal." Taehyung terkekeh malu melihat penis di balik celananya yang menggembung.
.
.
.
"Terimakasih banyak Jungkookie. Kita tak tahu harus membalas kebaikanmu dengan apa selain berdoa yang terbaik untukmu dan menjaga nama baikmu dengan bekerja dengan baik." Ujar salah satu tunawisma kepada Jungkook.
Hari ini adalah hari di mana para tunawisma mulai menempati rumah susun tersebut, mereka juga mulai mendapatkan panggilan interview dari pabrik milik Taehyung.
"Terimakasih. Sebenarnya aku tak berhak menerima rasa terimakasih dari kalian. Ada seseorang yang lebih berhak menerimanya, lain kali aku akan membawanya bertemu dengan kalian. Dia sangat sibuk." Ujar Jungkook sembari tersenyum lebar.
Dan Taehyung membantu Jungkook mengelola rumah susun tersebut, agar tetap terawat Jungkook harus memberikan tarif harga kepada setiap penghuni. Taehyung dengan sengaja akan memotong secara langsung gaji bulanan mereka dari pabrik untuk membayar biaya perawatan gedung.
Jungkook pun menjabarkan secara terang-terangan kepada mereka agar tidak terjadi perselisihan. Mereka tentu saja tak keberatan dan justru mengucap rasa syukur tanpa henti. Mereka yang tidak masuk kualifikasi menjadi buruh pabrik——Taehyung menempatkannya di pekerjaan bidang lain yang dapat mereka lakukan.
"Baiklah. Semoga kalian betah di sini. Aku sedang menyiapkan tes masuk ke perguruan tinggi, jadi mungkin aku akan jarang bermain ke sini. Doakan aku diterima di perguruan tinggi yang aku inginkan." Jungkook melambaikan tangan dan pamit pergi.
.
.
.
Jungkook sedang dilanda bimbang sejak beberapa waktu terakhir ini, semenjak menerima gedung rusun dari Taehyung dia seringkali merasa sungkan kepada Taehyung karena pria itu telah membantunya dalam banyak hal.
Dia merasa mempunyai hutang budi kepada Taehyung, dan yang ada di dalam pikirannya saat ini adalah dia menganggap Taehyung melakukan hal tersebut mempunyai tujuan tertentu yaitu untuk menaklukkan hatinya.
Dan jujur saja Jungkook merasa tidak akan menaruh hati kepada Taehyung, namun karena hal itulah dia merasa sangat terbebani. Sungguh, ini di luar rencana Jungkook sebelumnya yang ingin membuat Taehyung semakin jengah dan muak dengannya hingga berkahir melepasnya dengan sendiri.
Namun dia justru dihadapkan oleh kebaikan Taehyung yang bertubi-tubi, dan setiap kebaikan Taehyung membuat Jungkook terbebani.
"Apa kau menunggu saya?"
Jungkook menoleh terkejut ke arah Taehyung yang baru saja keluar dari ruang kerjanya. Pasalnya sedari tadi dia sedang berjalan mondar mandir di depan ruangan kerja Taehyung karena merasa bimbang.
"Eum bisakah kita berbicara sebentar?" Tanya Jungkook dengan gugup.
Taehyung mengangguk santai dan membuka lebar pintu ruangannya mempersilakan Jungkook untuk masuk.
"Apa yang ingin kau bicarakan? Kau terlihat sangat tegang." Taehyung terkekeh pelan.
Jungkook terlihat sangat gelisah, menatap ke arah Taehyung berulang kali dengan tatapan gugupnya.
"Baiklah. Aku akan membalas budinya dengan hal ini agar aku hidup dengan tenang tanpa beban." Batin Jungkook sembari menarik napasnya dalam.
"Mari bercinta Pak Tua." Ujar Jungkook dengan satu kali tarikan napas.
TBC
Ngewe ga ya? 🙊
100+ komen double up. No spam komen gajelas 😍
Voment guys! 💜