hai everyone semoga kalian masih ingat dengan aku di kisah Azzya dan Deras I'm back!
Happy reading!
♡♡♡
Seperti hari-hari sebelumnya Reshel bangun pukul 4 pagi untuk berangkat berkerja sebagai Chef direstoran ternama. Reshel harus berangkat lebih pagi karna jarak dari rumahnya ke restoran cukup jauh, apalagi dengan Reshel yang menggunakan sepeda.
"Morning Pisu..." Reshel mengusap kucing kesayangannya yang berwarna putih dan berbulu tebal.
"Ecel berangkat kerja dulu, kamu jangan nakal! kalo ada maling cakar aja,oke?"
Reshel memasukan Pisu kedalam rumahnya, lalu ia tutup dan tak lupa Reshel kunci. Ia siap berangkat kerja hari ini.
Reshel menaiki sepedanya seraya bersenandung asal. Cuaca masih sangat dingin dari sebelumnya karna semalaman turun hujan, namun hal itu tak membuat semangat Reshel turun. Ia tetap semangat, karna hari ini Reshel akan menerima uang gaji.
Lamanya mengayuh sepeda, tepat pukul 05.30 Reshel sampai di tempat kerja. Ia merkirkan sepeda di tempat biasanya, tak lupa menggembok sepeda berwarna pink itu. Takut takut di maling, walau siapa yang mau mengambik sepeda butut itu?
"Eh Reshel, tepat waktu sekali." kata Mba Nana, Kepala Chef di restoran tersebut.
Reshel menyengir kuda, seraya memakai seragam Chef. "Seperti biasanya kan Mba?"
Mba Nana membalas dengan senyuman dan mencolek Reshel. menggemaskan.
"Hari ini akan ada kepala cabang Restoran yang baru, kamu sebagai senior tolong perhatikan kebersihan dapur ya shel..."
"Siap Mba Nana." Semangat Reshel.
Meski usia Reshel masih menginjak 20 Tahun, Tetapi jabatan Reshel Di dapur lumayan tinggi. Semuanya menyukai Reshel. Ia karyawan termuda yang jiwa semangatnya tinggi, murah senyum, selalu berbagi dan selalu menggoda pengunjung tampan.
"Kepala cabang nanti ganteng banget Shel, tapi kayanya kamu gabisa godain dia."
"Ganteng banget mba?"
Mba Nana mengangguk antusias.
"Kenapa aku gabisa godain dia? semuanya yang aku godain selalu datang kembali ke Restoran..." Reshel kebingungan. Yang di ucapkan Reshel benar adanya.
"Liat aja nanti Shel, kamu juga kayanya bakal lebih milih didapur atau kamu bakal ambil cuti berhari-hari buat Healing."
"Galak?" tanya Reshel memecahkan kebingungannya.
"Lebih galak dari Pa Endi." jawabnya.
Reshel melotot dan menganga kecil. Pa endi mantan kepala cabang saja membuat Reshel pernah menangis dua hari dua malam, bagaimana dengan ini yang di ucapkan Mba Nana?
"Sudah ada pelanggan, selamat bekerja Reshel..." Ucap Mba Nana.
Reshel membuyarkan lamunanya, ia melanjutkan pekerjaanya bersama dua empat tim di dalamnya.
♡♡♡
Reshel menutup kotak bekalnya yang ia bawa dari rumah. "Ahh kenyanyaa.." mata Reshel berbinar.
"Shel, ayo!"
Reshel tersentak kaget "Ih Bagas."
"Sorry, semua Chef dipanggil kepala cabang baru." beritahu Bagas. teman dekat Reshel sesama Chef senior.
Buru-buru Reshel membereskan kotak bekalnya. menaruh kembali Tasnya kedalam loker.
Reshel dan Bagas bergegas menuju lantai dua, dimana ruangan VIP direstoran tersebut. sebelum masuk, Reshel sibuk merapihkan dirinya, membenarkan rambut kecoklatannya yang ia kuncir rapih.
"Shel, buru. Kita doang yang belum masuk." kata Bagas.
"Gua udah Oke?" tanya Reshel, memberi tampilan centilnya.
"Lu selalu oke."
"Gua tau si, Thank you."
Bagas membuka pintu dengan hati-hati seraya menunduk sopan, begitupun dengan Reshel.
"Kalian senior disini, tapi berperilaku seperti junior yang masi di arahkan."
Reshel dan Bagas saling lempar tatapan. yang bicara tadi, Kepala cabang baru.
"M-m-maaf Pak," ucap Bagas gelagapan.
Jika Bagas jantungnya berdetak hebat karna di tegur oleh kepala cabang baru. Tidak dengan Reshel yang jantungnua berdetak hebat melihat ketampanan Kepala cabang baru.
Bagas menyenggol pergelangan tangan Reshel, membuyarkan lamunan Reshel. "Eh- Maaf pak." katanya menunduk canggung.
Reshel mengetuki dirinya di dalam hati. Ia sedang melakukan hal bodoh bahkan bisa menjadi petaka.
Mba Nana yang duduk tidak jauh dari Pria kepala cabang baru itu memberi kode kepada Reshel dan Bagas untuk memperkenalkan diri.
Reshel yang mengerti mengangguk. Ia menelan salivnya kasar.
"Perkenalkan Pak, Saya Reshel Alizsya Senior Chef disini, sudah berkerja...." Reshel menggantung ucapannya, mengingat berapa lama ia bekerja disini.
"Lima, eh- Empat. Iya Pak, saya sudah bekerja empat tahun disini. Dan ini Partner saya, Bagas Satria Senior Chef disini juga."
Reshel bernafas lega mengucapkan kalimat tersebut. Sedangkan Bagas sudah berkalang kabut. Begitupun dengan Mba Nana yang sudah khawatir sedari tadi.
"Reshel?" kata kepala cabang itu.
Mati gue.. batin Reshel.
Belum Reshel menjawab. Sang kepala cabang itu sudah lebih dulu berbicara.
"Yang lain boleh keluar. Kecuali Terimakasih."
Reshel reflek mengigit jari-jari kukunya. Menatap Mba Nana seolah meminta pertolongan.
"Gas..." lirihnya. Bagas hanya tersenyum kikuk, dan mengusap bahu Reshel cepat.
Kini diruangan tersebut hanya tersisa Reshel dan kepala cabang baru tersebut. Reshel berusaha melihat kearah depan, tepat kepada Pria Kepala cabang baru.
Netra coklat pria tersebut, menatap tajam Reshel. Jika tadi Reshel terpanah oleh ketampanan pria tersebut, kini rasanya ia seperti ingin dibunuh.
"Maafkan ketelatan saya tadi, tadi waktu saya istirahat. dan- dan-" Usaha Reshel menjelaskan semuanya buyar. Ia kebingungan mampus.
"Kapan lu bakal ngelunasin hutang kedua orangtua lu?"
kali ini Reshel beneran tersentak kaget. Keningnya berkerut seraya mengdipkan matanya berkali-kali.
"Aklan Soetona madika." Sang kepala cabang itu langsung memperkenalkan dirinya dan lagi-lagi membuat Reshel kaget.
"Harta gue diambil kedua orangtua lo." katanya.
"Lo tau? berapa banyak orang yang di rugiin kedua orangtua lo? bahkan usaha-usaha kedua orangtua gue nyaris bangkrut, dan hanya Restoran ini yang masih stabil."
Reshel hanya diam. Ia tau berapa banyak hutang yang di tinggalkan kedua orangtuanya. Ia bekerja disini, putus sekolah pun untuk melunasi itu semua.
"Cape-cape gua nyari lo."
Reshel menegakan kepalanya, berusah bicara walau tenggorkannya terasa tercekat. "Saya tahu apa yang harus saya bayar. Sebelumnya saya meminta maaf untuk ulah kedua orang tua saya."
Reshel menarik nafasnya dalam-dalam. "Saya akan melunasi hutang kedua orang tua saya. saya sudah mencicil itu semua semenjak kepergian kedua orang tua saya-"
"Cicil?" potong Aklan. Ia berdesis.
"Kemana harta orang tua gue yang lo bawa?"
"Saya tidak pernah merasakan harta itu." jujur Reshel.
Aklan memperhatikan Reshel dari atas hingga bawah berkali-kali.
"Gue butuh waktu cepet buat lo lunasin semuanya." tekan Affan.
"Baik Pak."
Aklan memperhatikan wajah Reshel Intens. "Bulan ini lo ngga terima gaji. Dan bulan depan, gaji lo bakal di potong lima puluh persen."
Mati-matian Reshel menahan kagetnya. Kini matanya berkaca-kaca, ia akan mendapat setengah gaji saja?
Mau tak mau Reshel mengangguk, mungkin ini jawaban doanya agar hutang kedua orangtuanya terasa ringan. Walau dirinya yang harus tersiksa.
"Satu lagi." kata Aklan.
Reshel tak menjawab, ia hanya menunggu ucapan Affan selanjutnya.
"Nikah sama gue."
♡♡♡
Vote and comment!