抖阴社区

React!

By LuminareVivi

6.3K 598 7

Hanya cerita tentang Cale Henituse berserta seluruh keluarganya yang dipaksa untuk memberikan reaction tentan... More

Prolog
Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 9
Bab 10

Bab 11

260 12 0
By LuminareVivi

Terimakasih untuk votenya! kuharap vote dan komentar akan meningkat setiap harinya!

Happy Reading ^^

"Aha, akhirnya kau tiba, ini lewat beberapa menit dari waktu yang kamu janjikan," ujar Cage saat melihat Dewa Kematian berdiri di depan.

"Awww, apa kamu mengkhawatirkan ku?" tanya Dewa Kematian yang membuat Cage mendengus pelan.

"Cepat mulai saja rekamannya," ujar Cage yang kembali membuat Dewa Kematian menjadi murung.

"Baiklah, tapi izinkan aku menebus keterlambatan ku dengan rekaman yang akan sedikit ku perpanjang. Silahkan nikmati ceritanya!" ujar Dewa Kematian kembali ceria lalu menghilang diikuti dengan layar yang  kembali menampilkan gambar rekaman.

"Sekarang, mau tidak mau aku jadi semakin terbiasa dengan sikap kurang ajar mu, Cage," ujar Taylor dengan senyum pasrah diwajahnya.

"Dan kamu harus terbiasa untuk kedepannya," balas Cage dengan jahil lalu mengalihkan fokusnya kearah layar yang kini menampilkan pemandangan yang menakjubkan sekaligus indah di mata mereka.

"Indah Sekali," ujar Rosalyn saat melihat berbagai macam bunga indah bermekaran di layar.

Ucapan Rosalyn disetujui oleh mereka semua bahkan termasuk para naga karena memang tidak ada kata yang cocok selain indah yang dapat mendeskripsikan apa yang mereka lihat ini.

"Woahh, indah sekali," bisik anak laki-laki itu sambil melihat sekeliling dengan takjub.

Thames yang mendengar bisikan kagum dari anak itu mau tidak mau membusungkan dadanya dengan bangga.

"Bukankah ini indah? Aku bisa mengatakan kepadamu dalam hal merawat taman, tidak ada yang lebih baik dari Sirius," jelas Thames yang membuat si kecil kembali melihat sekeliling seolah sedang mengabadikan pemandangan indah dihadapannya.

"Oh? Yang merawat taman itu adalah seorang Dewa? Pantas saja itu sangat indah," ujar Violan dengan perasaan kagumnya saat melihat seni indah dihadapannya itu dibuat oleh seorang Dewa.

"Thames? Kenapa kamu ada disini?" tanya seseorang yang membuat layar menangkap penampilan seorang pria dengan keindahan yang tidak bisa dijelaskan oleh kata-kata.

"Sekarang aku mengerti kenapa Dewi Waktu menyukai pria itu," gumam Cale sambil menggelengkan kepalanya dengan pelan.

"Ahh, aku jatuh cinta dengan keduanya! Aku lebih mendukung Dewi Waktu dengan laki-laki ini!" ujar Rosalyn dengan rasa riang seolah sedang melihat protagonis pria dan protagonis wanita impiannya.

"Maaf Dewa Takdir, aku juga akan mendukung keduanya," gumam Witira sambil menatap penuh semangat kearah keduanya.

"Sekarang aku mengerti kenapa Dewi Waktu jatuh cinta kepadanya, dengan wajah seperti itu wanita mana yang tidak langsung jatuh hati?" tanya Hannah sambil mendecakkan lidahnya.

Bagaimana tidak? Laki-laki yang mengeluarkan suara tadi memiliki paras yang akan membuat para wanita langsung menjerit dengan rambut putih panjangnya serta tatapan lembut dari iris berwarna ungu mudah teduh itu dan dikombinasikan dengan fitur wajah teduh dengan sentuhan kecantikan sudah lebih dari cukup untuk membuat para nona muda bangsawan jatuh hati kepadanya.

"Siapa yang kamu bawa, Thames?" tanya Sirius dengan pelan sambil menatap anak kecil yang berada di dalam gendongan Thames.

"Dia yang akan menjadi pengganti Dewa Kematian sebelumnya sekligus anak angkatku!" ujar Thames dengan ceria.

"Anak angkat?" ujar Sirius dengan ragu karena menurutnya Thames dengan kata anak tidak pernah berada di dalam bayangannya.

"Sekarang aku lebih khawatir tentang nasib anak itu," ujar Alberu dengan perasaan kasihan yang terlintas di matanya.

"Ada apa dengan ucapanmu itu? Apa kamu meragukanku?" tanya Thames dengan pipi yang menggembung kesal.

"Tidak, aku hanya sedikit terkejut, lalu siapa nama anak ini?" tanya Sirius sambil mengelus pelan anak ini dengan ekspresi penuh kasih sayang yang membuat si kecil sedikit menurunkan rasa waspadanya.

"Aku akan menamainya Black! Bagaimana menurutmu? Bukankah itu bagus?" tanya Thames dengan penuh semangat yang membuat gerakan tangan Sirius terhenti dengan cara yang aneh.

"Apa dia masih bersikeras dengan penamaannya yang buruk itu?" tanya Rashel dengan geli.

"Sepertinya tidak akan ada yang bisa menghentikannya untuk memberikan nama itu kepada si kecil, sungguh malang," balas Mila namun menatap dengan ekspresi yang sama dengan Rashel.

"Dari mana kamu mendapat nama itu?" tanya Sirius dengan tenang tanpa mengubah ekspresi lembutnya.

"Dari warna rambut serta matanya, bukankah nama Black itu sempurna?" tanya Thames sambil mengangguk-anggukan kepalanya dengan ide yang menurutnnya sangat sempurna.

"Tapi nak, apa kamu sudah mempunyai nama sebelumnya?" tanya Sirius dengan tatapan yang kini kembali mengarah kepada si kecil.

"Aku tidak memiliki sebuah nama," bisik anak itu dengan pelan.

"Ta-tapi, aku tidak ingin nama itu...," lanjut si kecil yang membuat Sirius menatapnya dengan geli.

"Awww, lihatlah perlawanannya yang tidak bisa disebut perlawanan sama sekali," ujar Cage lalu tertawa dengan pelan.

"Anak itu seperti mengadu kepada ayahnya saat dirinya sedang di jahili oleh sang ibu!" ujar Rosalyn dengan berbagai plot keluarga bahagia yang terbayang di pikirannya saat ini.

"Yah, sekarang mereka memang mirip seperti sebuah keluarga," ujar Choi Han dengan senyum tipis diwajahnya.

"Entah kenapa aku merasa jika Dewi Waktu sudah mengetahui jika penamannya itu buruk, kurasa ia hanya ingin menggoda anak itu," ujar Cale dengan pelan.

"Kenapa? Bukankah itu nama yang bagus?" tanya Thames dengan ekspresi sedih yang terlukis di wajahnya.

"Ti-tidak, bukan begitu! A-aku hanya-"

"Hentikan itu Thames, kamu membuatnya menjadi serba salah," ujar Sirius sambil menggelengkan kepalanya dengan pelan.

"Pfttt, aku bercanda nak, tapi jika kamu menyukainya maka aku akan menamakanmu dengan nama itu," ujar Thames dengan jahil yang membuat anak itu menggelengkan kepalanya dengan panik sebelum mengalihkan pandangannya kearah Sirius untuk mencari bantuan.

"Imut, imut, imut, sangat imut!" gumam Witira dengan gemas saat tatapan memelas itu terekam jelas di layar.

"Sungguh Dewi yang sangat jahil," bisik Deruth dengan istrinya yang sudah tiada sekaligus ibu kandung Cale yang tingkahnya hampir persis seperti Dewi itu.

"Hentikan itu Thames, atau kau akan membuatnya menangis," peringat Sirius dengan lemah.

"Aku tidak menangis!" balas anak itu dengan wajah yang sudah ia sembunyikan di bahu milik Thames.

"Tolong, aku akan mati jika melihat keimutan ini terlalu banyak," ujar Bud dengan dramatis.

"Kalau begitu matilah dengan tenang," balas Glenn dengan tidak peduli yang membuat Bud menatapnya dengan garang yang tentu saja diacuhkan oleh Glenn.

"Aww, baiklah, aku tidak akan menjahilimu lagi, jadi berhentilah menangis," ujar Thames menghiburnya dengan pelan.

"Aku tidak menangis!" bantah anak itu dengan keras, walaupun matanya tertutup, Thames tahu jika dia menagis, itu terlihat jelas dari bulu matanya yang sedikit lembab oleh air mata.

"Jadi kenapa kalian mencariku?" tanya Sirius menjadi penengah mereka.

"Benar, kamu bisa melihat sendiri bukan jika anak ini masih belum bisa mengendilkan kekuatannya? Aku kemari untuk bertanya apa kamu memiliki sesuatu untuk membantunya?" tanya Thames sambil menepuk pelan kepala si kecil beberapa kali.

"Biarkan aku berpikir sebentar. Emm, kurasa aku memiliki sesuatu untuk membantunya, hanya sebatas menahan kekuatan di matanya apa itu tidak masalah?" tanya Sirius kembali.

"Tentu saja tidak masalah, aku senang jika kamu memiliki sesuatu untuk membantunya," jelas Thames yang membuat Sirius tersenyum tipis sebelum mengeluarkan sebuah kain tipis berwarna hitam dari udara kosong.

"Pakai ini dan lihat apakah itu berhasil," ujar Sirius lalu menyerahkan kain itu kepada si keci.

"Hanya perlu diikatkan menutupi mataku?" tanya si kecil dengan bingung.

"Itu benar, apa kamu bisa, jika tidak maka aku akan membantumu," ujar Sirius yang dibalas gelengan pelan oleh si kecil.

"Ini terasa aneh," gumamnya dengan pelan saat melihat penghalang yang menghalangi matanya.

"Lalu coba buka matamu dengan perlahan," ujar Sirius yang mendapat gelengan penolakan penuh dari si kecil.

"Aku tidak mau, aku tidak mau melihat kabut mengerikan itu lagi," bisik anak itu dengan pelan dikalimat keduanya.

"Itu tidak akan terjadi, percayalah kepadaku," bujuk Sirius dengan lembut yang membuat si kecil sedikit goyah.

"Tidak apa-apa nak, kau bisa menutup matamu kembali jika kamu melihat kabut itu," ujar Thames ikut membujuk.

Dengan perasaan takut, dia mulai membuka matanya hanya untuk dihadiahi dengan bayang buram kedua orang dihadapannya tanpa memiliki warna tanpa adanya kabut hitam yang menghantuinya.

"Apa itu berhasil? Kurasa itu adalah barang misitis lainnya," ujar Sheritt dengan pelan.

"Tapi dilihat dari layar, bukankah itu sama saja dengan setengah buta jika dia tidak bisa melihat warna dengan matanya?" tanya Raon dengan bingung.

"Setidaknya itu lebih baik daripada melihat kabut hitam mengerikan itu bukan?" balas Sheritt yang membuat Raon mengangguk pelan.

"Bagaiman dengan itu?" tanya Sirius saat melihat anak itu yang menatap dirinya dan Thames dengan linglung.

"Aku tidak melihat kabut hitam itu, aku tidak melihatnya!" serunya kembali dengan penuh semangat sambil membuka tutup matanya hanya untuk memastikan jika dia benar-benar tidak melihat kabut yang dimaksud.

"Syukurlah, lalu bagaimana? Apa kain itu nyaman saat dipakai?" tanya Sirius kembali.

"Selain terasa aneh karena ada yang menghalangi mataku selebihnya baik-baik saja!" ujar anak itu dengan gembira, bahkan sesekali suara tawa kecil keluar dari mulutnya.

"Dia terlihat sangat gembira padahal dia tidak bisa melihat warna kembali dengan menggunakan itu," ujar Paseton dengan pelan.

"Bagus sekali! Apa ada efek samping dari benda ini?" tanya Thames sedikit khawatir.

"Hanya membuat penggunanya menjadi tidak melihat warna sekaligus cahaya sehingga membuat matanya sedikit tidak fokus saat melihat seseorang ataupun sebuah objek, apa kamu tidak masalah dengan itu?" tanya Sirius yang membuat Thames berpikir sejenak.

"Tidak! Aku tidak masalah dengan ini sama sekali tidak," ujar anak itu dengan sedikit panik sambil memegang kain yang kini menutupi matanya.

"Baiklah jika kamu tidak keberatan maka aku tidak bisa mengatakan apa-apa," ujar Thames dengan pelan yang membuat anak itu memekik kegirangan.

"Sungguh kebahagian yang sangat sederhana," bisik Cale dengan pelan.

"Apa ada lagi yang kamu butuhkan?" tanya Sirius yang membuat Thames kini menatapnya dengan serius.

"Kamu bisa melihatnya sendiri bukan? takdir berbelit anak ini?" tanya Thames dengan khawatir.

"Tentu aku bisa melihatnya."

"Bisakah kamu yang memberikan anak ini sebuah nama? Aku harap nama yang kamu berikan memberikan dia sebuah takdir yang baik setiap kali dia memilih benang takdir yang membelit dirinya," ujar Thames dengan penuh permohonan yang tulus.

"Jadi itulah tujuan akhirnya, dia tidak salah karena sebuah nama sangat mewakili identitas seseorang dengan nama yang baik, bukan tidak mungkin anak itu akan memiliki nasib baik kedepannya," ujar Eruhaben dengan pelan.

"Maaf, tapi aku tidak bisa," ujar Sirius masih dengan senyuman diwajahnya yang membuat Thames menatapnya dengan tidak percaya.

"Kenapa? Kamu adalah Dewa Harapan, apa sangat sulit untuk melakukan itu?" tanya Thames dengan bingung.

"Ahh, jadi identitas Dewa itu adalah Dewa Harapan? Bukankah itu mirip dengan prediksi anda dan Choi Han sebelumnya, yang mulia?" ujar Rosalyn yang membuat kedua orang itu terdiam karena apa yang mereka katakan sebelumnya hanya spekulasi tanpa bukti.

"Ada orang yang lebih pantas memberinya sebuah nama dibandingkan aku."

"Apa itu aku?" tanya Thames dengan ragu karena sejujurnya estetika penamaannya sangat buruk.

"Akhirnya Dewi itu sadar jika penamaannya sangat buruk," ujar Rashel sambil mendecakkan lidahnya.

"Bukan kamu juga."

"Lalu siapa?"

"Aku juga tidak tahu, biarkan takdir yang membawanya menemui orang itu," ujar Sirius yang membuat Thames terdiam.

"Baiklah aku mengerti, terimakasih atas bantuannya, Sirius."

"Bukan masalah sama sekali, apa kamu mengetahui kabar Erebus?" tanya Sirius masih dengan senyum lembutnya yang membuat Thames memiliki sedikit perubahan ekspresi.

"Dia baik-baik saja, bahkan sikap tegasnya masih sama seperti biasa," jelas Thames yang justru membuat senyum diwajah Sirius semakin mengembang.

"Begitukah? Syukurlah jika dia baik-baik saja," ujar Sirius dengan lega.

"Kamu terlalu baik, Sirius," bisik Thames yang membuat Sirius hanya menatapnya dalam diam.

"Dia bahagia dengan impiannya maka itu lebih dari cukup."

"Lalu bagaimana dengan kebahagiaanmu? Kamu hampir menghilang karena tidak memiliki pengikut atau bahkan penganut setia!"

"Kebahagiaanku? Tentu saja melihat adikku bahagia. Apa lagi yang membuat seorang kakak merasa bahagia selain itu?"

"Sudahlah, mari hentikan pembicaraan ini," ujar Thames mengalah untuk yang kesekian kalinya.

"Apa ada lagi yang-" ucapan Sirius terhenti yang membuat Thames menatapnya dengan khawatir.

"Ada apa?" tanya Thames khawatir bagaimana jika Dewa didepannya ini tiba-tiba menghilang? Sungguh Thames tidak bisa membayangkannya sama sekali. Seandainya seorang Dewa bisa menjadi penganut Dewa lain maka Thames akan dengan senang hati menjadi penganut setia Sirius.

"Sepertinya ada yang menggunakan kekuatanku di dunia manusia," ujar Sirius dengan pelan.

"Apa bagaimana bisa itu terjadi?!" tanya Thames dengan campuran bingung sekaligus sedikit harapan.

Jika ada yang menggunakan kekuatannya bukan tidak mungkin jika masih ada manusia yang menjadi penganutnya bukan?

"Apa?! Bagaimana bisa layar mati begitu saja?!" tanya Bud dengan sedikit tidak terima.

"Aku akan kembali lagi nanti, silahkan nikmati waktu istirahat kalian."

"Sial, dia memotong di bagian yang tanggung!" desis Cage dengan kesal.

"Kurasa tebakan mu benar Choi Han, kalung yang digunakan oleh naga kecil itu benar-benar barang mistis milik Dewa Harapan," ujar Alberu yang membuat Choi Han terdiam.

"Apa hanya aku yang justru lebih memperhatikan hubungan aneh Dewa Harapan dengan Dewa Takdir? Kurasa ada semacam konspirasi di sini," ujar Hannah dengan pelan yang membuat semuanya tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing.

|•••|

••

Tolong tandai jika terjadi typo atau semacamnya. Terimakasih untuk yang sudah membaca dan memberikan vote.

Continue Reading

You'll Also Like

2.9K 292 18
Ringkasan: Saat Kim Rok Soo bereinkarnasi ke tubuh Cale Henituse, ada tiga hal yang dia ketahui: 1) Dewa sialan itu menepati janjinya, 2) Dia punya...
5.7K 1.2K 11
Cale atau lebih tepatnya Kim Rok Soo, cukup percaya diri karena Ia berhasil menipu semua orang di kediaman Henituse. Tapi rasa kepercayaan diri itu...
53.7K 6.1K 37
Cerita ini berawal setelah cale dan kelompoknya berhasil menyelesaikan 5 tahap ujian dari dewa yang tersegel. Kemudian cale akan melaksanakan rencana...