抖阴社区

TIME (END)

By iloveyoubyy

5.7M 248K 6.4K

Aku melangkah cukup lama dengan masa lalu yang kelam, aku sudah lelah berjalan di kegelapan dan kini apa aku... More

1 || Menunggu Kamu
2 || Aku
3 || Aku tahu
4 || Senyum palsumu
5 || He
6 || You
7 || Time
8 || Hitam?
9 || Pilihan
10 || Pilihan?
11 || Pagi
12 || She?
13 || Ibu Peri dan Cinderella
14 || DAN
15 || Salahkan aku?
16 || Semakin dekatkah kita?
17 || Tidak ada salahnya bukan?
18 || Haruskah aku tersenyum?
19 || Haruskah aku mengalah?
20 || Aku dan kamu
21 || rumit?
22 || Awan menutupi langit
23 || KEBENARAN
TANYA JAWAB
24 || KEBENARAN_2
25 || KEBENARAN_3
26 || Tidak ada nama untuk ini
27 || Aku percaya sama kamu
28 || Awal semuanya
29 || Apa aku bisa?
30 || Pelukan dariku
31 || Senyum yang terbit
32 || Senyuman Dya
33 || Kebahagiaan kecil
34 || Kenangan Bunda
35 || Bunda
36 || Lily?
37 || She?
38 || Cemburu ?
39 ||Selamat Pagi
40 || Gilang cemburu?
41 || Maudya Tersenyum
42 || Kebahagiaan
43 || L O V E
44 || T E R A N G X G E L A P
45 || TIME
NUMPANG YAH
46 || TIME 2
47 || TIME 3
49 || TIME 5
50 || END

48 || TIME 4

79.5K 2.6K 58
By iloveyoubyy

16/09/2018

AUTHOR

"Ada apa Ayah kemari?" Tanya Gilang dengan nada sopannya.

"Apa ayah tidak boleh bertemu dengan menantu Ayah?" Tanya pria berjas tersebut bukanya menjawab pertanyaan dari Gilang.

"Tentu saja boleh Yah, tapi aku hanya bingung ada apa Ayah kemari?" Ucap Gilang.

"Ayah ingin membicarakan anak ayah dan juga cucu cucu ayah. Kapan kamu akan membawa mereka kembali Lang? Apa kamu benar benar sudah melupakan mereka?" Tanyanya pada Gilang sambil menatap Gilang.

"Tentu saja tidak ayah, aku sangat merindukan mereka. Aku ingin membawa mereka kembali, tapi aku tidak memiliki keberanian apapun. Aku takut kesedihan, penderitaan akan kembali menghampiri mereka jika aku membawa mereka kembali." Jawab Gilang cepat untuk membantah ucapan Ayah mertuanya.

"Hem_bawa mereka kembali Lang. Jangan melakukan hal yang salah seperti yang Ayah lakukan dulu pada Bundanya Maudya. Sudah cukup Maudya mendapatkan luka, kini dia harus bahagia." Ucapnya sementara Gilang tetap diam mendengarkan ucapan Ayah mertunya.

"_"

"Saat Ayah kembali 2 tahun yang lalu, Ayah juga mengalami hal yang sama dengan kamu. Ayah takut jika Ayah kembali dikehidupan anak Ayah, maka Dia akan kembali terluka. Ayah takut dengan kedatangan Ayah maka akan menimbulkan luka yang lebih dalam dihatinya, tapi saat Ayah melihatnya saat itu. Ayah sadar harusnya Ayah tidak pernah meninggalkannya sediktpun walaupun Ayah tahu kalau Ayah hanya menimbulkan luka dihatinya."

"_"

"Harusnya Ayah tetap disampingnya walaupun Dia tidak menginginkan Ayah disampingnya. Seharusnya Ayah menunjukan kalau Ayah begitu menyayanginya bukanya malah lari. Ayah begitu menyesal saat itu karna tidak bisa memeluknya lebih cepat. Harusnya Ayah ada disampingnya lebih cepat. Ayah harap kamu juga lebih cepat untuk membawa Maudya dan anak anak kamu kembali, Ayah tidak ingin kamu terlambat untuk membawa mereka kembali." Ucapnya sebelum berdiri dari tempat duduknya dan otomais membuat Gilang juga ikut berdiri.

"_"

"Kalau begitu Ayah pamit, Ayah tunggu kabar baik dari kamu." Ucapnya sebelum pergi dari hadapan Gilang.

"Lalu kenapa Ayah juga membiarkan Maudya dan anak anak pergi saat itu? Kenapa Ayah tidak melarang Dya pergi, kenapa Ayah malah mendukung keputusan Dya?" Tanya Gilang saat Ayah mertuanya baru saja mau meletakan tangannya diganggang pintu.

"Karna Ayah ingin Maudya bahagia." Jawaban yang simpel keluar dari mulut Ayah mertuanya.

Ayah mertunya membalikan badannya dan menatap kearah Gilang sebelum kembali membuka mulutnya.

"Saat itu Ayah kira ia akan bahagia jika menjauh dari kamu. Ayah kira itu kemauan Maudya, Ayah kira dengan mendukung keputusannya akan membuat ia melupakan kesedihannya saat itu tapi ternyata Ayah salah. Itu bukan kemauan Maudya, tapi keadaan yang membuatnya mengatakan hal seperti itu Lang. Ia hanya merasa tertekan karna kehilangan anaknya saat itu, itu hanya bentuk luapan kekecewaan dan juga amarahnya. Kepergiannya bukanlah sesuatu yang ia inginkan."

"_"

"Kini Ayah harus memperbaiki kesalahan yang Ayah buat dengan menyuruh kamu untuk membawa mereka kembali. Ayah tidak ingin menyesal lagi karna mendukung kepergian Maudya dulu. Maka dari itu, bawa mereka kembali agar Ayah bisa membayar semua kesalahan Ayah pada Dya." Ucap Ayah mertunya sebelum benar benar pergi meninggalkan Gilang yang masih diam ditempatnya.

Flashback

2 tahun yang lalu

Maudya telah kembali kerumahnya setelah keluar dari rumah sakit dua hari yang lalu. Penguburan anaknya dan Anita juga sudah dilakukan satu hari yang lalu diarea pemakaman yang sama, bahkan makam mereka berdekatan dan tidak jauh juga dari makan Bundanya Maudya.

Saat penguburan dilakukan Maudya melihat salah satu sosok yang berdiri tidak jauh dari area pemakaman. Sosok pria yang sangat Maudya kenal, sosok yang ia rindukan.

Ayahnya berdiri tidak jauh darinya. Pria itu tidak mendekat sama sekali, pria itu hanya melihat dari jauh. Saat Maudya ingin mendekat, pria itu tidak nampak lagi diarea pemakaman bahkan sampai sekarang pria itu belum menampakan dirinya dihadapan Maudya lagi.

"Dy?" Panggilan yang sangat lembut terdengar ditelinga Maudya yang otomatis membuat Maudya menghentikan ingatannya saat di pemakaman.

Maudya menatap pria yang berdiri tidak jauh darinya. Pria itu menutup kembali pintu yang ia buka dan setelah itu berjalan mendekat kearah Maudya dan duduk didepan Maudya.

"Apa?" Tanya Maudya saat pria yang duduk dihadapannya tidak kunjung bicara. Pria itu hanya diam sambil menatap Maudya yang juga diam tanpa menatapnya.

"Ada tamu diluar, beliau ingin bertemu sama kamu." Ahkirnya Pria itu membuka suaranya tanpa mengahlihkan tatapannya dari wajah Maudya yang belum kunjung menatap kearahnya.

"Lalu? Aku belum ingin bertemu siapapun, jadi_"

"Beliau Ayah kamu." Ucap pria tersebut yang tidak lain adalah Gilang.

Ahkirnya Maudya menatap Gilang dengan bola matanya yang membesar dan ekspresi wajahnya yang terkejut. Didalam hati Gilang merasa senang, Gilang tahu perempuan yang ada dihadapannya sudah menunggu kedatangan Ayah mertunya.

"Aku akan menyuruh beliau masuk." Ucap Gilang cepat sebelum berdiri dari posisi duduknya dan pergi dari kamar meninggalkan Maudya yang masih terdiam.

Tak lama pintu kembali terbuka dan menampakan pria yang membuat Maudya tanpa sadar kembali meneteskan air matanya. Pria itu Ayah Maudya. Pria yang berjalan kearah Maudya dan setelah itu membawa Maudya kedalam pelukannya.

Maudya tidak menolak pelukan yang dia dapatkan. Maudya sangat merindukan sosok pria yang memeluknya. Ayahnya. Maudya sangat merindukan Ayahnya.

"Ayah." Satu kata yang berhasil lolos dari mulut Maudya membuat Ayahnya melepaskan pelukannya dari Maudya.

"Ayah kemana saja? Kenapa Ayah menghilang begitu saja?" Tanya Maudya pelan, namun masih dapat didengar oleh Ayahnya.

Sang Ayah membawa kedua tangan Maudya kedalam genggaman, sebelum membuka mulutnya.

"Ayah tidak kemana mana sayang. Ayah selalu ada didekat kamu, hanya saja Ayah tidak bisa menunjukan diri Ayah didepan kamu. Ayah terlalu malu untuk bertemu dengan kamu. Ayah terlalu takut untuk tetap berada disamping kamu, Ayah terlalu banyak membuat kamu menangis." Ucap sang Ayah.

Maudya menggelengkan kepalanya pelan.

"Ayah tidak perlu pergi seperti itu, harusnya jika Ayah merasa bersalah Ayah tetap disamping Dya. Harusnya Ayah menyakinkan Dya, bukanya pergi dalam diam. Ayah tidak tahu betapa sedihnya Dya, Ayah tetap Ayah Dya. Ayah tetaplah pria yang memegang tangan Dya pertama kali dan seharusnya Ayah tetap memegang tangan Dya bukan melepaskannya."  Ucap Maudya dengan air mata yang sudah membasahi wajahnya.

"Maaf Ayah kira dengan kepergian Ayah kamu akan lebih bahagia. Ayah_"

"Kenapa Ayah selalu berfikir secara sepihak? Kenapa Ayah tidak bertanya pada Dya, disini Dya yang menderita yah. Disini Dya yang tersiksa. KENAPA AYAH SELALU BERFIKIR SEPIHAK, KENAPA AYAH TIDAK BERDIKIR DARI SISI DYA YAH. KENAPA?" Kini Maudya sudah meninggikan suaranya sedikit.

Ia senang Ayahnya kembali, tapi ia tidak senang mendengar alasan Ayahnya pergi. Semua alasan orang meninggalkannya adalah dirinya. Anaknya pergi karna dirinya, Anita pergi dari dirinya, Bunda juga pergi karna dirinya dan kini_Ayahnya juga pergi karna dirinya.

"Bukan itu maksud Ayah sayang, Ayah tahu kamu yang menderita makanya Ayah memilih pergi. Ayah tidak ingin menambah pernderitaan kamu."

"Tapi kini penderitaan aku lebih Yah, lebih dari yang Ayah pikirkan. Lebih dari saat Ayah bersama aku. Hiks_aku sangat menderita Yah.!"

Sang Ayah tidak mampu melihat Maudya, kini sang Ayah kembali mwmbawa Maudya kedalam pelukannya. Ia menepuk pelan punggung Maudya, ia mengatakan_

"Maafkan Ayah sayang. Maafkan Ayah yang tidak ada bersama kamu. Maaf karna Ayah mengambil keputusan sendiri tanpa memikirkan kamu sayang, kini Ayah akan bersama kamu. Ayah akan selalu ada bersama kamu, jadi jangan bersedih lagi Hem. Kini Ayah akan menggengam tangan kamu dan mendukung semua keputusan kamu." Ucap Sang Ayah dan dianggukan oleh Maudya.

"Jangan pergi lagi, Dya gak ingin semua orang pergi lagi karna Dya." Ucap Maudya.

"Ia, Ayah janji."

Setelah beberapa menit mereka bicara, sang Ayah keluar dari kamar sang anak. Sang Ayah menghampiri menantunya-Gilang yang duduk dikursi ruang keluarga dengan posisi kepala yang menunduk dan ditahan oleh keduanya.

"Hem_" Deheman sang Ayah membuat Gilang mengangkat kepalanya dan menatap Ayah mertunya yang sudah duduk dihadapannya.

"Ayah baru saja bicara sama Maudya." Ucap sang Ayah membuka pembicaraan.

"Yah, itu akan baik untuk Dya yah. Dia sangat merindukan Ayah selama ini." Ucap Gilang sebelum menghembuskan nafasnya dengan berat.

"Ayah berjanji akan mendukung semua keputusannya. Ayah berjanji akan selalu menggengam tangannya dan tidak akan pernah pergi begitu saja darinya."

"Aku yakin Ayah akan menempati janji itu pada Dya."

"Yap kamu benar. Ayah akan menempati janji Ayah padanya, maka dari itu_" Sang Ayah menggantungkan ucapnnya dan membuat Gilang menatap Ayah mertunya dengan tatapan bertanya

"Kamu juga harua kabulkan keinginnanya. Jangan larang dia untuk pergi, jangan paksakan dirinya untuk tetap bersama kamu."

Gilang menyatuhkan jari jari tangannya menahan rasa yang tiba tiba muncul. Gilang kesal, Gilang marah dengan apa yang dikatakan Ayah mertuanya. Gilang bisa memberikan apapun untuk Maudya, tapi mengikhlaskan Maudya pergi sama saja membiarkan dirinya hidup dengan rasa hampah.

Kebahagiaannya pergi dan hanya menyisakan rasa rindu yang akan dia simpan sampai waktu yang tidak bisa Gilang perkirakan.

"Ayah aku tidak bisa membiarkan Dya pergi, ak_"

"Ayah tahu, tapi ini demi kebaikan Maudya. Kamu ingin yang terbaik untuk Dya, maka lepaskan dia. Itu satu satunya agar Maudya tetap bahagia, biarkan Dya membuka lembaran barunya dengan tinta warna yang ia inginkan, bukan yang kamu inginkan. Biarkan Dya pergi dengan anak anak. Biarkan Dya bahagia dengan pilihannya." Ucapan Ayah mertunya berhasil membuat Gilang lebih diam lagi.

Anak anaknya juga akan meninggalkannya, bukan hanya Maudya. Semua kini akan meninggalkannya, tanpa ada kesempatan untuk tetap diam bersamanya.

"Ayah tahu ini berat untuk kamu, tapi ini semua lebih berat bagi Dya. Lepaskan Dya, biarkan dia melangkah. Jika kalian berjodoh pasti akan ada keajaiban supaya kalian kembali bersama. Biarkan waktu yang menjawab Lang, biarkan hubungan kalian mengalir bagaikan air."

Gilang masih terdiam. Gilang perlu waktu sendiri.

"Ayah pergi dulu."

Gilang masih diam ditempat yang sama walaupun Ayah mertunya sudah pergi. Setelah hampir duapuluh menit, Gilang kembali masuk kekamarnya. Maudya masih sama, diam dengan pandangan kearah jendela kaca.

Gilang duduk ditempat yang sama. Gilang tahu Maudya sadar akan kedatangannya, namun Maudya pura pura tidak sadar akan kedatangannya. Gilang menghembuskan nafasnya dengan berat sebelum membuka mulutnya.

"Pergilah." Suara Gilang begitu bergetar ditelinga Maudya.

Maudya ingin menatap Gilang, namun ia tidak ingin menatap Gilang. Ia tahu maksud Gilang, karna ia meminta Ayahnya untuk mengatakan keinginannya pada Gilang.

"Pergilah jika kamu tidak bisa tetap berada sisiku, aku ikhlas. Aku akan membiarkan kamu pergi, tanpa meminta kamu untuk kembali lagi. Bukalah lembaran baru untuk diri kamu, isilah sesuai keinginan kamu. Aku tidak akan pernah masuk kembali dalam hidup kamu tanpa seizin dari kamu. Aku akan menunggu kamu, sampai kamu yang meminta aku kembali." Kalimat yanh diucapakan Gilang tanpa sadar membuat keduanya menangis.

Keduanya menangis, menyembunyikan rasa sakit yang mereka simpan. Keduanya mencoba untuk terlihat biasa saja, tapi tidak semudah yang mereka bayangkan. Keduanya memilih untuk menderita ditempat yang berbeda.

Gilang berdiri dari tempat duduknya sebelum mendaratkan bibirnya puncak kepala Maudya dan pergi meninggalkan Maudya sendiri.

Setelah mendengar suara pintu tertutup, Maudya mengeluarkan isakkannya. Maudya menatap pintu yang tertutup rapat dengan wajah yang kembali basah.

Kedua manusia itu akan mulai berjalan sendiri sendiri, menahan segala rasa yang mungkin akan menyiksa mereka suatau saat nanti.

~ ~ ~ ~

Continue Reading

You'll Also Like

971K 147K 41
Pernikahan yang ada di depan mata hancur berantakan dalam semalam. Mimpi, cinta, usaha dan segala hal yang selama ini ia tapaki seolah runtuh bersama...
2.1K 622 23
Di umur 17 tahun aku kehilangan kedua orang tuaku. Di situlah awal mula kehancuran duniaku. Dengan terpaksa aku harus mengubur mimpiku. Kematian kedu...
1.4K 117 26
Ternyata dunia ini begitu sempit. Luka yang seharusnya telah terkubur dalam-dalam, kini kembali menghantuiku begitu saja-tanpa aba-aba. Kenangan pahi...
2.9K 107 25
Buku kedua dari My Life is My Love .. Cara telah pergi jauh dari kehidupan dua pria yang masih tak menerima kenyataan, meninggalkan kenangan yang cuk...