jjk + pjm
do not copy
plagiarism is a crime
warning: mention of mpreg.
inspired by getrich;
dewi verdandi dan dewa odin
making my own prompt;
👼👼👼
Di suatu dimensi yang penuh dengan awan-awan seputih gumpalan salju, hiduplah seorang dewi berwajah manis. Dipanggil dewi walaupun ia memiliki satu tongkat dan dua buah bola, karena senyumannya yang menawan dan juga karena kecantikan parasnya.
Jimin, si dewi yang cantik, memiliki sayap putih yang menghiasi punggungnya dan sayap kecil yang melekat diatas kupingnya. Sayapnya sewarna awan yang ia pijaki, begitu bersih dan menawan.
Banyak rakyat yang memuja-muja kecantikannya, bahkan tak jarang rakyatnya memiliki fantasi liar akan tubuhnya karena dia benar-benar dewi yang menggugah hormon para laki-laki.
Ia memiliki feromon vanila yang begitu kuat, mampu memabukkan siapapun dan membuat semua orang menginginkannya kecuali keluarganya sendiri.
Itulah mengapa Jimin dipanggil si dewi Verdandi, si cantik yang selalu membawa panah cintanya. Si cantik yang siap membuat siapapun jatuh cinta kepadanya.
Namun ada satu hal yang mengusik sang dewi. Hal itu membuatnya merasa gagal menjadi dewi tercantik sedimensinya karena ada satu dewa dari dimensi lain yang sedang melakukan kerjasama kecil-kecilan dengan ayahnya.
Namanya adalah dewa Jungkook, yang dijuluki dewa Odin. Jungkook adalah kebalikan dari Jimin. Si dewa dengan tubuh tegap dan berotot, wajah stoik dan iris hitam pekat yang menusuk, serta rambut hitam keungu-unguannya yang dihiasi halo warna putih.
Dewa Jungkook adalah dewa yang paling di segani. Putra mahkota dari dimensi sebelah yang memiliki satu raga berkekuatan seribu baja.
Lucunya, dewa ini berkuda namun juga pula bersayap. Tongkat petirnya selalu bersandar pada pundaknya, siap untuk menghancurkan ulu hati siapapun yang berani mendekatinya.
Lalu, apa yang membuat Jimin merasa gagal menjadi dewi primadona tertinggi?
Karena Jungkook tidak tertarik padanya.
Malam itu dewi Jimin duduk bersimpuh didekat air mancur milik sang bunda, memperbaiki panah kesayangannya dengan memasangkan beberapa bunga-bunga liar di setiap lilitannya. Malam itu dewi Jimin merasa tidak tenang, karena ada dewa Jungkook di dalam istananya sedang mendiskusikan sesuatu.
Ayah Jimin mengatakan bahwa ia akan merundingkan sesuatu mengenai pernikahan, yang Jimin sendiri tidak tahu pernikahan siapa yang ayahnya rundingkan. Jimin hanya perlu menunggu dan bertanya kepada sang ibunda malam nanti usai bercakap-cakap.
Udara malam berubah menjadi mencekam dan perasaan dewi Jimin tidak menentu. Di saat yang bertepatan, sang dewa Jungkook berjalan keluar beserta para pengawal-pengawalnya. Jimin menatap Jungkook, dan Jungkook balas menatapnya.
Akan tetapi dewi Jimin merasa sangat kesal karena lagi-lagi dewa Jungkook tidak menunjukkan ketertarikannya pada dirinya. Dewa itu dengan congkaknya hanya melengos, seolah-olah Jimin hanyalah patung batuan putih air mancur milik sang bunda.
"Dasar dewa sombong." omel Jimin di bawah nafas beratnya. "Memangnya aku tidak cantik? Kenapa ia tidak tertarik padaku?"
Jimin hanya menginginkan Jungkook. Karena Jungkook adalah dewa tertampan dan terganas. Ganas dalam hal apapun. Misalnya, saat bertarung di medan perang, bahkan di ranjang.
Ups, kinky moment exposed.
Dewi Jimin berjalan meninggalkan air mancur, masuk ke dalam istana megahnya yang serba putih, mendapati sang bunda sedang bersenandung riang pada singgasananya.
"Bunda," sapa Jimin. Ia berjalan mendekat, lalu duduk bersimpuh di dekat kaki sang bunda. "Apa yang tadi ayah bicarakan? Siapa yang akan menikah?"
Si bunda cantik memandang rupa anaknya, yang parasnya mulai menyaingi dirinya. "Kau memang putraku yang paling cantik." puji sang bunda.
"Bunda Jin, jawab pertanyaanku." rengek sang putra mahkota kesayangan.
Bunda Jin menghela nafasnya pelan, lalu telapak tangannya mengelus surai putih sang putra dengan lembut. "Kami sedang membicarakan perihal pernikahanmu."
Kedua bola mata sang dewi kecil berbinar. Apakah ayah dan bunda akan menikahkan dirinya dengan dewa Jungkook?
"Siapa yang akan menjadi calon suamiku? Apakah dia adalah dewa Jungkook?" tanya Jimin tak sabaran.
Sang bunda malah mengernyit, menatap anaknya dengan tatapan aneh. "Mengapa kau berpikir begitu?"
"Memangnya, siapa yang bunda nikahkan dengan aku?" alis Jimin menyayu.
"Jeon Yugyeom," balas sang bunda. "Adik kandung dari dewa Jungkook."
Jimin merasa di lambungkan tinggi-tinggi ke dimensi angkasa yang paling atas, lalu di jatuhkan ke bumi tanpa sayap putihnya. Jatuh ke dasar laut yang paling bawah dimana ada beberapa kawah api menyemburkan lahar panasnya.
Sakit, tapi tidak berdarah.
Pernikahan akan dilangsungkan secepatnya, itu membuat dewi Jimin sedih bukan main. Apalagi, malam ini ada dewa Yugyeom dan dewa Jungkook yang bergabung pada pesta panen milik sang dewa tertinggi, Namjoon.
"Tidak salah, kau memang dewi tercantik di langit." puja dewa Yugyeom. Matanya mengerling nakal kala memperhatikan lekuk tubuh Jimin. "Dan aku adalah dewa paling beruntung yang ditakdirkan untuk menikah denganmu."
Jimin tidak tertarik dengan gombalan murahan yang di lontarkan oleh adik dari dewa Jungkook.
Ia hanya perlu mendengarkan suara bariton Jungkook yang seksi dan menyandarkan kepalanya pada bahu tegap sang dewa. Namun Jimin tidak mendapatkan apa yang ia inginkan.
"Yugyeom, kemarilah." panggil bunda Seokjin.
Ada sedikit celah bagi Jimin ketika Yugyeom berjalan mendekat kearah bundanya. Ia hendak bertemu dengan Jungkook. Menatap pupil matanya dan merasakan detak jantungnya. Dan memastikan bahwa dewa itu tertarik padanya.
Dilihatnya dewa Jungkook sedang menatap langit-langit angkasa dengan labu berisi air manis di kedua telapak tangannya.
"Dewa Jungkook," sapa Jimin kala ia berdiri di belakang punggung tegap sang dewa.
Dewa Jungkook membalikkan badannya, membuat dewi Jimin meneguk ludahnya karena begitu besar tubuh sang dewa. Bahkan ia terlihat begitu mungil dihadapannya.
Sang dewa menaikkan satu alisnya, masih dengan aura sombongnya yang begitu kuat. "Apa?" tanyanya singkat.
Dapat mendengar suara bariton dewa menbuat Jimin merasa sedikit senang. Lalu si dewi mungil berucap, "Mengapa aku dinikahkan dengan adik kandungmu? Mengapa bukan kau?"
Tatapan Jungkook berubah mengejek. "Pertanyaan macam apa yang kau lontarkan?" tanyanya dengan nada seolah-olah ia begitu terganggu dengan pertanyaan Jimin.
"Apakah kau tidak tertarik padaku?"
Jungkook menhela nafasnya. "Kau ingin aku jujur?" tuturnya. "Tidak. Aku sama sekali tidak tertarik. Feromonmu tidak cukup kuat untuk menggodaku. Sayang sekali."
Jimin tertohok. Mulutnya menganga. Kedua manik abunya berkaca-kaca.
"Kalau aku tertarik padamu, akan kupastikan bahwa pernikahanmu dengan Jeon Yugyeom dibatalkan." Jungkook membalikkan badannya meninggalkan sang dewi dibelakang. "Jangan terlalu percaya diri. Tidak semua dewa dapat menikmati feromonmu."
Setelah percakapannya dengan dewa Jungkook, Jimin mengurung dirinya di dalam kamar. Tak menggubris panggilan sang bunda yang mengkhawatirkannya. Tak peduli bagaimana nasib Yugyeom di luar sana yang merayakan pesta panen sendirian. Tak juga menghiraukan perintah ayahnya untuk segera keluar dari kamarnya.
Jimin merasa hancur. Ia merasa seperti dihina, diinjak-injak dengan kaki telanjang berbalut emas milik Jungkook. Air mata berliannya bercurah. Dan rakyat dewi Jimin merasakan hawa kepedihan hati sang dewi.
👼👼👼
Suatu waktu, kerajaan dewi Jimin diserang oleh para troll yang hobi mengganggu kehidupan sang dewa-dewa di angkasa. Walau benteng pertahanan yang terbuat dari batuan putih yang kuat, para troll dapat dengan mudahnya menenggelamkan kembali benteng-benteng batuan para dewa dan rakyatnya.
Bantuan dari negeri seberang sedang berada di dalam perjalanannya. Ada dewa Jungkook, tetapi Jimin tidak merasa senang. Ia takut berhadapan dengan Jungkook. Takut mendapatkan penolakan yang baru dan mendapatkan goresan luka di hatinya yang belum sepenuhnya sembuh.
Jadi Jimin diam saja, berpura-pura bahwa keberadaan Jungkook tidak nyata. Ia hanya perlu membantu rakyat-rakyatnya berperang melindungi kerajaan.
Jemari kecil Jimin terus memanah, bidikannya selalu tepat sasaran. Beberapa troll telah ia lumpuhkan dan Jimin merasa senang karena perlahan troll tersebut entitasnya mulai menipis.
Tanpa menyadari ada seekor troll yang berlari secepat cheetah kearahnya dari belakang.
"Jimin!" pekik sang ibunda. Namun terlambat sudah, Jimin tak dapat berbalik untuk sekedar menghindar karena troll itu memotong sayap putihnya dan dewi Jimin terjatuh dari dimensinya.
Tubuh Jimin perlahan jatuh meninggalkan angkasanya, gravitasi memukul punggungnya dengan kencang, membiarkan seonggok tubuhnya terjatuh dengan cepat menuju bumi.
Jimin mencoba untuk mengepakkan sayapnya, namun justru rasa sakit yang menyengat ia rasakan. Dewi itu menangis, membiarkan awan tempat ia berpijak berubah menjadi kelam dan turunlah rintik-rintik hujan yang membasahi bumi.
Namun Jimin merasa melayang setelah ia menangis, mata yang tadinya terkatup kini terbuka lebar, mendapati dewa Jungkook sedang menggendongnya dalam pelukan hangatnya. Wajahnya penuh dengan amarah dan telapak tangannya mencengkram tubuh sang dewi kuat-kuat.
"Apa yang kau lakukan?" tanya sang dewi kebingungan.
Petir dan kilat menyambar dengan ganasnya, menggalaki bumi. Awan berubah menjadi keruh, lebih keruh daripada tangisan dewi Jimin. Awan itu menghitam, bak hati dewa Jungkook yang diselimuti dengan amarah.
Bukan hanya bumi yang digertak dengan petir dan kilat, kerajaan yang kini dipenuhi dengan troll raksasa berguncang heboh. Banyak yang jatuh dari peradaban dan berubah menjadi meteor berapi.
Jungkook meletakan sang dewi pada pegasus hitamnya, mengucapkan beberapa kalimat latin yang tidak dipahami oleh Jimin. Lalu sang dewa kembali ke dimensinya, entah apa yang dilakukannya.
Awan menjadi semakin gelap, hujan menjadi lebat. Petir terus menyambar-nyambar, membuat hati dewi sedikit terguncang ketakutan. Namun sedetik setelahnya, semuanya berubah menjadi tenang.
Awan perlahan kembali memutih, hujan menjadi rintik-rintik manis. Sinar matahari menampakkan dirinya malu-malu di balik awan, menghiasi langit dengan warna pelangi yang manis.
Pegasus hitam Jungkook terbang dengan sendirinya, membawa Jimin masuk kembali kedalam dimensinya. Pemandangan diatas terlihat buruk. Semua patung-patung dan kendi-kendi pecah, banyak sekali pahlawan dan rakyatnya yang tumbang. Jasad para raksasa juga menggenangi seluruh kerajaan. Tetapi Jimin cukup bersyukur mendapati kedua orangtuanya baik-baik saja.
Dewa Jungkook mendekati sang dewi yang masih berlinang berlian dengan mata sembabnya.
"Kenapa kau menyelamatkanku?" tanya dewi Jimin. "Kau tidak tertarik padaku, kau membenciku."
"Verdandi," Jungkook memberikan gestur agar dewi Jimin berhenti bicara. "Kau benar-benar membuatku gila."
"Aku berusaha menolak pesonamu dan berakhir membiarkan para troll menghampiri desamu," jelasnya. "Aku terus memikirkan paras elokmu dan aku menjadi lalai karena adikku hendak meminangmu. Aku merasa malu karena telah bersikap seolah-olah aku tak tertarik padamu."
Sang dewa mendekatkan wajah rupawannya mendekat kearah wajah cantik sang dewi. "Rupanya aku benar-benar jatuh kedalam pesonamu."
Jimin terkesiap. Tak mampu mengeluarkan kata-kata dari labiumnya.
"Dan amarahku bangkit ketika melihat sayap indahmu patah. Aku membunuh kaum mereka, tak bersisa. Aku benar-benar membenci mereka sampai darahku mendidih."
Dikecupnya bibir sang dewi, dicengkramnya pinggang Jimin lalu dibawa mendekat hingga tubuh mereka menyatu. "Izinkan aku menetapi kata-kataku," tutur sang dewa. Dikecupnya lagi bibir Jimin, kali ini lebih manis dan lebih dalam lagi membuat sang dewi merona hebat.
"Akan kubatalkan pernikahanmu dengan adik kandungku. Mari menikah dan membangun dimensi yang baru, dewiku."
👼👼👼
"Mengapa dewa muda Yugyeom tampak selalu kesal ketika berhadapan denganmu?" tanya dewi Jimin suatu saat.
Malam ini mereka sedang menikmati sinar rembulan yang menyinari kamar tidur mereka. Dengan Jimin yang bersandar pada dada bidang Jungkook dan Jungkook yang memeluk istrinya yang kini tak bersayap lagi dari belakang.
"Bukankah kau sudah tahu jawabannya?" tanya Jungkook sambil mengecup pipi putih sang istri.
"Bukan begitu," tutur Jimin. "Saat kau meminangku, ia merelakanku, berucap bahwa ia baik-baik saja karena aku lebih memilih engkau. Jadi tidak ada alasan lagi baginya untuk kesal denganmu."
Jungkook terkikik. Lalu mengecup pucuk kepala Jimin agak lama. "Aku membuat janji padanya karena aku telah melukai perasaannya. Dan ia meminta satu hal padaku dan menetapkannya sebagai janji diantara aku dengan dirinya."
"Janji apa yang kau buat dengan dewa Yugyeom?"
"Untuk tidak menghamilimu."
👼👼👼
Selesai
a/n:
dengan ini, saya nyatakan banteng tamat! terimakasih untuk seluruh pihak, dari para viewers, untuk pihak manapun yang memberikan vote disetiap chapter maupun yang tidak, pihak yang memberikan komen dalam bentuk apapun, dan pihak yang sudah mencintai ff ini sampai akhirat:') aku ucapin terimakasih banyak banyak karena tanpa kalian aku gaada semangat buat nulis ini. aku gaakan ada semangat buat nulis ff lebih banyak. aku gaakan ada semangat buat bikin project baru.
walaupun ada beberapa produk gagal seperti yang saya sebutin di chapter sebelumnya, tapi kalian tetep dukung aku tanpa meniggalkan komentar pedas yang nyelekit :3 aku cinta kalian pake banget.
walaupun kebanyakan ff ku ini masih banyak sekali kekurangan yang harus di perbaiki, tapi kalian bener bener setia sampe aku terharu
aku juga berterimakasih buat yang baca cuap cuapanku, yang peduli sama aku waktu aku lg bete. kalian emg luar biasa /alay bgt dah aku tu:(
sekali lagi makasih dan sampai jumpa di ff ku yang lain
much love,
jeonholly