Semenjak Sarada sadar dari pingsannya dan terus saja mengumpati dirinya, Boruto menjadi merasa heran dengan gadis itu. Jika orang lain yang melihat gadis itu memang Sarada terlihat biasa-biasa saja, tapi bagi Boruto yang sejak kecil terus bersama Sarada tentu saja menyadari keanehan itu.
Seperti saat ini...
Disaat Boruto sedang membuntuti gadis itu dari langit dengan cara terbang dan terpergok oleh Sarada. Gadis itu malah berteriak ketakutan dan lari. Kenapa perlu lari? Bukankah Sarada sudah tau jika Boruto bisa terbang?
Dan larinya itu terlihat seperti orang yang lari tapi tidak tau mau lari kemana. Tadi belok ke kanan tapi setelahnya kembali lagi lalu belok kiri, balik lagi ketempat semula lalu tengok kanan dan kiri. Seperti tidak mengenal tempatnya tinggal saja.
"Akkhh! Kemana aku harus pergi!" Seru Sarada frustasi. "Ini dimana!? Kampungnya siapa? Aku tidak hafal tempat ini!"
Tuh kan, Boruto yang masih terbang dan memperhatikan Sarada secara terang-terangan saja hanya memilih untuk memperhatikan gadis itu saja. Karena jika Boruto mengeluarkan kalimat yang ada Sarada akan semakin mencak-mencak tidak jelas.
"Hei! Kau siluman! Bisa turun tidak!?" Seru Sarada yang akhirnya mau berbicara padanya.
Dengan perlahan Boruto pun turun kehadapan gadis itu sementara gadis itu masih tetap menjaga jarak dengannya. Bahkan sedikit memundurkan badannya saat Boruto turun dari langit.
"Ada apa?"
"Kenapa kau mengikutiku brengsek! Kau tau aku takut tapi masih saja terus mengikutiku! Mau mu apa?" Seru Sarada.
"Kau aneh. Makanya aku mengikutimu."
"Aneh bagaimana!?" Tanya Sarada masih dengan nada suara kesal.
"Ya seperti saat ini. Kau lari keliling desa, tapi ujung-ujungnya kembali lagi ke tempat semula. Seperti tidak hafal jalan desa sendiri." Ujar Boruto.
"Aku memang tidak hafal jalan. Aku buta arah, ditempatku saja aku masih suka kesasar apalagi ini ditempat yang asing bagiku!"
Boruto menautkan alisnya mendengar ucapan Sarada. 'Buta arah? Sejak kapan?' batin Boruto. Setau Boruto, Sarada itu pintar membaca arah. Mana timur, barat, utara dan selatan.
"Dan kau... Kenapa wajahmu mirip dengan si bodoh itu? Oke, mungkin luka dimatamu saja yang menjadi pembeda. Tapi kenapa mukamu mirip si bodoh itu!" Ujar Sarada. "Aku yakin ini bukan tempatku."
"Si bodoh? Siapa si bodoh?"
"Boruto, Boruto Uzumaki. Anak yang tidak bisa bersyukur memiliki orang tua yang baik dan sangat menyayanginya. Tapi malah membunuh keluarganya sendiri!"
Mata Boruto membulat. Apa? Zenno kah?
"Seharusnya kau dipenjara. Bukannya malah masih bisa bebas dan bisa menghirup udara segar. Mati saja kau dipenjara."
"Ucapanmu kasar sekali." Ujar Boruto memandang Sarada datar. "Jika kau tidak menyukai keberadaanku oke, aku akan pergi. Lakukanlah sesuatu sesuka hatimu ditempat yang kau anggap asing ini." Ucap Boruto dan langsung pergi meninggalkan Sarada yang terdiam di tempat menatap sosok Boruto yang terbang menjauh darinya.
Entah mengapa Sarada merasa perasaan bersalah pada orang itu.
.
🕛🕒🕑🕛🕑🕔
.
Boruto masih berada di UKS sejak sejam yang lalu. Lebih tepatnya sejak Sarada sadar dan langsung dibawa Kawaki pergi. Dirinya memilih untuk tetap berada disana karena dia memang tidak ingin pulang cepat. Untuk apa pulang cepat jika tidak ada yang menyambut kepulanganmu.
Suara langkah kaki membuat Boruto menatap ke arah pintu masuk. Disana dia melihat Sarada tengah berdiri dengan nafas yang terengah-engah. Kenapa dengan gadis itu?
"Boruto!" Sarada menghampiri Boruto dan berdiri dihadapannya.
"Ada apa Sarada? Kenapa kau berlari? Dan kenapa kau kesini lagi?" Tanya Boruto.
"Kau sendiri kenapa masih disini?"
"Aku penjaga UKS."
"Tapi sekolah sudah sepi. Aku lihat sudah tidak ada orang digedung ini."
"Kau tau sudah tidak ada orang disekolah kenapa kau kembali kesini?" Tanya Boruto lagi.
"Aku ingin pulang. Tadi saat sadar aku berada disini, itu artinya kalau aku ingin pulang aku harus ketempat ini lagi." Ucap Sarada membuat Boruto kembali bingung.
"Pulang? Memangnya Kawaki tidak mengantarmu pulang?"
"Ini bukan tempat asalku." Seru Sarada.
"..."
"Aku ini seorang ninja, bukan anak sekolahan. Dan lagi rumah yang ditunjuki Kawaki itu bukan rumahku. Aku asing dengan rumah itu." Ucap Sarada namun Boruto tetap memandangnya dengan bingung.
Boruto berdiri dan menarik Sarada untuk duduk di atas ranjang. "Sepertinya otakmu sedikit bergeser. Duduk, biar aku periksa."
"Kau menyangka aku gila begitu? Aku serius. Ini bukan duniaku."
"Hah..." Boruto menghembuskan nafasnya seolah lelah dengan semua ucapan konyol Sarada. "Baiklah. Jika ini bukan duniamu, lantas duniamu itu seperti apa?"
"Duniaku adalah dunia ninja. Aku seorang kunoichi hebat dan berbakat, aku punya teman masa kecil yang wajahnya mirip denganmu dan namanya pun mirip denganmu, hanya saja dia punya luka gores dimata kanannya." Ujar Sarada.
Boruto terdiam beberapa saat sampai dia berlari kearah meja yang sempat dia duduki tadi dan mengambil sesuatu di dalam tasnya. Sebuah buku.
Sarada melihat Boruto menghampirinya seraya melihat-lihat isi dari dalam buku tersebut. Tapi jika dilihat dari sampulnya itu seperti buku komik.
"Apa kau punya sharingan?" Tanya Boruto.
"Iya. Itu ciri khas klan Uchiha. Kau tau?"
"Apa teman masa kecilmu itu seorang buronan dari berbagai negara shinobi?"
"Iya." Seru Sarada semakin antusias saat Boruto bisa mengingat semuanya. Namun sayangnya pemuda itu malah menghela nafas berat.
"Sarada sepertinya kau harus banyak baca buku pelajaran, bukannya malah banyak baca komik. Semua yang kau katakan itu hanya ada dalam komik ini." Ucap Boruto sambil melempar buku yang sempat dia ambil pada Sarada.
Sarada melihat cover buku tersebut dan membuka lembaran demi lembaran buku komik tersebut. Dan dia terkejut bahwa kisah teman masa kecilnya bisa ditulis menjadi sebuah komik seperti ini. Tapi anehnya nama karakter disini beda.
Bolt: Two Blue Vortex.
Sinopsis
Bolt Uzuma itu dirinya yang dulu sebelum dia kehilangan segalanya, sekarang dia hanyalah Seorang Bolt Otsutsu, Seorang Nukenin yang hanya ingin mengambil kembali hak nya, kehidupan dan posisinya. Seorang nukenin terkuat sepanjang sejarah telah kembali untuk menantang 'Saudara' nya, Perang akan terjadi, Kematian didepan mata, dan sekarang waktu eksekusinya, Welcome Back Bolt Otsutsu, Welcome To Reality.
Begitulah judul dan sinopsis dalam komik tersebut.
Sarada tercengang dengan semua ini? Kalau memang dirinya adalah karakter bernama Salad lalu bagaimana bisa dia bertukar tempat seperti ini?
Sebenarnya dia Sarada atau Salad? Kepala Sarada pusing memikirkan ini semua. Jelas-jelas alur cerita dikomik itu adalah alur kisah nyatanya tapi nama di komik tersebut adalah Salad dan Bolt. Sementara nama Sarada dan Boruto yang kini dia ucapkan sejak tadi... Dia tidak ingat dengan semua kisah di dunia ini.
"Sarada kau baik-baik saja?" Tanya Boruto khawatir.
"Boruto, aku tidak tau mau mengatakan apa padamu. Tapi aku ingin bilang, aku tidak ingat dengan dunia ini. Yang aku ingat adalah dunia dalam komik itu. Entah kau mau percaya atau tidak... Aku bukan Sarada yang kau kenal, dan aku juga tidak mengenalmu sebagai Borutoku." Ucap Sarada memandang serius Boruto yang kini hanya diam menatapnya.
"..."
"..."
Mereka berdua pun terdiam dalam keheningan. Boruto mengambil tempat disamping Sarada dan duduk di sebelahnya, diatas ranjang yang sama.
"Apa kau tidak mengingatku?" Tanya Boruto.
"Aku ingat kau... Tapi tidak di dunia ini." Ucap Sarada sambil menunduk.
"Apa di duniamu aku seseorang yang buruk?" Tanya Boruto sambil membuka komik ditangannya dan menelusuri isinya.
"Tidak... Kau bukan seseorang yang buruk. Hanya saja dunia memang pernah memandangmu buruk." Ucap Sarada.
"Jika kehidupan yang kau ingat adalah kehidupan di alur cerita ini... Apa kau benar-benar mendukung tokoh utama disini?" Tanya Boruto seraya mengangkat komik tersebut dihadapan Sarada.
"..."
"Apa kau benar-benar peduli padanya? Pada buronan yang dituduh membunuh keluarganya sendiri hingga dijauhi semua orang?"
"Tentu saja aku peduli pada Borutoku... Aku akan melakukan segala cara agar nama baiknya bisa kembali. Karena aku tau siapa Borutoku sejak kami masih kecil. Itu semua hanya fitnah dari saudara angkatnya." Ucap Sarada penuh dengan keyakinan.
"Aku juga ingin kau seperti itu padaku Sarada." Ucap Boruto sambil menatap sedih kemata Sarada.
"Hah?"
"Aku ingin kau- tidak. Aku ingin Saradaku juga bisa bersikap sama sepertimu. Aku ingin... Saradaku bisa percaya padaku bahwa aku bukanlah pelaku pembunuhan dari keluargaku sendiri."
"!" Mata Sarada membulat saat mendengar ucapan Boruto yang ada di depannya.
"Aku tidak peduli jika semua menjauhiku. Tapi aku tidak ingin Saradaku pergi menjauh dan meninggalkanku."
"Maksudmu apa Boruto? Katakan yang jelas padaku? Ceritakan semua agar aku paham maksudmu?"
"Bolehkah?" Tanya Boruto memastikan apakah dia bisa bercerita pada sosok Sarada namun berjiwa orang yang berbeda.
"Ya... Ceritakan padaku."
"Aku Boruto Uzumaki. Keluargaku telah tiada sejak 3 bulan lalu karena dibunuh oleh perampok di rumah kami. Pembunuh itu membunuh ayah, ibu dan juga adikku. Namun senjata-senjata yang ditemukan oleh polisi di TKP hanya terdapat sidik jariku karena memang senjata yang digunakan pelaku adalah milikku. Senjata itu adalah sebuah pedang yang kubeli untuk kujadikan pajangan di dalam kamarku."
"..."
"Tapi aku bersumpah bukan aku pelakunya, karena saat kejadian itu aku sedang berada diluar kota untuk menghadiri lomba cerdas cermat yang di adakan oleh sekolah kami."
"..."
"Karena bukti sidik jari itu aku sempat dijadikan pelakunya, namun kesaksian dari guru, juri dan peserta lain yang ikut menghadiri lomba cerdas cermat bersamaku membuatku punya bukti yang kuat kalau bukan akulah pembunuh mereka. Karena itu aku tidak jadi dipenjaran. Namun orang lain tetap menuduh bahwa aku adalah pembunuh keluargaku sendiri, mereka mengira aku bebas karena membayar para polisi dengan uang jaminan. Tapi nyatanya para polisi sendiri yang membebaskan ku."
"..."
"Sekarang... Nasibku tidak jauh berbeda dengan Bolt. Hanya saja Bolt masih memiliki Salad yang berada dipihaknya. Sementara aku... Aku benar-benar sendiri. Saradaku tidak percaya denganku dan memilih ikut menjauh dariku. Meninggalkanku sendirian."
"Kenapa kau begitu sedih kalau sosokku menjauhimu? Memangnya kau siapanya Sarada di dunia ini? Apa kalian teman sejak kecil juga?" Tanya Sarada.
Boruto mengangguk "Ya... Aku dan Saradaku juga teman sejak kecil. Dan sebelum kejadian ini aku dan Sarada... adalah tunangan."
"Apa!?"
"Tapi setelah kejadian ini, Sarada memutuskan hubungan kami dan berpindah pada Kawaki. Keponakan paman Neji dari pihak istrinya."
.
🕛🕒🕑🕛🕑🕔
.
Sarada terus melangkah entah kemana. Tapi semakin dia melangkah, langkahnya malah menuju ke lembah kematian. Dimana lembah itu menjadi sejarah bagi dua shinobi hebat yang mengakhiri perang besar, perang dunia ninja keempat. Tempat bersejarah bagi Sasuke Uchiha dan NarutoUzumaki.
Namun kini Sarada tengah berada disana, namun itu bukanlah Sarada seorang kunoichi. Melainkan Sarada dari ibu kota yang jiwanya tersesat ditempat yang tidak dia ketahuin. Sesampainya dipinggir tebing Sarada hanya bisa terdiam mematung. Dia tidak tau harus kemana lagi, dia tersesat dan kali ini dia tidak bisa pulang ke tempat asalnya.
Perlahan air mata turun dari sudut matanya, disusul dengan tubuh tersebut yang jatuh merosot duduk di pinggir jurang. Sarada menangis, dia tidak suka tersesat seperti sekarang ini. Karena jika dia tersesat hanya ada satu nama yang selalu bisa dia ingat disaat seperti ini...
"Boruto... Hiks... Aku ingin pulang."
Namun sosok itu tidak ada di dunia ini. Memang ada yang mirip, tapi itu bukanlah Boruto yang dia kenal. Boruto yang dia kenal selalu menatapnya dengan tatapan cinta yang sangat terlihat jelas, sementara Boruto yang disini. Tatapan mata pemuda itu terlihat begitu misterius, Sarada bahkan tidak bisa menebak bagaimana Boruto yang disini memandangnya. Kadang terlihat datar, kadang terlihat khawatir, kadang terlihat acuh.
"Hiks... Boruto."
"Tadi kau memaki-maki dirinya, sekarang kau menangisinya... Sebenarnya kau ingin bagaimana dengannya." Ucapan itu membuat Sarada menoleh dan mendapati sosok Boruto dengan luka dimatanya sedang berdiri menatapnya dengan pandangan datar.
"Kau... Bukan Boruto yang ku kenal." Ucap Sarada seraya berdiri.
"Dan kau juga bukan Sarada yang ku kenal." Ucap Boruto juga dan kali ini Boruto memberikan sedikit hadiah pada sosok Sarada yang ada dihadapannya. Hadiah sebuah tendangan diperut gadis itu.
"Ugghh!!"
Mendapat serangan dari sosok Boruto tentu saja membuat Sarada terkejut terlebih saat tubuhnya melayang dan terbang melewati tepi jurang. Sarada akan jatuh dari tebing tersebut dan otomatis Sarada langsung menatap Boruto yang diam saja memperhatikannya.
"Boruto..." Tangan Sarada mencoba menggapai sosok tersebut namun sayang, efek gravitasi membuatnya terjun dengan sangat cepat menuju dataran dibawah sana. 'Boruto.' Sarada menutup matanya karena menyadari sisa hidupnya tidak akan lama lagi.
Namun setelah merasakan angin yang menerpa tubuhnya tiba-tiba menghilang Sarada dengan perlahan membuka kedua kelopak matanya. Dia melayang, dan sosok yang mirip dengan Boruto menangkapnya ala bridal styel.
"Siapa kau?" Tanya Boruto menatap Sarada makin tajam. Boruto bingung memandang gadis digendongannya ini. Pasalnya gadis ini berwujud Sarada tapi sikap dan perilakunya berbeda dari Sarada yang biasanya.
Apa jiwa Sarada tertukar dengan orang lain?
Tapi bertukar dengan siapa?
Jika bertukar jiwa dengan klan Yamanaka maka Boruto akan menuduh Inojin sebagai pelakunya, karena pemuda itu bisa melakukan sintensin.
Boruto menurunkan sosok Sarada yang masih menangis sambil memegang perutnya. Sepertinya gadis itu ketakutan dan masih merasakan sakit karena tendangannya. Jika itu adalah Sarada asli maka tendangan Boruto tidak ada apa-apanya. Tapi berbeda jika yang menerimanya hanya orang biasa, apalagi perempuan.
"Sekali lagi aku tanya, siapa kau?" Tanya Boruto lagi.
"Namaku adalah Sarada Uchiha. mamaku seorang dokter dan papaku seorang kepala kepolisian. Aku lahir dan tinggal di Jepang."
"Jepang itu apa?" Tanya Boruto.
"Itu nama negara."
"..."
"Boleh aku bertanya?" Ucap Sarada. "Ini tempat apa? Dimana aku berada?"
"Desa Konoha." Ucap Boruto singkat.
Sarada menoleh dan menatap Boruto dengan raut wajah terkejut.
"Konoha?"
"..."
"Desa shinobi hebat yang dipimpin oleh Hokage?" Tanya Sarada memastikan hingga dia lupa dengan rasa sakit diperutnya.
"Kau tau Hokage?"
"Tau... Ya ampun, bagaimana bisa aku berada di dalam komik?" Seru Sarada makin membuat Boruto menatapnya heran. Sarada pun kembali menatap mata Boruto. "Apa kau Bolt Uzuma?"
"Hah?"
"Dimana Salad? Oh, apa jangan-jangan aku adalah salad!" Seru Sarada makin membuat Boruto menatapnya lebih dalam lagi... Dan heran.
'Dia... Sehat kan?'
.
.
.
.
.
Hallo, authornya lagi diserang rasa malas nih setiap buka wattpad. Males ngeditnya wkwkwk....
Jadi aktifnya cuma di grup fb doang. Tapi berhubung ada yang minta Up, ydh nih ya guys. Nanti kalo gak males bakalan rajin, tapi kalo malesnya lagi menyerang yasudah... Semoodnya aja wkwkwk...
Bye-bye.