.
.
"Heh lo apa-apaansih" tanya Steven kesal kepada Kenzo.
"Ayo berkunjung ke mansion gue, gue bakalan ngasih lo hadiah kalau lo mau ikut gue," ajak Kenzo.
"Lo pikir gue anak-anak apa hah? Maaf ya gue ini udah dewasa dan gue tau apa tujuan lo buat maksa gue," kesal Steven.
"Tujuannya apa? Gue cuman mau ngenalin lo ke daddy, ayah dan abang gue,"
"Ngak terimakasih, gue sibuk," tolak Steven sambil hendak pergi.
"Hanya sebentar saja, lagi pula cafe itu milik ayah gue jadinya dia gak akan marah atau mecat lo," jelas Kenzo sambil menahan Steven.
"Gak makasih,"
"Ayolah sebentar saja," bujuk Kenzo.
"Pemaksaan anjirr!!" marah Steven.
"Gue gak peduli, ayoo!!"
"Nike!!" teriak Steven.
Kenzo melirik ke arah yang di lihat oleh Steven dengan kesempatan itu Steven langsung saja menendang aset milik Kenzo dan membuat cekalan tangannya terlepas.
"Ck bodoh amat dek-dek" ejek Steven lalu beranjak pergi dari sana.
"Akhh!! sial!! dia berhasil lolos lagi, kayaknya gue harus minta bantuan bang Kai untuk ini," kesal Kenzo sambil memegang asetnya.
"Untung gak lepas," batin Kenzo sambil berjalan pergi.
Steven melanjutkan jalannya ke arah taman belakang sekolah, di sana ada Mike yang sedang nyebat kalau kalian nanya di mana Nike, dia lagi sibuk ama kepala sekolah.
"Dari mana aja?" tanya Mike.
"Biasalah ngurusin anaknya pemilik caffe," jawab Steven sambil duduk di samping Mike.
"Hah siapa?" bingung Mike.
"Sihh Kenzo ituloh elahh,"
"Ohh dia, gue perhatiin lo semakin deket aja ama sihh Kenzo-kenzo itu,"
"Deket mata lo, gue tadi aja di paksa buat datang ke mansionnya padahal gue kan gak mau tapi tetap ngotot anjing!!" kesal Steven.
"Lo gak nyadar apa kalau sih Kenzo itu tertarik ama lo?"
"Njirr dia belok?" tanya Steven polos.
"Bukan belok, tapi dia itu tertarik ama lo untuk di jadikan adiknya atau apalah, pokoknya dia tertarik ama lo dan pengen lo ada di deketnya," jelas Mike.
"Ahhh ... Masak anjirr, ngak mungkin lah dia bisa aja cari orang yang gak aneh kayak gue, lo tahukan gue aneh?" polos Steven yang membuat Mike menghela nafas.
"Ya gue tahu kok," datar Mike.
"Nahh ... Sekarang dia gak punya alasan buat jadiin gue adiknya atau apa kek."
"Terserah."
...
"Ehh ... Bantuin ege jangan diem aja kek patung," kesal Lana sambil melempar lap ke arah Steven.
"Hehh!! Gak ngenakin orang lagi ngelamun aja lo!!"
"Ya biarin, udah sana bantuin sih Dani buat angkat dekorasi cafe yang udah dateng,"
"Yeyeye ... "
"Dihh ... Gemesnya sampai pengen nabok,"
"Udah jangan ribut, Steven tolong bantuin Dani di belakang sana" suruh Naya.
"Okey,"
"Giliran di suruh ama Naya nurut lo!!" sinis Lana.
"Karena dia baik gak kayak lo, dasar nenek lampir," ujar Steven yang langsung berlari.
"Hehh!! Dasar makhluk anehh!!"
"Bodoh amat!!" teriak Steven dari kejauhan.
Setibanya Steven di area belakang cafe terlihat Dani dan Mike sedang menurunkan beberapa dekorasi cafe, jangan tanya Nike di mana pastinya Nike tidak mau membantu.
"Gue bantu," ucap Steven sambil ikut mengangkat beberapa barang.
"Steven hati-hati, beberapa barang itu ada yang terbuat dari kaca jika pecah bisa melukai tanganmu." peringat Dani.
"Tenang aja."
Setelah beberapa menit menurunkan dekorasi cafe akhirnya selesai juga, saat mereka ingin masuk ke dalam cafe ada suara yang menghentikan mereka.
"Tunggu sebentar," ujar seorang pria.
"T-tuan Kai? " gugup Dani.
Steven terdiam sambil menatap ke arah Kai, ada apa urusan Kai kemari? Dan kepada lewat dari pintu belakang? Padahal pintu depan masih ada dan terbuka, anehh.
"Dia siapa? Kenapa kau gugup padanya?" bisik Steven kepada Dani.
"Dia anak dari pemilik caffe ini," jawab Dani sambil berbisik.
"Hah? Banyak amat dahh anaknya, perasaan kemarin ada 2 sekarang ada lagi?" bingung Steven sambil menatap Kai.
"Sudah diamlah, dia bisa memecatmu kalau banyak bicara."
"Ya baiklah gue diam."
Sedari tadi Kai mendengar percakapan dari Steven dan Dani, apakah kemarin kakaknya dan adik nya sempat kemari? Kenapa mereka tidak memberitahunya?
"Dani apakah kemarin Kenneth dan Kenzo sempat kemari?" tanya Kai.
"Iya tuan,"
"Mereka kemari kenapa?"
"Hanya menanyakan beberapa hal tuan, setelah itu mereka pergi."
"Baiklah kalau begitu."
Kai pergi begitu saja, membuat Steven lagi-lagi menggerutu, dari kemarin anak pemilik cafe selalu saja kemari hanya untuk menanyakan hal yang tidak penting.
...
"Kau sudah kembali bang?" tanya Kenzo sambil tersenyum misterius.
"Ya, jelaskan tentang remaja yang bernama Steven, kau pasti sudah tahukan dia siapa?" tanya Kai sambil menatap datar Kenzo.
"Haha ... Kau hanya pulang untuk menanyakan tentang remaja itu? Wow ... Sungguh menakjubkan," goda Kenzo.
"Jelaskan saja," datar Kai.
"Baiklah-baiklah, akanku jelaskan,"
"Jelaskan dengan jelas."
"Hmm."
Setelah beberapa menit menceritakan tentang Steven akhinya Kai paham dan terdiam sejenak, 2 hari yang lalu Kenneth menelfonnya kalau Kenzo tertarik dengan seorang remaja.
Awalnya Kai sama sekali tidak tertarik, tapi karena suruhan dari ayahnya ia terpasa pulang hanya untuk melihat bagaimana wajah dari remaja itu.
Kejadian di taman itu memang murni kebetulan, Kai yang saat itu ingin berjalan-jalan sebentar di taman malah di tabrak oleh remaja yang ternyata Steven.
Dan adegan perkenalkan itu di mulai, dari awal Kai sudah tertarik dengan Steven waktu itu, tapi ternyata Steven berhasil lolos dan saat itu juga baru lah Kenneth mengirim foto Steven.
"Kau sudah bertemu dengannya bang?" tanya Kenzo.
"Hmm,"
"Kau bertemu dengan Steven di mana?"
"Taman dan caffe,"
"Ohh."
"Dia memiliki sifat yang cukup keras kepala dan pembangkang," ujar Kai sambil tersenyum miring.
"Dia memang seperti itu, dan serukan kalau kita memiliki kucing liar yang harus di jinakan?" kata Kenzo sambil tersenyum miring.
"Kau benar, aku tertarik dengan Steven," ujar Kai yang membuat Kenzo bersorak senang.
"Jika kau tertarik maka segerah selesai kan pekerjaanmu,"
"Kau tenang saja, dalam waktu 2 minggu aku akan menyelesaikan semuanya dan akan bekerja lagi di sini,"
"Pilihan yang tepat,"
"Dimana ayah?"
"Ayah? Dia sedang bersama dengan daddy, mungkin di ruang kerjanya,"
"Baiklah aku akan kesana."
"Hmm."
...
"Anjirr nihh rumah sepi amat kayak kuburan, apa jangan-jangan gue yang masuk dunia lain ya? Mangkanya sepi nihh" omel Steven sambil menelusuri rumahnya.
Ini adalah rumah dari kakak yang sudah merawatnya, rumahnya memang tidak cukup besar tapi sudah cukup sekali bagi Steven apalagi kakaknya juga memberinya uang.
Kakaknya itu selalu tahu banget tentang dirinya, ya iyalah orang kakaknya yang ngerawat dia dari bayi mangkanya tau semuanya, kakaknya itu ibarat ibu Steven sendiri.
"Ngapain lagi ya enaknya?" tanya Steven kepada dirinya sendiri.
Suara ketukan pintu membuat Steven berdecak kesal, siapa sih yang dateng ke rumah orang di pukul 9 malam? Apa jangan-jangan hantu ya? Ahh bodoh amat lah.
"Njirr lahh, kok lo bisa nemu rumah gue?" tanya Steven bingung saat melihat kedatangan Kenzo.
"Bisah banget, nyari rumah lo cuman tinggal menjentikkan jari aja" sombong Kenzo.
"Dihh ... Sombong amat," sinis Steven.
"Terserah,"
"Lo mau ngapain di rumah gue? Lo ngak tahu apa sekarang udah jam 9 malam dan gue gak mau nerima tamu malam-malam,"
"Galak banget, gue di sini cuman mau nemenin lo, lo pasti sendirian kan di rumah ini?" tebak Kenzo.
"Lahh? Lo ngak kesambet kan? Apa lo kesambet sama mbk kunti di atas pohon itu?" tunjuk Steven ke sebuah pohon mangga.
"Ngak, gue masih waras," polos Kenzo.
"Dihh ... Siapa yang bilang kalau lo gila?"
"Gak ada,"
"Yaudah diem bego, sana pergi dari rumah gue, gue mau tidur," usir Steven.
"Lo ngusir gue" kesal Kenzo.
"Ya dan ya, udah huss ... Huss ... "
Untuk sekarang dan seterusnya Steven masa bodoh kalau sudah berhadapan dengan Kenzo dan yang lainnya karena jujur mereka sangat menguji kesabarannya.
Masa bodoh kalau ia di pecat nanti nya, ia masih bisa cari tempat kerja yang lainnya walaupun ngak tau bakalan nerima dia atau tidaknya karena cukup susah cari kerja di sini.
Dering ponsel dari HP milik Steven membuat pandangan Kenzo menatap ke arah ponsel Steven, dengan segera Steven mengangkat panggilan tersebut dan sedikit menjauh dari Kenzo.
5 menit setelah menjawab telepon tersebut, Steven masuk ke dalam rumah dan mengambil jacket dan kunci motornya, Kenzo masih setiap mengikuti Steven.
"Lo mau kemana?" tanya Kenzo penasaran.
"Ke arena, apa? Lo mau ikut gitu?" sinis Steven.
"Arena ya? Boleh gue ikut?"
"Lo ini ... Astagah!! bisa gila gue di ikutin sama setan kayak lo!" kesal Steven.
"Pokoknya gue mau ikut," paksa Kenzo.
Dengan santainya Kenzo mendorong Steven agar turun dari motornya dan langsung saja Kenzo menaiki motor tersebut, Kenzo mengisyaratkan Steven agar naik.
"Lo nyuruh gue naik di belakang gitu?" tanya Steven kesal.
"Hmm udah cepet naik, biar gue aja yang menyetir dan lo tunjukkin jalannya aja,"
"Gak, pokonya gue gak mau! Sini balikin motor gue"
"Naik atau gue beritahukan daddy gue kalau lo habis ngebully gue, biar lo di pecat dari pekerjaan lo dan di keluarin dari sekolah" ancam Kenzo.
"Emangnya daddy lo itu pemilik sekolah?"
"Iya, sekolah itu milik daddy gue sedangkan caffe lo itu milik ayah gue,"
"Njir lo beda bapak?" kaget Steven.
"Gak, daddy gue itu orang tua kandung gue sedangkan ayah gue itu adik dari daddy gue," jelas Kenzo
"Bilang dongg ..."
"Udah cepet naik," kesal Kenzo.
"Pemaksaan anjirr!!" ujar Steven kesal sambil menaiki motornya.