"bawa pasien ke UGD sekarang. pastikan pasien masih ada detak jantungnya" pinta sang dokter.
suster yang sedang membawa pasien ke UGD menggunakan brankar di ikuti oleh teman-temannya nara. saat nara sudah berada di UGD naya tidak diperbolehkan untuk masuk ke ruangan tersebut, dikarenakan hanya suster dan dokter saja yang boleh masuk karena sedang di tanganin secara serius.
"maaf mba, mba nya boleh menunggu di luar saja" ucap salah seorang suster yang sedang mencoba menutup pintu.
tepat saat pintu tersebut di tutup naya hanya bisa mendoakan nara supaya tidak terjadi kecelakaan saat sedang melakukan operasi.
raiden yang sedang menutup menangis hanya bisa menutup muka nya dengan ke dua tangan kekar nya tersebut.
"den.....nara ga bakalan kenapa-kenapa, udah jangan nangis ya" ucap arsa mencoba menenangkan raiden "bentar, aku mau ke naya dulu den"
saat aksa berdiri mau menuju naya, raiden memegang tangan arsa "mau ngapain ke naya ar" ucap raiden ke arsa dengan heran.
"mau nanyain ke naya kalo dia udah ngabarin keluarganya belum"
raiden terdiam sebentar lalu melepaskan tangan nya "bentar doang ko den ga bakalan lama" raiden mengangguk.
arsa melangkah menuju naya yang sedang duduk melamun tidak berkedip sedikit pun di samping pintu.
"nay"
naya masih terdiam tidak menggerakkan tubuh dan tidak merespon ucapan arsa "nay" ucap arsa sekali lagi, karena dirasa naya masih tidak merespon ia memegang bahu naya.
"eh" naya berdiri dengan mengerutkan alis "o-oh arsa, kenapa ar"
"kamu udah hubungin keluarga nara ga nay" naya terdiam sesaat mendengar ucapan arsa barusan.
"nay, kenapa bengong lagi" ucap arsa ketika melihat naya bengong mendadak, ia mencoba membuat naya tidak bengong dengan cara menggerakkan tangan ke kanan dan ke kiri tepat di depan muka naya.
"em.......jadi gini ar, nara itu udah ga punya ibu. ibu nara meninggal 1 tahun yang lalu" nara mencoba menarik nafas supaya tidak menangis lagi "papa nara"
arsa terkejut mendengar kabar yang selama ini tidak ia ketahui. terlebih lagi, nara itu anak yang ceria dan selalu tersenyum setiap saat, jadi tidak heran jika banyak yang suka sama nara.
namun bukan hanya nara yang banyak di sukai oleh banyak lelaki, naya juga menjadi orang yang selalu di incar banyak lelaki. bisa di simpulkan kalau 2 sahabat dadi kecil itu selain murah senyum juga menjadi cewe paling populer di sekolah permata 1.
"papa nara kenapa nay?"
tepat saat itu juga raut muka naya yang semula ingin menangis berubah menjadi tatapan tajam "papa nara. cih, sebenernya aku rada males nyebut orang itu dengan sebutan papa nya nara"
arsa tambah penasaran dengan ucapan naya "iya.... orang itu kenapa nay" ucap arsa ingin tahu jawaban naya.
"mau tau"
arsa mengangguk memberi tanda iya. lalu naya mengajak arsa untuk duduk di bangku "duduk dulu baru aku kasih tau apa yang terjadi"
setelah mereka berdua duduk naya mulai menceritakan kejadian di masa lalu nara.
"jadi 1 tahun yang lalu nara kan masih duduk di bangku smp kelas 3 kan" ucap naya menjeda ucapan nya untuk menarik nafas sebentar, arsa hanya mendengarkan dengan sungguh-sungguh.
"nah pada tanggal 8 desember tante mita ulang tahun yang ke 38 tahun jadi tante mita ke pasar naik bus" saat naya menjelaskan cerita tersebut raiden menghampiri mereka dan memotong pembicaraan "lagi ngomongin apa kamu ar, nay kaya serius gitu"
"den, jangan potong pembicaraan dulu, aku lagi dengerin cerita ibu nya nara 1 tahun lalu" ucap arsa, raiden bingung dengan ucapan arsa "ibu nya nara, kamu ga di ceritain sama nara emangnya?" tanya arsa.
"kenapa dengan ibu nya" raiden yang sudah malas menanggapi hal tersebut memilih diam saja "makanya kamu jangan motong aku ngomong, dengerin oke" raden mengangguk dan ikut duduk di samping arsa.
"lanjut ya" mereka berdua mengangguk seperti seorang kakak yang sedang momong ke dua adiknya.
"setelah naik bus, ibu nara kecelakaan dan masuk ke jurang. kalian tau kan jurang yang di pagari"
"jadi kejadian bus yang masuk jurang itu salah satunya ibu nara nay"
naya mengangguk dan sedih kalau mengingat kejadian itu lagi. kenapa naya sedih? sebab sejak naya di tinggal ibunya, tante mita lah yang menjaga naya. tante mita menjaga naya seperti anaknya sendiri.
"iya. tapi kata polisi saat menyelidiki bus yang masuk ke jurang sih katanya ada yang sengaja merusak bagian rem"
"ko bisa" naya menggeleng tidak tau.
"tapi saat tante mita meninggal, ayah nya nara jadi sering mabuk, pulang malem bahkan menyiksa nara tanpa sebab" mereka berdua terheran-heran.
"tapi suatu hari, nara melihat ayah nya bersama wanita lain di cafe. nara yang melihat kejadian itu tidak tinggal diam, ia masuk ke cafe dan menjambak rambut wanita tersebut"
"aku setuju sih sama nara sih. tapi nay kamu tau ga siapa wanita itu?" raiden menanyakan siapa wanita yang jadi selingkuhan tante mita.
"ga tau, nara ga nge bolehin aku tau siapa wanita itu. namun nara bilang, katanya anaknya sesekolahan sama kita"