Happy reading all!!
•••
"Tumben pulang?! udah inget rumah?!"
Kean berdecak kecil, ketika baru saja melangkah kan kaki nya berjalan masuk ke dalam mansion, sang mami sudah berdiri dengan tangan di pinggang menatap wajah nya galak.
"Dari mana?!"
"Basecamp" jawab nya singkat.
"Hebat ya, tiap hari pulang nya ke basecamp mulu sama apart, gak pernah mau pulang ke rumah, kenapa sih?!" Herlina menatap anak nya kesal.
Kean memutar bola mata nya malas, kembali melangkah, tidak memperdulikan pertanyaan mami nya yang tidak penting. Menurut nya.
Herlina yang di cuekin oleh Kean tentu langsung berang, mata nya sontak menatap sangat tajam ke arah anak nya. Emosi nya sudah terlampau jengkel.
"Kean! Mami ngomong sama kamu!" Teriak Herlina.
Pradipta, papi dari Kean keluar dari arah pintu belakang begitu mendengar suara teriakan istrinya.
"Kenapa sih ini?" tanya Pradipta ke istrinya.
Herlina menunjuk Kean dengan dagu nya, "tuh anak kamu, tiap hari pulang nya ke basecamp terus ,gak mau pulang ke rumah" omel nya.
Pradipta mendekat ke arah istrinya, mengelus pipi Herlina dengan mesra. Lalu menatap ke arah anak sulungnya yang masih dekat dengan posisi mereka.
"Anggota aman Ken?" tanya nya.
Kean mengangguk, "aman" jawab nya tanpa menoleh.
Pradipta membalas dengan memberikan jempol ke anak nya, kembali mengalihkan atensi nya ke sang istri yang masih menatap anak sulung nya kesal.
"Kenapa sih marah mulu, lagian Kean udah besar" ucap Pradipta yang terkesan membela Kean membuat Herlina tidak terima.
"Tapi Kean juga harus pulang ke rumah Pi, mami gak suka kalo Kean keluyuran terus!"
Pradipta menghela nafas, tangannya dia daratkan ke punggung sang istri. Mengelus nya.
"Shtt, jangan marah-marah, nanti cantik nya ilang loh," puji nya membuat Herlina menatap suami nya tajam
Pradipta yang di tatap seperti itu langsung kikuk, "maksud aku, Kean udah besar, biarin dia keluyuran, lagi pula Kean kan laki laki jadi bisa jaga diri" ucap nya perhatian.
Kean yang sudah berada di depan lift tersenyum remeh ke arah mami nya. Membuat wanita yang sudah kepala tiga itu mendengus kecil.
"Anak itu" Herlina menggeram marah, merasa kesabaran nya sudah sangat di uji oleh anak laki laki nya.
"Udah lah mi, dari pada marah-marah mending mami temenin papi di kamar"
Perkataan suaminya mengalihkan atensi Herlina ke arah Pradipta yang tengah tersenyum jahil.
Herlina balik tersenyum, membuat Pradipta mengira jika istrinya setuju dengan ajakan nya. Namun siapa sangka, sebelum bibir nya mendarat di bibir sang istri, sebuah kain lap bau bawang sudah lebih dulu mendarat di wajah nya.
"Makan tuh temenin" ucap nya lalu pergi dari sana.
Pradipta mendengus, melempar kasar kain lap yang berada di wajah nya.
"kalo bukan istri gue, udah gue kasih pelajaran tu cewek!"
"Mami denger ya!" teriak Herlina dari arah dapur. Pradipta yang mendengar nya terkekeh, setelah nya pergi menyusul istri nya.
Di buka nya pintu kamar bernuansa abu abu gelap yang di padukan dengan furniture putih di dalam nya. Dengan beberapa piagam dan sertifikat yang di pajang di sisi kamar.
Memasuki kamarnya Kean melempar jaket TXDROS yang di pakai, melihat jam di dinding menunjukan pukul 7 malam, Kean memilih untuk segera membersihkan tubuh nya.
Setelah 15 menit berada di dalam kamar mandi Kean keluar dengan tubuh yang sudah segar. Berjalan ke arah lemari baju nya, kean mencari baju yang pas di deretan baju kaos yang kebanyakan warna hitam. Lalu saat mendapatkan nya dia langsung memakai nya.
"Ken turun yuk, makan malam," suara ibu nya dari balik pintu.
"Iya mi," jawab nya.
Beres memakai celana, Kean bergegas keluar dari kamar, begitu pintu di buka sudah tidak ada mami nya. Mungkin saja sudah turun ke bawah.
Tidak ingin mereka semua menunggu , Kean berjalan ke arah lift yang berada di lantai kamar nya. Memasuki lift tersebut di tekan nya nomor lantai paling bawah membuat benda besi itu bergerak turun.
Ting!
Begitu pintu lift terbuka, Kean dapati mami papi dan adik perempuan nya yang sudah berada di meja makan.
"Abang! cepetan ih, lama banget, aku udah lapar ini!"
Tidak memperdulikan keluhan adik perempuan nya, Kean berjalan santai, lalu duduk di kursi tepat di samping sang mami.
Setelah semua berkumpul, Pradipta sebagai kepala keluarga mulai membuka makan malam keluarga nya, dengan diri nya yang lebih dulu mengambil nasi beserta lauk pauk yang telah di masak oleh istri tercinta.
Cila berdecak ketika Kean yang lebih dulu mengambil ayam goreng yang ingin dia ambil di piring, mata nya menatap sinis Kean yang berada di sebrang meja.
"Apa?" Kean bersuara ketika sadar cila terus menatap nya.
"Gak!," tegas nya.
Kean tidak membalas, memilih untuk memulai makan nya dengan tenang. Mengambil beberapa lauk dan nasi untuk di taruh di piring nya. Setelah di rasa cukup, Kean memasukan makanan yang di masak mami nya ke dalam mulut.
"Gimana sekolah kamu Ken? apa ada masalah?," suara papi nya di tengah keheningan makan malam keluarga mereka, membuat Kean mengangkat kepala nya, melihat sang papi yang baru saja menerima suapan dari mami nya.
Dasar.
Mendengar pertanyaan papi nya tadi, Kean menjawab dengan sebuah gelengan.
Pradipta yang melihat respon anak nya mengangguk, tidak berbicara kembali.
Lagi, cila melirik sinis, " kalo di tanya tuh jawab, bukan geleng -geleng," sewot nya.
Sindiran cila membuat Kean menatap sang adik, memberikan tatapan datar seperti biasa.
"Apa?! Abang pikir aku takut di kasih tatapan gitu?!" remeh nya.
Kean menghela nafas, kemudian tanpa perduli terus melanjutkan makan nya.
"Makan" ucap nya.
Cila berdecak, "apa sih, nyuruh-nyuruh, abang pikir abang it--"
"Cila, makan" kali ini suara papi dan mami nya menegur secara bersamaan.
"Iya iya, dasar, nyebelin", seru nya menatap wajah menyebalkan kean, lalu melahap habis makanan nya.
Kean terkekeh kecil, kemudian mulai kembali makan dengan tenang.
Setelah menghabiskan sarapan mereka, kini keluarga besar Pradipta itu tengah berkumpul di ruangan yang nampak seperti bioskop.
Seperti ikan yang di jemur, mereka berempat tengah berbaring di kursi panjang yang berada di tengah ruangan, dengan posisi, cila, mami nya, papi nya, lalu terakhir Kean paling ujung.
Menghabiskan popcorn yang di buat oleh sang mami, mereka tampak asik menonton film bergenre romance yang sedang perdana tayang.
Tepat saat adegan kissing yang terjadi, cila langsung berteriak sangat heboh.
"Akhhh,!" teriak nya dengan tangan menutup mata.
Sedangkan Herlina tampak acuh namun Pradipta di samping nya malah memandang Herlina dengan tatapan aneh.
Berbeda dengan ketiga nya, Kean malah termenung. Tiba-tiba otak nya terfikir kan kejadian kemarin malam. Kejadian di mana dia sudah menyetuh seorang gadis yang baru di temui nya.
Memperhatikan kembali film di depan Kean semakin tak fokus,
semakin dia menonton film tersebut, semakin pikirannya melayang.
Menggeleng kan kepala nya, Kean berdiri, menatap mereka yang berada di sana.
"Aku masuk dulu, udah ngantuk" ucap nya.
Herlina dan Pradipta mengangguk, sedangkan cila masa bodo, dia masih asik menutup mata nya dengan sesekali mengintip di sela-sela tangan.
Berjalan keluar dari ruangan itu, kembali, Kean termenung.
Tiba-tiba langkah nya terhenti.
"Kayla," gumam nya dengan senyuman tipis.
••••
"eungh"
Gadis bermata hazel itu terbangun dari tidur nya.
Merenggangkan tubuh nya, Kayla mencoba mengumpulkan nyawa. Masih dengan rasa kantuk nya, Kayla toleh kan kepala nya ke arah jam usang yang masih menyala di dekat pintu.
"Pukul 8 malam," gumam nya setelah melihat jarum jam yang berada di angka 8.
Menggaruk leher nya, tiba-tiba Kayla tersadar.
Sebentar...
Apa kata nya tadi? pukul 8 malam!
"Hah! udah malam?!," menatap jam itu sekali lagi dengan mata yang melotot, segera Kayla turun dari ranjang kayu nya, berjalan keluar kamar dengan kepala yang sedikit pusing karena berdiri secara tiba-tiba.
Membuka gorden lusuh yang menggantung di pintu kamar, Kayla bulat kan matanya begitu melihat sekitar.
Gelap.
Kayla lupa menyalakan lampu di ruang tengah.
Mencari saklar lampu, di turunkan nya saklar itu ketika tangan nya menyentuh nya. Kemudian, Kayla berjalan ke arah dapur untuk mencuci wajah nya.
Keluar dari kamar mandi, Kayla keringkan wajah dengan baju nya. Lalu mata nya menatap dapur yang terasa seperti ada yang kurang.
"Apa ya?" batin Kayla.
Memperhatikan dengan lekat tungku di dapur, Kayla langsung terkesiap.
Dengan sedikit berlari, langkah nya berjalan menuju kamar sang ibu.
Begitu di depan kamar ibu nya, dengan ragu Kayla singkap gorden yang menghalangi. Pandangan nya langsung jatuh ke arah tempat tidur ibu nya.
"Kok gak ada?" ucap nya begitu lihat tempat biasa ibu nya berbaring tidak ada yang mengisi nya.
Membalik kan badan nya, Kayla terkejut begitu melihat wajah ibu nya tiba-tiba berada di hadapan nya.
"Ibu ih ngagetin aja" kesal nya.
Ibu Kayla terkekeh kecil, "ya kamu ngapain sih di depan kamar ibu"
Kayla langsung kikuk, menggaruk kepalanya yang tidak terasa gatal.
"Aku tadi nyariin ibu,"
Ibu Kayla menaikan alisnya, bingung.
"Ngapain kamu nyari ibu, ibu cuman di rumah dari pagi" ucap nya.
Kayla mendengar nya terkejut.
Ibu nya dari pagi di rumah? tapi mengapa ketika dia pulang pagi tadi rumah tampak sepi, benar-benar seperti tidak ada orang di dalam nya.
"Heh kok ngelamun" ibu nya menegur kala melihat Kayla tampak menghayal.
Kayla meringis, "ibu tadi pagi di rumah? kok aku panggilin gak nyaut"
"Ibu lagi di kebun belakang tadi pagi, gak jualan karena gak ada bahan, ini ibu dari depan sama tetangga, malah sekarang ibu kaget liat kamu udah di sini, kapan pulang nya?,"
Kayla langsung diam, bingung ingin menjawab apa.
Memikirkan satu hal, Kayla menatap ibu nya.
"Aku semalam pulang larut soal nya habis singgah di rumah temen, sampe rumah jam 3 pagi, ibu udah tidur jadi aku langsung masuk kamar dan tidur seharian" bohong nya.
Kayla menatap ibu nya dengan lekat, berharap wanita tua itu mempercayai perkataan nya.
Ibu Kayla mengangguk, "oh, awal nya ibu pikir kamu lagi nginep di rumah temen,"
Kayla menggeleng merespon nya.
"Terus belanjaan kamu mana?" lagi, ibu nya bertanya.
Kayla meringis, "aku lupa bawa Bu, ketinggalan di rumah temen ku" jawab nya masih dengan kalimat dusta nya.
Ibu Kayla kembali mengangguk, "yaudah, ibu mau ke depan dulu, kamu makan gih ibu udah masak" lalu langkah wanita tua itu berjalan ke depan rumah, yang sepertinya pergi ke warung.
Melihat ibu nya sudah pergi, Kayla menghela nafas panjang.
"Maafin aku bu" ucap Kayla lirih
••••