¤¤¤
Nemu typo tandain ya!
¤¤¤
Istirahat pertama Agi tak menuju markas geng-nya Raja. Bukan karena tidak mau, tapi saat jam pelajaran kedua tadi perutnya perih sekali. Wajahnya juga pucat dan terlihat lemas, sampai guru yang mengajar menegur Agi yang terlihat tak fokus. Hingga Agi diminta ke UKS saja jika sakit, jadi disinilah anak manis itu. Rebahan diatas bed UKS.
Anak itu jatuh tertidur setelah diberi obat oleh dokter jaga.
Sedangkan disisi lain, Savir udah misuh-misuh karena bocah yang ia tunggu tak datang.
"Lama bener dah" Ujar Savir, kaki remaja itu bergerak tak sabaran.
"Busetdah gue susul juga nih" Kesal Savir lalu bangkit hendak menyusul Agi ke kelas anak itu.
Menyisakan Raja, Dika dan Andra yang hanya menggeleng, tidak ada yang hendak ikut, mereka membiarkan Savir saja yang pergi.
Sedangkan Savir anak itu menggerutu sepanjang jalan, sampai tak sadar datangnya dia ke gedung anak kelas sepuluh cukup membuat heboh. Gimana gak heboh kakak kelas tampan lewat tiba-tiba.
"Woy si Agi mana?" Baru datang udah teriak aja.
"Eh itu Kak, si Agi di UKS Kak. Tadi anaknya sakit" Jawab salah satu teman sekalas Agi yang kebetulan dikelas, saat jam istirahat pertama ini.
Savir tak membalas, remaja itu malah melangkah cepat ke UKS.
Sesampai didepan UKS, Savir langsung membuka pintu UKS begitu saja. Menyimbak setiap tirai mencari dimana Agi berada.
Tangan Savir berhenti menyimbak tirai pembatas setiap bed, saat matanya mendapati Agi yang terlelap. Savir mengamati wajah Agi, adik kelasnya itu memang terlihat pucat, rambutnya juga lepek akibat keringat.
"Kamu ngapain?" Teguran bersifat bertanya itu terlontar dari dokter jaga yang baru saja masuk.
"Ah itu Bu saya lagi lihat adik saya" Jawabnya beralasan, sampai-sampai mengatakan Agi adiknya.
Dokter tergolong muda itu mengangguk paham.
"Nanti kalau adikmu bangun, dikasi makan ya. Berikan yang lunak kaya bubur aja, perutnya kosong itu sampai maag-nya kambuh. Bilangin ke adik mu jangan suka telat makan, maag-nya juga kayaknya udah parah, bisa bahaya kalau kebiasaan telat makan" Jelas dokter panjang lebar.
Sedangkan Savir hanya ngangguk-ngangguk saja.
Savir memilih duduk dibangku samping brankar, matanya menatap wajah Agi yang terlelap.
"Gue kira lo mau kabur lagi Cil, taunya sakit" Gumam Savir.
•••
Setelah setengah jam lamanya Savir betah menunggu Agi bangun, kini anaknya mulai mengerjap.
"Bangun juga lo" Ujar Savir membuat Agi langsung mendudukan diri.
"Pelan-pelan Cil, pusing kan lo" Omel Savir.
"Maaf Kak, Agi ketiduran sampai gak ke markas" Ucapnya merasa bersalah.
Savir mendengus mendengar itu.
"Ngapain minta maaf njirr, kan lo sakit ya gak papa" Balas Savir.
"Nih makan dulu, perut lo kosong kan" Timpal Savir sambil memberikan bubur yang tadi dia pesan online, bahkan ia suruh kurirnya nganter sampai ke UKS dengan iming-iming tip tambahan:)
Agi menerimanya, ingat rezeki jangan ditolak kalau memang kita butuh.
Anak manis itu mulai makan bubur yang Savir belikan untuknya.
"Lagian tau punya maag, kenapa gak sarapan sih Cil?" Tanya Savir.
"Tadi buru-buru Kak, gak sempet sarapan" Jawab Agi berbohong, anak itu berucap didalam hati memohon ampunan pada Allah, karena sudah berbohong.
Agi tidak mungkin mengatakan tidak ada makanan dirumah, Agi tidak mau membuat orang berpikir tidak-tidak apalagi sampai mengasihani dirinya.
Savir mengangguk saja mendengar kebohongan itu.
"Hari ini gak usah ke markas, istirahat disini aja. Gue pergi dulu, cepat sembuh lo Cil" Ujar Savir.
"Makasi banyak Kak buat buburnya" Ucap Agi tulus.
Savir mengangguk lalu mengusap surai Agi pelan sebelum pergi dari sana. Agi sendiri melanjutkan makannya, syukurlah perutnya sudah membaik, meski masih terasa lemas badannya juga sedikit hangat mungkin efek maagnya kambuh.
•••
Jam istirahat kedua Agi memilih diam dikelas. Keadaannya sudah cukup baik, jadi memutuskan ikut pelajaran lagi. Karena biasanya jam segini dia di markas, tapi tadi Savir bilang gak perlu buat hari ini, jadi Agi cuman diam dikelas aja.
"Yang namanya Agi mana?" Seruan itu membuat Agi menoleh kearah pintu.
Anak manis itu spontan mengangkat tangannya. Murid yang mencarinya masuk.
"Nih titipan buat lo, dimakan" Seru murid itu sambil meletakan kantung plastik berisi kotak dan juga sebotol air mineral.
"Buat aku? Dari siapa?" Tanya Agi bingung.
"Bang Raja" Jawabnya, lalu berlalu pergi.
"Makasi banyak ya" Teriak Agi entah didengar atau tidak.
Agi menatap kantung plastik itu, lalu mengeluarkan kotak yang berisi nasi itu.
Agi baru sadar kejadian barusan membuat teman-temannya menatapnya. Agi jadi canggung mau makan kalau diliatin.
Dengan pelan Agi mulai memakan makanan yang Raja titip untuknya. Agi akan ucapkan terima kasih untuk kakak kelasnya itu. Entah jenis bulyyan apa yang Raja dan temannya susun untuknya, tapi yang Agi tau dia turut merasa untung.
Baru kali ini Agi tidak mau protes soal bullyan yang ia terima haha.
•••
Sepulang sekolah Agi memutuskan untuk tidak mulung hari ini, badannya masih lemas kalau dipaksa takut malah nanti semakin parah. Agi memilih naik angkot untuk menuju toko yang menjual bingkai, seingat Agi ada satu didekat daerah rumah, nanti Agi mau beli disitu lalu pulangnya mau jalan aja karena gak begitu jauh. Sayang uang kalau dibawa dua kali naik angkot.
Tak lama angkot menepi setelah Agi menyerukan kiri, setelah membayar ongkos dan turun, Agi langsung masuk kedalam toko. Anak itu melihat-lihat banyaknya jenis dan ukuran bingkai, toko yang menjual bingkai ini juga sebenarnya studio untuk foto.
Agi melihat-lihat kira-kira mana yang pas untuk foto yang ada dirumah. Tak lama Agi menemukan yang ia suka dan rasa cocok.
"Mas saya mau ini" Ucap Agi.
Pemilik toko mengangguk dan mulai membungkus. Agi juga langsung menyerahkan nominal harga yang di katakan oleh pemiliknya. Syukurlah uang yang Agi bawa cukup, masih ada kembaliannya juga meski tak banyak.
Agi langsung keluar dari toko setelah urusannya selesai, anak itu berjalan menuju rumah dengan suasana hati yang baik, senang rasanya bisa membeli bingkai baru untuk melindungi foto ibu, nenek dan bibinya, mungkin juga foto kecil ibu dan ayahnya.
Agi adalah anak yang ceria, hanya saja keadaanya yang sering sendiri dan tak ada teman membuat anak itu tampak pendiam, padahal aslinya periang penuh dengan senyuman. Tutur katanya sopan dan santun, tak pernah rasanya mendengar anak itu berucap kasar. Selalu ada kata-kata halus yang keluar, anak itu selalu tau cara bersikap.
Sebenarnya meski Agi anak periang dan penuh senyum, sebenarnya ia juga anak yang penuh dengan lukanya. Namun Agi selalu bisa menutupinya dengan baik.
Ingat senyum seseorang yang terlihat tulus dan penuh keceriaan, adalah sosok yang sebaliknya menyimpan lukanya dengan baik.
Agi adalah perumpamaan itu, anak itu pandai menutupi sakitnya. Anak itu pandai menutupi betapa banyaknya luka yang ia miliki. Jika Agi menyebutkannya satu-satu sepertinya tak akan ada habisnya.
Agi tidak punya sosok yang bisa ia jadikan tempat cerita, jadi anak itu hanya bisa memendamnya saja, lalu mengadukan semuanya pada Tuhan. Karena Agi tau tempat terbaik berkeluh kesah adalah Allah.
¤¤¤
•••
DARA WARDANIA [BIBI]
RAJAKSA PRATAMA
VALENIO PRATAMA
SAVIR ARGANTARA
ANDRA PANGESTU
DIKA ARKATAMA
•••
Tiang semua🙏
•••
JANGAN LUPA VOTE & KOMEN🙏